creativgua.blogspot.com |
Dibawah naungan Al-Qur’an aku berusaha
menjalani hidup. Merasakan semua nikmat yang tidak dimengerti kecuali oleh yang
merasakannya. Nikmat yang menentukan kwalitas setiap pribadi di mata manusia
maupun Rabbnya. Nikmat yang mengangkat harkat manusia, menjadikannya diberkahi
dan menyucikannya.
Segala puji milik Allah, Rabb yang
penuh keagungan yang telah memberiku kesempatan untuk hidup di bawah naungan
Al-Qur’an dalam suatu rentan waktu jatah usiaku. Dimana aku merasakan nikmat
yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dalam hidupku. Kurasakan nikmat ini
dalam hidupku, yang menjadikan usiaku bermakna, diberkahi dan suci bersih.
Kutempuh hidup dengan kudengar Allah
Yang Mