Labels

Tuesday 7 February 2012

Menjadi Aktifis yang Murabbi dan Murabbi yang Aktifis


tarbiyatuna.com
 Abu bakar as Sidik ra adalah sala satu profil Murrabi yang sukses membina murid-muridnya. Tidak tanggung-tanggung karena 4 orang hasil didikannya ikut masuk Islam dan mereka semua menjadi salah satu dari 10 orang yang sudah dijamin masuk syurga oleh Rasulullah SAW. Mereka adalah 4 orang pemuda yang saat itu belajar ilmu nasab kepada Abu Bakar as sidik. Mereka adalah Zubar bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqas, Abdurrahman bin Aus dan Tal’ah bin Ubaidilah.

Keempat pemuda ini sebelum Abu Bakar masuk Islam mereka sudah belajar ilmu Nasab kepanya. Abu Bakar memang dikenal saat itu sebagai pakar ilmu nasab di Jazirah Arab. Kepakaran yang dimilikinya dalam ilmu nazab saat itu diakui oleh semua orang. Abu bakar mengetahui silsilah asal-usul setiap suku di Arab, mengetahui setiap karakter/ tabiat setiap suku di Jazirah Arab. Mengetahui setiap pemimpin semua suku bahkan sampai wilayah tempat tinggalnya.

Kapakaran Abu Bakar telah memikat empat orang pemuda tadi untuk belajar ilmu nasab kepadanya. Yang luar biasa adalah tidak hanya ilmu nasab yang Abu Bakar ajarkan, akan tetapi beliau berhasil membentuk jiwa loyalitas murid-muridnya. Tidak hanya hubungan murid dan guru, akan tetapi seperti orang tua dan anak, seperti seorang syaikh yang mengajarkan ma’nawiyah kepada murud-muridnya. Abu Bakar seperti seorang ustad yang memiliki keluasan ilmu dan menyampaikan kepada murid-muridnya. Dan yang tidak kalah penting Abu bakar juga bertindak sebagai pemimpin para muridnya ynag mengarahkan  mereka dengan keteladann. Kondisi inilah yang pada akhirnya mengikat hati-hati mereka, sehingga wajar ketika Abu bakar masuk Islam, tanpa berfikir panjang keempat muridnya ikut masuk Islam.

Cerita inspirasi yang luar biasa, dimana sebuah kebenaran itu bisa diterima oleh orang lain ketika mereka sudah percaya dan memiliki loyalitas dengan kita. Mereka akan mengikuti semua yang kita lakukan tanpa berfikir panjang. Karena mereka yakin bahwa apa yang diyakini dan dilakukan oleh kita adalah sesuatu yang haq.

Demikian profil seorang Aktifis dakwah seharusnya. Tak hanya sekedar menyampaikan kebenaran akan tetapi perlu diimbangi dengan maknawiah yang medalam dan kedekatan emosional kita dengan obyek dakwah kita. Sehingga apa yang kita sampaikan dapat diterima dengan jernih dan obyek dakwah kita menerima dengan penuh kepahaman.

Kita terkadang telampau lemah dalam wilayah ini. Jarang kita menampilkan profil sebagai searang Muslim yang belaku lemah lembut kepada sesama Muslim dan tegas kepada orang kafir. Seorang Aktifis seharusnya juga memiliki kompetensi sebagai seorang Murabbi. Dimana ia harus bertindak sebagai orang tua, sebagai seorang syeikh yang mengajarkan ma’nawiyah, sebagai seorang ustad yang memiliki keluasan ilmu dan sekaligus sebagai seorang pemimpin yang mengarahkan dan memberikan tauladan.

Pada kondisi inilah kita memahami bahwa seorang aktifis juga seharusnya seorang Murabbi. Pun sebaliknya seorang Murabbi juga seorang aktifis. Menurut penulis kenapa kemudian dakwah yang kita lakukan tidak optimal dan masif karena kita memisahkan dua hal ini. Seolah seorang aktifis hanya mereka yang aktif di berbagai macam organisasi akan tetapi ia tak punya binaan. Demikian halnya seorang Murabbi hanya mereka yang mempunyai binaan saja akan tetapi tidak aktif dalam keorganisasian.

Inilah realitas yang terjadi saat ini. Padahal sesungguhnya tidak seperti itu. Penulis melihat ada sebuah penyempitan makna dari istilah Aktifis Dakwah itu sendiri. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan mereka untuk mengambil dua peran sekaligus. Padahal kalau kita bisa memadukan keduanya, saya yakin dakwah kita akan cepat berkembang saat ini. Seharusnya seorang aktifis juga mempunyai banyak binaan. Demikian seorang Murrabi harusnya juga aktif diorganisasi yang bukan wasilah kita saja, akan tetapi setiap ormas yang ada disekitar kita.

Dari sinilah akan lahir seorang aktifis dengan kepribadi juga sebagai Murabbi. Dan seorang Murrabi sendiri akan semakin luas ilmu dan pengaruhnya di masyarakat ketika aktif dilembaga-lembaga kemasyarakatan yang bukan hanya milik kita saja. Sehingga tak dapat dipungkiri bahwa sesngguhnya ketika kita sudah mengazamkan diri untuk menjadi seorang aktifis dakwah maka kita harus siap menanggung konsekwensi sebagai seorang Aktifis yang Murrabi dan Murrabi yang aktifis

Spirit menjadi seorang aktifis yang murabbi dan murabbi yang atifis juga tertuang dalam generasi Rabbani yang Allah gambarkan dalam QS Ali Ilran ayat 79, “...walaakingkuunuu rabbaniyyina bimaa kungtum tungallimuun kitab, wabimaa kuntum tadrusunn”, Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya...” (Ali-Imran: 79)

 Diayatnya yang lain Allah berusaha menggambarkan setiap apa yang kita lakukan akan meninggalkan bekas-bekas kebaikan. Dan bekas-bekas itulah yang akan menjadi saksi  kita nanti diakherat saat dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT. Dalam potongan QS. Yasin ayat 12, Allah berfirman,  Inna nahnu nuhyil mauta, sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang mati pada hari kiamat. Wanaktubymaa kaddamuu, dan kami menuliskan apa yang mereka kerjakan. Waasaa rahum, dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.

Di dalam tafsir ibnu katsir dijelaskan bahwa bekas-bekas yang ditinggalkan yang dimaksud adalah setiap amalan kebaikan yang ketika lakukan. Sebagaiman sabda baginda Muhammad “Barang siapa berbuat baik di dalam Islam, maka baginya pahala atas perbuatanya dan pahala orang sesudahnya yang mengamalkannya, tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka, demikian pula sebaliknya” (HR. Muslim).

Kedua ayat diatas semakin memantapka kita untuk terus melakukan peran sebagai aktifis sekaligus sebagai seorang murabi dalam rangka membuat jejak-jejak kebaikan sebanyak mungkin. Semakin banyak orang yang kita sadarkan dan semakin banyak orang yang kita bina, maka bekas-bekas kebaikan itu akan semakin banyak pula. Sehingga hal itu menjadi investasi kebaikan sepanjang masa walaupun kita sudah meninggal. Walahu’alam

By. Rief_fatih, Mutiara kehidupan, 08 Februari 2012
================================================================
PERHATIAN !
Buat Sista dan Bunda yang punya masalah seputar  Kecantikan, kewanitaan dan kandungan:
- Jerawat tak kunjung sembuh
- Noda Jerawat yang tak kunjung hilang
- Luka bakar, oprasi yang buat anda ga pede
- Keputihan
- Gatal, gatal, bau tak sedap di mis v
- Kanker servick, miom
- Kegemukan
- Terlalu kurus
- Sudah lama menikah belum HAMIL
Temukan solusinya di tempat kami
Konsultasi GRATIS via sms/wa 085643035547
bb 75966580 

Menebar CINTA ditengah mereka yang BERBEDA

eksissoulnation.blogspot.com
            Aku dulu juga bukan orang yang baik. Bukan orang yang  tanpa dosa masa lalu. Bukan orang suci yang tak pernah menyakiti hati orang-orang disekitarku. Aku juga bukan orang alim yang senantiasa menjaga shalat lima waktu di masjid. Akan tetapi seburuk-buruknya aku dahulu, Allah masih memberikan jalan untuk kembali mendekat dan bermunajat pada-Nya.

            Bahkan sekarang aku  disebut sebagai seorang ikhwan. Aku dipanggil “Akh” (saudara laki-laki) oleh setiap rekan-rekanku dioraganisasi. Ternyata Allah memberikan hidayah itu melalui lembaga dakwah kampus. Sebuah anugrah yang luar biasa dimana aku mulai paham indahnya Islam. Begitu bahagia dan damai ketika aku mempunyai saudara yang senantiasa mengingatkanku disaat aku lalai. Menasehati disaat aku membutuhkan masukan dan memotifasi disaat aku lemah.

            Aku dulu juga bukan wanita yang baik. Bukan orang yang tanpa dosa masa lalu. Bukan pula orang suci yang tak pernah menyakiti orang-orang disekitarku. Aku juga bukan wanita shalihah  yang senantiasa menjaga shalat lima waktu. Bukan pula wanita yang bisa menutup aurat sepenuhnya. Akan tetapi seburuk-buruknya aku saat itu, Allah masih peduli dan memberikan jalan untuk kembali mendekat dan bermunajat kepada-Nya.

            Bahkan aku sekarang disebut sebagai seorang akhwat. Aku dipanggil ‘Ukh” (saudara perempuan) oleh rekan-rekanku diorganisai. Ternyata Allah mempunyai skenario yang begitu indah, melalui rekan-rekan di lembaga dakwah kampus aku mulai merasakan cahaya Islam. Sebuah karunia yang luar biasa ketika bisa merasakan kesempurnaan dan indahnya ajaran Islam. Aku merasa hati ini tentram ketika senantiasa ada orang-orang disekitarku yang begitu sayang dan peduli terhadap diriku. Mereka lah yang selama ini menunjukan cahaya kebenaran disaat dunia terasa gelap gulita, memberi seribu nasehat di kala hati ini penat dan memberi segunung motifasi dikala diri ini terpuruk.

Itulah kita dahulu saudaraku. Kita bukan seorang malaikat yang bersih tanpa dosa, kita bukan selembar kertas putih yang bersih dari coretan-coretan kesalahan masa lalau. Maka bersyukurlah ketika saat ini kita diberikan kesempatan oleh Allah untuk memperbaiki semua itu. Kita diberika kesempatan istimewa untuk menjadi Jundullah (pasukan Allah) yang menegakan kalimat-Nya di muka bumi.

Tapi ingat saudaraku masa lalu itu bukan untuk dilupakan, akan tetapi masa lalu untuk kita ambil ibrahnya. Sehingga kita tidak merasa menjadi orang-orang suci ditengah saudara-saudara kita yang muslim akan tetapi berbeda pemahanam dengan kita dan memperlakukan mereka sama sebagai orang yang beriman.

Kita terkadang terlampau sombong mengecap mereka yang berbeda itu lebih buruk dari kita. Tanpa kemudian kita melakukan muhasabah diri bahwa dulu kita juga pernah berada dalam kondisi mereka seperti saat ini. Kita seolah memvonis mereka menjadi bagian sekelompok manusia yang dilaknat Allah SWT.

Padahal Rasulullah tidak mengajarkan itu saudaraku. Terlebih mereka yang berbeda adalah sama-sama seorang Muslim. Sama-sama mengakui Allah dan rasulnya akan tetapi mungkin dengan kadar keimanan yang berbeda. Sehingga sebelum kita kemudian menvonis mereka, penulis ingin mengajak kepada seluruh pembaca bahwa kita terlebih dahulu harus memahami peta sosial dan peta keimanan masyarakat kita terlebih dahulu. Peta sosial dan peta keimanan inilah yang akan menjadi rujukan bagaimana kita mengajak mereka dengan cara yang elegan dan efektif kedalam Islam.

Allah SWT telah memberikan gambaran tentang peta sosial masyarakat kita dalam QS. Al-fatihah ayat 7. Allah SWT berfirman (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” Ayat ini memberitahukan kepada kita bahwa ada tiga golongan manusia yang diciptakan oleh Allah SWT setelah mereka tumbuh besar dan berakal. Yaitu orang yang mendapat nikmat, orang yang di laknat  Allah dan orang-orang yang sesat.

Orang yang mendapat nikmat ini digambarkan dalam tafsir ibnu katsir adalah orang-orang mendapat hidayah dan keistiqomahan dalam menjaga keimanan dan ketakwaan mereka. Mereka adalah segolongan orang yang di cintai Allah dan mendapatkan kenikmatan dari Allah SWT. Yang termasuk golongan ini adalah para nabi, shidiqun, orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh.

Orang-orang yang dimurkai adalah orang-orang yang mendapat laknat Allah karena  mereka telah menyimpang dari kebenaran. Dalam Al-Qur’an yang dimaksudkan orang-orang yang mendapat laknat Allah adalah orang-orang Yahudi dan mereka tidak punya amal ibadah (silahkan baca QS Al maidah : 60).

Kemudian orang-orang yang sesat adalah orang-orang yang tidak mempunyai ilmu ilmu pengetahuan dan tidak mendapat petunjuk. Orang-orang yang masuk dalam golongan ini adalah orang-orang Nasrani karena mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang kebenaran (silahkan baca QS. Al Maidah ayat 77).

Dari penjelasan diatas kita dapat mengambil Ibrah bahwa saat ini kebanyakan umat Islam juga masuk pada golongan orang-orang sesat. Mereka mengaku sebagai orang yang beriman akan tetapi kebanyakan perilaku mereka tidak mencerminkan sebagai orang yang beriman. Shalat mereka tinggalkan dengan ringan, melakukan kesyirikan, riba, judi, lidah mereka suka menyakiti orang lain, kalau diberi tanggungjawab tidak amanah dan masih banyak lainnya. Sehingga dalam bahasa sosiologi agama, mereka itulah yang disebut Islam abangan ataupun Islam tradisional. Mereka adalah orang-orang yang berislam tapi tidak secara kaffah (menyeluruh) sehingga konsekwensinya mereka mudah di goda oleh syetan-syetan laknatullah (silahkan baca QS. Albaqarah: 208).

Berkaitan dengan peta keimanan masyrakat kita, Allah SWT juga menggambarkanya dengan sangat jelas dalam QS. Fatir ayat 32, Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” Ayat ini memberikan gambaran kepada kita tentang peta kadar keimanan setiap kaum atapun masyarakat yang diajarkan kebenaran. Tiga golongan itu adalah dholimun linafsih (orang yang menzalimi diri sendiri), muktasid (pertengahan) dan sabiqun bil khairat (orang yang segera melakukan perintah kebaikan).

Dalam tafsir Ibnu Katsir yang dimaksud orang-orang yang dholimun linafsih adalah orang-orang yang beriman dan melakukan sebagian kewajiban akan tetapi bergeliman dengan apa yang Allah haramkan. Orang yang masuk dalam golongan ini akan  mendapat rahmatnya Allah ketika diakherat nanti.

Kemudian yang dimaksud orang-orang yang muktasid adalah orang-orang beriman yang melakukan kewajiban dan meninggalkan yang haram dan terkadang meninggalkan sesuatu yang dianjurkan dan melaksanakan sesuatu yang dimakruhkan. Orang yang masuk dalam golongan ini akan masuk kesurganya Allah dengan hisab ringan.

Orang yang termasuk sabiqun bil khairat adalah mereka yang melakukan kewajiban dan hal-hal yang dianjurkan serta tidak meninggalkan apa yang diharamkan dan dimakruhkan. Orang yang masuk dalam golongan ini akan masuk surganya Allah tanpa hisab.

Dari peta keimanan diatas kita dapat mengambil Ibrah bahwa ketika seseorang sudah bersyahadat dan mengaku sebagai seorang Muslim. Biarpun ia melakukan dosa yang begitu banyak, maka ia tetap mendapat kesempatan masuk ke surganya Allah, entah melalui rahmat Allah ataupun dihisab ringan terlebih dahulu.

Dari pemahaman kedua ayat diatas melalui tafsir ibnu Katsir, kita dapat mengambil Ibrah bahwa peta Sosial dan Peta keimanan masyarakat ini akan sangat membantu kita menggunakan metode dakwah yang sesuai kepada obyek dakwah kita. Sehingga sangat relevan apa yang disampaikan oleh Rasulullah bahwa kita diajarkan untuk berdakwah sesuai bahasa kaumnya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman “Dan tidaklah Kami mengutus seorang Rasul pun kecuali dengan bahasa kaumnya, agar dia menjelaskan (wahyu) bagi mereka. Sehingga Allah berhak menyesatkan orang yang dikehendaki-Nya serta memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (QS. Ibrahim: 4)

Disimpul inilah kemudian kita bisa menemukan sebuah solusi dari permasalahan kita yang sulit melakukan dakwah dengan mereka yang dikatakan berbeda. Terkadang kebanyakan kita baru sampai pada tahapan konsepsi, kita memang sadar harus mendakwahi mereka semua. Mereka yang study oriented, mereka yang suka main band, mereka yang suka naik gunung, mereka yang suka balapan sampai pada mereka yang suka minum dan drugs. Konsep itu terlampau bagus tapi sampai sekarang masih lemah secara realisasi.

Dalam tulisan sederhana ini penulis ingin menarik sebuah konsepsi ideal dakwah yang integral disemua dimensi kehidupan dengan penyesuaian medan dakwah melalui peta sosial dan peta keimanan masyarakat. Dari situlah kita akan menemukan sebuah metode dakwah yang elegan dan efektif.

Penulis melihat salah satu kesulitan kita memberikan warna  kepada mereka yang berbeda adalah kita sudah terlanjur membuat jarak dengan mereka. Sehingga merekapun bersikap prefentif terhadap syiar yang kita lakukan. Kalau kita telusuri lebih jauh, ada sebuah kesalahan vatal yang kita lakukan diawal, yaitu kita ingin menyeragamkan kultur islami di semua bidang garap dalam waktu yang instan. Tidak ada pengecualian terhadap kondisi medan dakwah tertentu yang membutuhkan tenaga yang lebih ekstra. Sehingga dampaknya bukan kita diterima, akan tetapi justru mereka merasa terusik dengan keberadaan kita.

Ada sebuah cerita hikmah yang mungkin kita bisa mengambil ibrah. Kisah  dua orang sahabat yang mempunyai kepribadian berbeda. Yang satu adalah seorang laki-laki yang suka minum-minum dan berfoya-foya dan yang satu adalah seorang yang alim dan tawadhu. Uniknya seorang yang alim itu senantiasa menemani sahabatnya mabuk-mabukan di diskotik. Namun ketika melihat sahabatnya mabuk-mabuk dan berfoya-foya dengan wanita, orang yang alim tadi tak pernah menasehati dan berceramah didepannya. Sahabatnya yang alim hanya menemani, duduk dan diam. Tak ada yang dilakukan oleh dia, seolah ia terdiam medoakan agar sabatnya mendapat hidayah. 

Suatu ketika moment instimewa itu terjadi. Sahabat yang suka bermabuk-mabukan tadi bertanya pada sahabatnya yang alim. Wahai sahabatku, kau senantiasa menemaniku ketika kau mabuk dan bermain perempuan, tapi kenapa kau tak pernah berkomentar atau menceramahi aku? Sahabat yang alim tadi hanya berucap, buat apa aku ceramah dan menasehati kamu, kamu sendiri sudah tahu perbuatan yang kamu lakukan dibenci Allah dan akan mendatangkan murka Allah. Medengar jawaban sahabatnya seolah langit runtuh, hatinya tecabik-cabik dan remuk seolah ditimpa batu dari dosa-dosanya yang begitu besar. Kata-kata sederhana sahabatnya yang alim tadi menjadi jalan ia mendapatkan hidayah. Subhanallah maha suci Allah yang berhak memberika hidayah. 

Tak perlu seorang yang alim banyak kita berceramah dan menasehati sahabatnya yang sedang dibutakan dunia. Tak perlu ia menyampakan dalil-dali dalam Al-Qur’an dan hadits untuk mengingatkannya. Ternyata justru sikap loyalitas dan kesabaran sahabatnya yang alim itulah yang menjadi jalan seorang yang dibutakan kenikmatan dunia mendapat hidayah Allah SWT.

Kisah diatas memberikan pemahaman kepada kita bahwa ketika kita ingin terjun ke medan dakwah dengan mereka yang berbeda, maka kesabaran kita itulah yang mungkin akan menjadi mahar bagi mereka mendapatkan hidayah Allah SWT. Kesabaran dan sikap loyalitas kitalah yang akan menyentuh hati mereka dari setiap nasehat yang kita sampaikan.

Tanpa adanya loyalitas terhadap mad’u (obyek) dakwah kita, maka akan sangat sulit keberhasilan dakwah kita. Loyalitas itulah yang membentuk keterikatan kita dengan orang yang kita dakwahi. Rekan-rekan mungkin masih ingat kisah lelaki tua buta yang ada di pojok pasar Madinah yang setiap saat mengatakan Muhammad itu pendusta dan gila. Padahal orang yang dikatakan pendusta dan gila adalah orang yang senantiasa menyuapi ia makan yaitu Rasulullah SAW sendiri. Sikap loyalitas yang dilakukan baginda nabi pada akhirnya mengantarkannya mendapatkan jalan hidayah.

Secara praktis sebetulnya ini bukan hal yang rumit. Cuma terkadang kita yang sering tidak sabar dalam menghadapi tantangan kondisi yang ada. Sikap kita sendirilah yang terkadang membuat mereka menjauhi kita. Sehingga cukup dengan Qudwah (keteladanan), loyalitas (al wala) dan kesabaran (shobr), inysa Allah hidaya Allah akan melekat dihati obyek dakwah kita.

Qudwah akan menjadikan kita lama-kelamaan sebagai protipe obyek dakwah kita dalam bersikap. Kita harus menjadi pribadi yang mempunyai prinsip namun elegan dalam menyampaikan sehingga obyek kita menghormati kita. Al wala akan mengikat kededekatan hati antara kita dengan obyek dakwah. Al-wala ini bisa dibangun dengan pendekatan emosional dan spiritual. Perlakukan dia dengan lemah lembut dan senantiasa sebut nama dia dalam setiap doa kita. Kesabaran kita sendiri akan menjadi bukti kesungguhan kita di hadapan Allah yang ingin menyadarkan obyek dakwah kita. Bisa saja kesabaran inilah yang menjadi kunci pokok keberhasilan dakwah kita.
.....
Rasanya baru kemarin aku merasa BEDA dengan mereka
Perbedaan yang kadang juga sulit aku terjemahkan
Aku melakukan shalat, mereka juga shalat
Aku mengucapkan salam mereka pun membalasnya
Aku memakai kerudung mereka pun memakai kerudung
Aku puasa dan zakat merekapun puasa dan zakat
.....
Seolah perbedaan itu tak pernah ada
Namun  setelah aku telusuri
Ternyata shalat mereka masih jarang
Allah pun sering mereka duakan
Jilbab mereka pun telampau kecil terlihat hanya fariasi
.......
Setelah ku dekati mereka
Aku baru tahu
Ternyata mereka belum paham
Tapi ada juga yang lalai
Tapi ada juga yang tidak mau
......
Aku pun semakin bingung
Sebetulnya mereka kenapa
Apa yang membuat mereka jarang shalat?
Apa yang membuat mereka menyekutukan Allah?
Apa yang membuat mereka mengingkari syariat Allah
......
Sejenak ku merenung
Baru sekarang aku dapatkan jawabanya
Ternyata mereka sekarang sedang tersesat
Mereka sedang terjebak pada jalan keburukan
......
Aku kembali merenung
Berarti tugasku saat ini adalah menunjukan jalan kebenaran itu
Menunjukan jalan dengan cara yang elegan
Cara menyampaikan dengan mencontohkan
Cara memberi tidak dengan menyakiti
Cara menasehati tidak dengan menghakimi
......
Aku kembali menguatkan diriku
Dulu juga aku pada posisi tersesat seperti mereka
Akan tatapi aku beruntung ada orang yang menyadarkanku
Saat ini kalau aku membiarkan mereka
Lalu siapa lagi yang mencerahkan mereka?

By. rief_fatih ......mutiara kehidupan, 07 februari 2012
================================================================
PERHATIAN !
Buat Sista dan Bunda yang punya masalah seputar  Kecantikan, kewanitaan dan kandungan:
- Jerawat tak kunjung sembuh
- Noda Jerawat yang tak kunjung hilang
- Luka bakar, oprasi yang buat anda ga pede
- Keputihan
- Gatal, gatal, bau tak sedap di mis v
- Kanker servick, miom
- Kegemukan
- Terlalu kurus
- Sudah lama menikah belum HAMIL
Temukan solusinya di tempat kami
Konsultasi GRATIS via sms/wa 085643035547
bb 75966580 

Monday 6 February 2012

Menjadi Dermawan itu Harus, Tapi kaya itu PILIHAH

majalah.pengusahamuslim.com
            Begitu sedih diri ini ketika melihat puluhan anak-anak kecil yang belum tahu kehidupan harus meminta-minta di sepanjang jalan. Seolah dalam pikiran mereka tiap harinya hanya uang, uang dan uang.Tak ada hak bagi mereka untuk menatap masa depan. Tak ada kesempatan untuk mereka belajar dibangku sekolah. Yang ada  hanya ganasnya kehidupan jalanan yang harus mereka hadapi setiap saat. Inilah potret kehidupan bangsa kita saat ini. Bangsa dimana 80 % lebih penduduknya adalah kaum Muslimin.

            Begitu perih diri ini ketika tak mampu berbuat banyak untuk mereka. Seolah diri ini tak berguna apa-apa. Aku lelah-lelah berkuliah, berorganisai pontang-panting kesana-kemari namun ketika mereka menengadahkan tanganya di depan mata kita, hanya ada uang yang cukup untuk makan hari. Aku tak punya banyak uang, karena jatah dari ayah Ibu hanya cukup untuk keperluanku.
             
             Begitu sakit dan sesak dada ini ketika ada panggilan pengabdian kepada masyarakat diluar kota aku tak bisa memenuhi seruan itu, karena jika aku ikut, esok juga tak bisa makan. Seolah aku tak mampu berbuat banyak ketika masyarakat membutuhkan. Percuma aku di juluki sebagai aktifis mahasiswa ketika masyarakat membutuhkan uluran tanganku, sementara untuk makan hari ini saja aku kesusahan.

            Begitu malu diri ini, hingga detik ini aku masih mendapat kiriman uang dari bapak dan ibu di rumah. Uang yang tak tahu aku dapatkan dari mana, akan tetapi ketika aku meminta mereka senantiasa mencukupi. Mungkin dari jual pekarangan, jual sapi, jual sepeda motor atau bahkan berhutang. Semuanya mereka lakukan agar aku tetap bisa kuliah dan menjadi sarjana kebanggaan keluarga.
            Tak peduli jika mereka harus keluar begitu banyak tetesan keringan untuk mendapatkan uang. Tak peduli begitu banyak luka  yang meneteskan darah dari tubuhnya ketika mereka bekerja. Tak peduli ketika mereka harus dihina dan dilecehkan orang ketika mereka harus berhutang. Semuanya mereka lakukan hanya untuk mencukupi semua keperluanku.

            Ayah, Ibu, aku begitu malu pada kalian. Malu tak mampu berbuat apa-apa. Aku hanya tinggal memberi kabar uangku habis. Tanpa banyak berkata engkau langsung mengatakan “nanti ayah kirim”. Aku tinggal menunggu dan tak selang beberapa jam ATM sudah terisi lagi.
            Aku malu saat itu ketika setiap pekan aku harus meminta uang tiga ratus ribu. Mungkin bagi mereka tidak seberapa ketika usaha keluarga omsetnya tinggi. Namun ketika usaha mereka sedang sepi, aku juga tetap mendapatkan uang yang sama. Aku malu melihat diriku yang hanya bisa meminta dan meminta.
           
            Setidaknya itulah gambaran kondisi kebanyakan mahasiswa Indonesia yang tak mampu survive dalam hal ekonomi. Jiwa kemandirian kebanyakan mahasiswa masih sangat lemah karena pengaruh pendidikan di indonesia yang membentuk mereka memiliki mental pekerja bukan mental pemimpin. Kebanyakan maind set mahasiswa bekerja ditempat orang lain adalah tujuan akhir bukan sarana untuk belajar dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.

            Pola pikir ini telah membentuk mereka menjadi pribadi-pribadi yang lemah secara kematangan pribadi. Mereka senantiasa menggantungkan nasibnya kepada orang lain dari pada harus berjuang mengembangkan potensi yang dimiliki. Sehingga wajar kecenderungan yang muncul adalah, meskipun sudah menjadi mahasiswa yang notabenya manusia terpelajar sampai lulus pun masih minta kiriman bulanan kepada orang tuanya. Karena mereka hanya cerdas akan tetapi seperti yang dikatakan prof. Husain Haikal lemah secara mental.
            Lemah untuk berfikir berbeda dan menciptakan sesuatu yang baru. Lemah untuk berani berbeda dan memodifikasi sesuatu yang telah ada. Kebanyakan mahasiswa tidak menyadari bahwa pola pendidikan yang mereka dapatkan saat ini secara tidak langsung sedang mengcreat mereka menjadi pribadi yang lemah secara mental.

            Pendidikan saat ini kebanyakan tidak mengakomodir seseorang dengan kemampuannya bisa eksis di masyarakat. Namun seolah semua diseragamkan, sehingga skill yang mereka miliki tidak dapat berkembang. Dalam kondisi inilah akan lahir pribadi-pribadi yang mungkin unggul secara intelektual akan tetapi lemah secara mental dan pas-pasan secara kemampuan.
            Sadar atau tidak sadar itulah yang penulis rasakan. Mungkin berbeda dengan anda. Akan tetapi pada tulisan ini saya ingin berangkat dari sebuah realita kemiskinan yang kita dapati saat ini. Di berbagai media disampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi kita naik, akan tetapi justru angka kemiskinan dikalangan rakyat jelata bertambah. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi itu terjadi pada sisi makro sehingga hanya kalangan elit pengusaha besar yang dapat menikmati perkembangan itu.

            Dari sinilah kita dapat melihat kondisi perekonomian kita bermasalah. Disisi lain tingkat kelulusan tenaga kerja tidak diimbangi denga lapangan kerja baru. Sehingga belakangn muncul trend pengangguran terdidik. Data survei Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) tahun 2009 saja, diungkapkan, dari 21,2 juta masyarakat Indonesia yang masuk dalam angkatan kerja, sebanyak 4,1 juta orang atau sekitar 22,2 persen adalah pengangguran.
Hal ini bisa terjadi karena berdasarkan hasil penelitian, keberhasilan sesorang ditentukan oleh pendidikan formal hanya sebesar 15% dan selebihnya 85% ditentukan sikap mental atau kepribadian. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Prof. Husain haikal dalam berbagai kesempatan diskusi dengan penulis. Jadi sangat wajar ketika saat ini banyak pengangguran dari kalangan SARJANA.

Kesadaran ini harus dipahami oleh seluruh elemen pendidikan terkait, termasuk mahasiswa. Tidak selamanya kita menggantungkan nasib kita nanti kepada sebuah perusahaan ataupun instansi pemerintahan. Karena tak sebanding tenaga kerja yang tersedia dibanding dengan jumlah lowongan kerja yang ada.
Penulis ingin mengajak pembaca berada dalam satu titik kesadaran yang sama bahwa solusi permasalahan ekonomi bangsa ini sangat tegantung pada ekonomi riil masyarakat yang secara langsung akan menghidupi masyarakat kelas bawah. Maka sudah saatnya untuk menuju kesana kita sebagai mahasiswa harus berlatih mandiri secara finansial terlebih dahulu.
Sebelum semua terlambat, sebelum kita mempunyai predikat pengangguran pasca lulus nanti maka mari kita bergerak. Status kita sebagai mahasiswa sangat mendukung kita untuk melakukan sebuah upaya riil untuk meunju kemandirian ekonomi. Fasilitas dan kemampuan kita dari segi intelektualitas yang dimiliki sebagai seorang mahasiswa menjadi modal dari kita mendirikan sebuah unit usaha riil. Begitu banyak pilihan sektor riil yang bisa kita garap, mulai dari jasa distributor, jasa pelayanan loundry, foto copy, kuliner dan lai-lain.

Peluang-peluang itu senantiasa ada. Dan hal ini benar-benar sudah ada yang membuktikannya. Sebut saja salah satunya mas Firmansyah SH lulusan Fakultas Hukum UGM, beliau berhasil mengolah singkong (telo) yang merupakan makanan orang ndeso menjadi prodak bernilai ekonomis, mulai dari tella kress, cokro telo dll. Sekarang omset usahanya sudah milliaran dan bisa menyediakan lapangan pekerjaan baru. Atau sebut saja mas Agung Nugroho pemilik simple free loundry yang sudah memiliki 168 cabang  yang tersebar di seluruh kota di Indonesia. Atau yang tidak jauh-jauh seorang mahasiswa UNY dari Fakultas Teknik mas muarif yang sukses dengan usahanya kedai jamur. Diusia usahanya yang masih baru, saat ini beliau sudah memiliki tiga cabang.

Masih banyak lagi wirausahawan-wirausahawan muda mahasiswa yang mampu mandiri dan eksis di panggung ekonomi riil. Sehingga pertanyaan saat ini jatuh pada diri kita. Mau sampai kapan kita berdiam diri meratapi rasa malu kita yang senantiasa meminta uang bulanan kepada orang tua. Atau sekarang saatnya beraksi riil?
Manfaatkan status kamu sebagai mahasiswa saat ini, jangan sampai baru sadar ketika kamu sudah menjadi bagian dari pengangguran terdidik di Indonesia. Menjadi bagian dari orang-orang yang dimarginalkan dan dilecehkan. Tidak ada pengangguran yang enak saudaraku. Dimana-mana pengangguran selalu dicemooh dan dihina oleh orang lain.

Masih mempunyai muka kah kita dihadapan orang tua kita nanti ketika pekerjaan tak kita dapatkan? Tak sempat terpikirkankah betapa mereka ingin berhenti sejenak menhidupi kita? Tak sempatkah kau renungkan bahwa mereka juga ingin merasakan hasil dari kita bekerja?
Saya yakin kondisi itu rekan-rekan bisa merasakan. Setiap mahasiswa pasti mempunyai keinginan untuk membahagiakan orang tua mereka. Sehingga pada point yang kedua penulis ingin mengajak pembaca berada dalam suatu titik kesadaran bahwa apapun profesi anda saat ini, satu-satunya profesi yang bisa membuat anda cepat kaya dan bermanfaat riil bagi orang lain yang anda pekerjaan adalah sebagai enterpreneur.

Baginda nabi SAW pun Pernah bersabda “ Mata pencarian apakah yang paling baik, Ya Rasulullah? ”Jawab beliau : Ialah seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.” (HR. Al-Bazzar). Dalam riwayat lain Rasulullah pernah bersabda : “ Allah mengasihi orang yang bermurah hati waktu menjual, waktu membeli, dan waktu menagih piutang.”Bahkan sejarah pun telah mencatat bahwa10 dari Sahabat Rasulullah yang sudah di Jamin masuk Surga, 8 orang diantaranya adalah Seorang enterpreneur.
Saat ini jadilah guru dan dosen yang enterpreneur, jadilah karyawan yang enterpreneur, jadilah perawat dan dokter yang enterpreneur. Kita hitung-hitungan secara matematis saja. Ketika anda menjadi seorang guru atapun karyawan dengan gajih 2 juta setiap bulannya. Dengan gajih segitu dibandingkan kebutuhan kita setelah kita berkeluarga nanti, apakah masih ideal? Kapan anda mempunyai rumah sendiri? Kapan anda bisa membahagiakan keluarga dengan mempunyai mobil pribadi sendiri? Kapan anda bisa menghajikan orang tua? Atau berapa besar uang anda yang akan disisihkan untuk berinfak dan berzakat?

Ippho santoso dalam sebuah bukunya menyampaikan bahwa dunia enterpreneur adalah dunia ketidakpastian. Akan tetapi justru ketidakpastian itulah bentuk rahmatnya (kasih sayangnya) Allah. Kenapa ? Karena dunia bisnis itu tak ada angka minimal dan maksimal serta tak ada angka tetap. Bisa jadi hari ini pendapatan kita sedikit, akan tetapi esok hari pendapatan kita sepuluh kali lipat. Disinilah rahmatnya Allah berbicara, kita tidak akan pernah menyangka pendapatan kita setiap harinya. Berbeda dengan kita menjadi seorang guru ataupun karyawan yang penghasilanya tetap.
Secara tidak langsung kondisi yang penuh ketidakpastian ini, akan mengcreat kita menjadi pribadi yang semangat dalam bekerja dan berdoa kepada sang pemberi rizky. Kondisi ini akan membawa kita memiliki etos kerja yang positif. Kita akan menjadi pribadi yang disiplin, tanggung jawab, religius dan senang berbagi.

Karena etos kerja yang positif inilah yang akan menentukan keberlangsungan usaha yang kita bangun. Sehingga tak heran sekarang muncul kembali pengusaha-pengusaha Muslim yang kaya dan sangat dermawan. Sebutlah AA Gym, Ustad Yusuf mansur dan yang tak kalah tenar mas Jody pemilik waoeng steak. Mereka adalah contoh profil sukses enterpreneur Muslim yang senantiasa berbagi dengan orang lain dan berinfak untuk agamanya.

Saat ini terserah kamu, mau memilih jalan orang-orang yang biasa, atau orang orang luar biasa seperti mereka yang mampu membuat dirinya kaya dan berbagi dengan orang lain. Jangan berfikir kita ingin menjadi seorang guru ketika kita tidak punya ilmu. Jangan berfikir menjadi seorang pelatih renang ketika kita tak bisa berenang. Jangan juga berfikir menjadi seorang dermawan saat kita tak punya banyak uang.

Pada prinsipnya dermawan itu keharusan dan kaya itu pilihan. Akan tetapi tanpa kekayaan kita tak dapat menjadi orang yang dermawan. Sehingga mau tidak mau, suka atau tidak suka ketika kita ingin membahagiakan banyak orang maka menjadi kayalah terlebih dahulu. Jadi Apapun profesi kamu pastikan kamu adalah seorang enterpreneur !

By. rief_fatih, mutiara kehidupan, 07 februari 2012
================================================================
PERHATIAN !
Buat Sista dan Bunda yang punya masalah seputar  Kecantikan, kewanitaan dan kandungan:
- Jerawat tak kunjung sembuh
- Noda Jerawat yang tak kunjung hilang
- Luka bakar, oprasi yang buat anda ga pede
- Keputihan
- Gatal, gatal, bau tak sedap di mis v
- Kanker servick, miom
- Kegemukan
- Terlalu kurus
- Sudah lama menikah belum HAMIL
Temukan solusinya di tempat kami
Konsultasi GRATIS via sms/wa 085643035547

bb 75966580 

Sunday 5 February 2012

Ketika Rasa Malu Tak Lagi Bersamayan di Hati Aktifis

Maka Tunggulah sampai Allah akan mendatangkan keputusannya
ainicahayamata.wordpress.com

            Rasanya baru kemarin aku bergabung dengan jamaah ini. Sebuah waktu yang singkat menurut ukuran sebuah peradaban. Namun waktu yang singkat itu telah membuatku begitu jatuh cinta dengan jamaah ini. Jatuh cinta dengan bagaimana jamaah membina diri ini. Jatuh cinta bagaimana jamaah ini mengajarkan sebuah ikatan yang tak bisa tergantikan dengan apapun, yaitu ukhuwah Islamiyah. Akun jatuh cinta pula karna kebaikan akhlak setiap aktifisnya.

            Aku jatuh cinta dengan wajahnya yang senantiasa bercahaya karena air wudhu, lisannya yang terjaga dengan tilawah dan keningnya yang berbekas karena lamanya ia sujud. Sungguh aku jatuh cinta dengan jamaah ini. Cinta yang sulit untuk aku ungkapkan namun senantiasa aku rasakan. Cinta yang sampai saat ini membuatku bisa bertahan didakwah ini.

            Kini setelah beberapa generasi dakwah ini berkembang, begitu banyak ujian yang harus kami hadapi. Tak terkecuali sebuah lahan dakwah yang membesarkanku sampai saat ini. Lahan dakwah yang menjadi pengkaderan utama jamaah ini. Lahan dakwah yang menjadi cerminan kebelanjutan dakwah ini. Dengan lantang aku mengatakann ITULAH KITA ! aktifis dakwah kampus.

            Sebuah miniatur negara, dimana kita ADK dibina untuk belajar mengelolanya untuk dijadikan miniatur sebuah peradaban. Sebuah miniatur peradaban yang nantinya akan menjadi prototipe peradaban Indonesaia bahkan dunia. Disana kita diajarkan bagaimana mengelola masjid kampus sebagai pusat peradaban. Kita diajarkan mengelola Lembaga dakwah kampus di tingkat fakultas dan universitas sebagai wasilah membumikan kalimat, “la illaha illah”, tiada tuhan selain Allah , “wasshadualla muhammadarrasulullah”, dan Muhammad adalah Rasul Allah. Disana kita juga diajarkan mengelola lembaga penelitian, ekonomi dan politik untuk mendukung dan membelajarkan kita sebagai bekal dakwah disemua apek kehidupan.

Tahun 1998 mungkin bisa dikatakan momentum titik balik dakwah kita setelah 32 tahun lebih kita dikekang oleh pemerintahan yang otoriter. Dari tahun ketahun dakwah kampus semakin berkembang dan mulai menunjukan pengaruhnya di masyarakat luas. Memberikan solusi di masyarakat dan mencoba melakukan sesuatu yang real untuk mereka.

            Namun seiring luasnya segmentasi dakwah yang kita garap. Mulai muncul permasalah baru di internal ADK. Intensitas aktifitas dilapangan yang semakin padat menuntut mereka harus banyak berjibaku di luar. Dari pagi sampai sore mereka di sibukkan dengan kegiatan berbagai macam oraganisasi kampus. Sementara di sisi lain mereka tidak sempat mencarge ruhinya mereka, sehingga dari situlah naluriah manusianya mulai muncul. Seorang ADK merasa ingin diperhatikan oleh sesama ADK, bahkan yang lebih ekstrim seorang ADK ingin di perhatikan oleh lawan jenisnya.

            Dari situlah kultur kita mulai tereduksi. Budaya tilawah, budaya shalat sunah, budaya membaca dan lain-lain perlahan mulai hilang dari peredaran. Topik-topik diskusi antar mereka pun sudah berubah menjadi topik ikhwan dan akhwat galau yang membutuhkan perhatian lawan jenis dan merindukan pernikahan akan tetapi mereka belum mampu melakukannya.

            Penulis memahami bahwa kondisi itulah yang akhirnya memicu masalah baru dikalangan ADK. Rasa perhatian antar ikhwan dan akhwat yang berlebihan dengan tidak diimbangi oleh amalan yaumiah yang kuat jelas akan menimbulkan kemaksiatan baru. Maka tak heran mulai muncul  cinta bersemi sesama aktifis, atapun para ADK yang menikah keluar dari koridor syar’i.
           
            Penulis ingin menempatkan bahwa permasalahan ini adalah permasalahan komplek dan mengatasinya pun harus dari semua sisi. Secara fundamental, akar dari permasalahan ini bersumber dari pemahaman ADK yang belum mantap pada sisi keimanan. Penulis berani mengatakan para ADK yang bermasalah berarti Iman mereka bermasalah dan ilmu aqidahnya belum lulus. Karena Allah menggambarkan Iman itu dengan Al-haya (rasa malu). Keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ketika salah satunya hilang, maka yang lain pun ikut hilang. Sebagaimana sabda Rasululloh SAW, “Malu dan iman saling berpasangan. Bila salah satunya hilang, maka yang lain turut hilang.” (HR Hakim dalam kitab Al-Mustadrak).

            Para ADK yang melakukan penyimpangan cinta dari kaidah syar’i berarti rasa malunya mulai hilang dan imanya pun bermasalah. Mereka lebih memilih terbuai syahwat lawan jenis dari pada malu kepada Rabbnya. Dalam tataran pemberian pemahaman al haya ini dibutuhkan peran Murrabi dan tasqif untuk memperbaiki aqidah mereka. Diperlukan sebuah gerakan masal untuk mengimbangi tema-tema kajian yang bersifat praktis dengan kajian Aqidah yang berifat Ideologis. Dari situlah jamaah ini akan terjaga, tanpa ada pemahaman aqidah yang kokoh dikalangan ADK, maka jamaah ini tinggal menunggu waktu kehancurannya.

Dari sisi psikologi, penulis memang mengamati benar masalah ini. Pada usia-usia ADK saat ini kebanyakan masa Puber itu terjadi. Masa dimana keinginan untuk diperhatikan lawan jenis mulai tumbuh. Masa dimana ketertarikan antar lawan jenis mulai muncul. Kondisi ini juga secara langsung telah berpengaruh terhadap permasalahan cinta para ADK. Di sinilah peran murabbi dan orang-orang disekitar kita yang berkewajiban untuk saling mengingatkan.

Kalau memang saat itu seorang kader belum mampu untuk menikah, usahakan jauhkan seorang kader dari topik-topik tentang munakahat. Karena ketika ada asupan tentang indahnya sebuah pernikahan, sementara seorang ADK saat itu juga ingin segera menikah akan tetapi kondisinya yang belum mendukung, hal itu akan membuat mereka mencari jalan pintas untuk mendapatkan perhatian layaknya seorang pacar atau suami istri dari alawan jenis. Sehingga begitu penting orang-orang disekitar mereka yang bermasalah untuk mengkondisikan.

Dalam tahapan ini kita sudah masuk pada tataran metodologi. Bagaimana kemudian kita menyampaikan sebuah konsep cinta dalam islam kepada para ADK yang sedang melakukan peyimpangan cinta itu sendiri. Dalam tataran metodolis ini kita sering terjebak pada standarisasi yang kita gunakan. Kita sering kali menggunakan standarisasi rasa dari pada standarisai keimanan, sehingga terkadang kita merasa kasihan untuk mengingatkan atapun takut ia tersinggung dan marah.

Ketika kita menghadapi masalah ini dengan standarisai rasa, pasti ujung-ujungnya permasalahan ini tidak akan selesai. Justru akan muncul fitnah semakin luas. Sehingga standarisasi yang harusnya kita gunakan adalah standarisasi keimanan. Sahabat-sahabat semua mungkin pernah mendengar kisah salah seorang sahabat nabi yang dihukum tidak diajak berkomunikasi selama 40 hari karena tidak ikut berperang tanpa alasan syar’i. Kasus ini mengajarkan kepada kita bahwa ketika Rasulullah menggunakan standarisasi rasa mungkin beliau tidak akan tega memberikan hukuman itu  dan hasilnya pun tidak seefektif ketika beliau menggunakan standarisasi keimanan.

Demikian pula dengan kasus ADK yang bermasalah ini, struktur ataupun rekan-rekan terdekatnya bisa menggunakan cara yng dilakukan Rasulullah SAW. Sehingga nanti akan terlihat, mana orang-orang yang benar-benar berdakwah karena Allah atau mana yang hanya ingin mencari keuntungan dunia semata termasuk salah satunya pendamping hidup. Lagi-lagi jangan pernah khawatir mereka akan marah dan keluar dari jamaah ini. Kalau memang mereka orang baik, pasti bisa ingatkan dan sama-sama memperbaiki diri. Akan tetapi kalau itu tidak bisa ya biarlah dia pergi dari jamaah ini.

Kita tidak butuh mental-mental kader seperti itu. Kita tidak butuh orang-orang seperti muhajir ummu khais yang berhijrah karena ingin menikahi Ummu Khais pada masa Rasulullah SAW. Keberadaan mereka yang ada hanya akan merusak yang mengurangi keberkahan dakwah yang kita lakukan. Kalau dalam sisi ini kita tidak tegas justru jamaah ini yang akan hancur. Biarlah Allah yang menilai dan memberikan keputusan terbaik bagi mereka yang tidak bisa kita ingatkan.

Dari kacamata interaksi sosial antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, penulis melihat sesungguhnya ukhuwah islamiyah antar ADK adalah sebuah ikatan yang bisa mencegah dan menyelesaikan masalah ini. Sesungguhnya kalau kita sesama ADK bisa benar-benar memahami apa itu ukhuwah mulai dari ta’aruf, tafahum, ta’awun dan takaful serta konsekwensi yang ada di dalamnya, maka kita bisa menjaga saudara-saudara kita dari penyimpangan. Karena secara tidak langsung para ADK mendapatkan rasa kasih sayang yang dirindukan itu dari rekan-rekannya secara proporsional.

Dari kacamata payung hukum yang sifatnya praktis, penulis menilai bahwa aturan jam malam akhwat, adanya hijab ketika ada agenda, tidak boleh berdiskusi dengan topik lawan jenis, ghadul bashar dll, sebetulnya bisa juga menjadi upaya pencegahan dan penyelesaian masalah ini. Sehingga dibutuhkan intrumen dan sarana untuk membumikan aturan-aturan itu. Penulis melihat peran strategis ini bisa diambil alih oleh takmir sebagai pusat kegiatan ADK dan SKI, sehingga dibutuhkan orang-orang kuat secara fikrah dan amalan yaumiahnya di sana. Kalau orang-orang yang berada di dua wasilah ini masih celelean, ya sudah dampaknya aturan-aturan itu tidak akan ditaati.

Terakhir, sekaligus merangkum apa yang penulis sampaikan diatas untuk menyelesaikan permasalahan ini kita harus membangun kembali kultur yang lebih ketat tapi moderat. Kita kembali pada orientasi awal jamaah ini dibentuk dan mengunakan semua manhaj-manhaj gerakan kita secara menyeluruh. Kultur inilah yang akan mencegah dan menyelesaikan permasalahan itu dan akan menjadi intrumen efektif menjaga keberlangsungan dakwah kita.

Kembali gemakan kultur tilawah diantara kader, membina, dhuha, tahajud dan lai-lain. Agar setiap lokus diskusi itu tidak lagi membicarakan cinta bersemi antara ikhwan dan akhwat akan tetapi kebaikan dan kebaikan yang terus kita dengungkan. Berapa tilawah antum hari ini? Sudah shalat dhuha akhi? Tadi malam Qiyamul’lail berapa rakaat? Hafalan antum sekarang sampai jus berapa? Sudah baca buku ini? Sudah berapa binaan antum?
Tema-tema diskusi semacam ini, secara tidak langsung akan mengurangi intensitas kita berkomunikasi dengan lawan jenis dan lebih fokus melakukan perbaikan diri. Kader akan berfikir besar bagaimana memikirkan tantangan dakwah kedepan dan upaya memenangkanya sembari mengupgrade terus kapasitas keilmuan dan amalan yaumiahnya. Mereka tidak lagi memikirkan perkara remeh temeh yang akan menegelamkan diri mereka sendiri dari peredaran dakwah.

Sahabat-sahabat semuanya, saya begitu takut ketika membaca ayat ini: “Dan jika Kami hendak membina-sakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya” (QS.Al Israa’: 16). 

Ayat diatas menjelaskan konteks pergantian sebuah kelompok masyarakat yang zalim dengan masyarakat baru yang lebih baik. Allah SWT akan menghancurkan suatu bangsa jika elit-elit atau pembesar masyarakat pada suatu bangsa itu melupakan Allah SWT. Mereka meninggalkan aturan agama, dan membuat kerusakan di bumi. 
Puncak dari semua masalah yang dapat menghancurkan peradaban suatu bangsa adalah kehancuran iman dan akhlaq. Apabila iman kepada Allah SWT sudah rusak, secara otomatis pula akan terjadi pembangkangan terhadap aturan-aturan Allah SWT. Nabi SAW bersabda : “Apabila perzinaan dan riba sudah melanda suatu negeri, penduduk negeri itu telah menghalalkannya, dan turun-lah azab Allah atas mereka” (HR.Thabrani).

Dalam sejarah manusia, berbagai kehancuran peradaban di muka bumi sudah begitu banyak terjadi, dan Allah SWT menganjurkan kaum Muslimin agar mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. Sebagai contoh, Kaum Ad telah dihancurkan oleh Allah SWT karena mereka berlaku sombong, takabur, merasa paling berkuasa dan kuat. (baca QS.Fushshilat : 15). Begitu juga kehancuran yang menimpa Fir’aun, Namrudz, dan beberapa bangsa lainnya yang dikisahkan dalam Al Qur’an. Semuanya tidak lepas darj perilaku kaum itu yang menganggap remeh atas aturan Allah SWT dan hidup sewenang-wenang dengan kesombongan.
Dalam kontek kejamaahan, kita juga bisa mengambil ibrah dari konsep pergantian kaum diatas. Ketika kita saat ini tidak mampu mengedalikan bahtera kita di medan juang maka kita akan terlempar dari lahan dakwah. Ketika kita tidak mampu menjaga manhaj dan melakukan proses taurits yang maksimal maka kehancuran kita tinggal menunggu waktu saja. Ketika kita tidak tegas terhadap segala penyimpangan yang dilakukan oleh kader-kader kita, maka tunggu saja justru kita yang akan hancur dengan sendirinya.

Ketika kebanyakan kader sudah terbuai dengan kenikmatan dunia, salah satunya adalah sahwat lawan jenis maka TUNGGULAH Allah akan memberikan keputusanya. Entah dengan mengurangi keberkahan setiap pernikahan yang dilakukan melanggar syariat. Mungkin mereka akan melahirkan anak-anak yang nakal sulit diatur, anak yang bodoh-bodoh, pertengkaran dalam rumah tangga, rizky yang tidak barokah, sampai mereka tidak diterima di masyrakat dan hina di mata Allah.
Entah dengan mengazab langsung setiap ikhwan maupun akhwat yang melakukan pelanggaran syariat dengan berpacaran kita juga tak pernah tahu. Mungkin dengan penyakit kelamin, mungkin dengan tidak dianugrahi keturunan, mungkin akan disempitkan rizkynya kita juga tak pernah tahu. Maka tunggulah keputusan Allah pasti nyata. Kalau sudah seperti itu, janganlah kau salahkan murabbi dan saudara-saudara antum yang sudah mengingatkan. Tapi salahkan diri antum yang terlampau SOMBONG menerima kebenaran.
.....
Saudaraku, diri ini sadar bukan orang yang shalih dan luas ilmu
Diri ini mungkin lebih hina dibanding antum di mata Allah SWT
Mungkin Allah SWT lebih mencintai antum dari pada diri ini
Mungkin pula derajat antum lebih mulia di sisi-Nya
......
Aku tak tahu seberapa panjang rakaatmu disetiap sepertiga malam
Aku juga tak pernah tahu berapa banyak kau baca ayat-ayat cinta Rabbmu
Aku pun tak tahu sudah berapa banyak orang yang antum bina
Aku pun tak pernah tahu seberapa sering kau kerumah-Nya
......
Aku hanya bisa berharap,
Kebaikan yang engkau lakukan aku pun turut melakukan
Keburukan yang tidak antum lakukan aku pun terhindarkan
Setiap seruan yang kau ikuti, akupun turut membersamai
......
Saudaraku, jadilah jika ada kahwat yang menggodamu
Jadilah seperti Yusuf yang takut akan azab tuhannya
Saudariku, jika ada ikhwan yang menggodamu
Jadilah seperti Aisyah yang senantiasa menjaga kehormatannya
.......
Jika sudah seperti itu,
Maka tunggulah bagi para ikhwan bidadari yang akan disandingkan denganmu
Jika sudah seperti itu
Maka tunggulah bagi para akhwat pangeran berkuda putih yang akan menjemputmu
......
Saudaraku yang aku cintai karena ikatan keimanan ini
Tak ada manusia yang luput dari salah
Begitu pula aku mungkin lebih banyak salah dari pada benarnya
Lebih banyak mengeluh dari pada amalanya
Lebih banyak mencaci dari pada menasehati
.......
Maka mari kita berbenah
Mari kita bermuhasabah
Menyadari setiap salah
Agar dosa tak semakin bertambah

By. Rief_fatih, mutiara kehidupan, 06 februari 2012
================================================================
PERHATIAN !
Buat Sista dan Bunda yang punya masalah seputar  Kecantikan, kewanitaan dan kandungan:
- Jerawat tak kunjung sembuh
- Noda Jerawat yang tak kunjung hilang
- Luka bakar, oprasi yang buat anda ga pede
- Keputihan
- Gatal, gatal, bau tak sedap di mis v
- Kanker servick, miom
- Kegemukan
- Terlalu kurus
- Sudah lama menikah belum HAMIL
Temukan solusinya di tempat kami
Konsultasi GRATIS via sms/wa 085643035547
bb 75966580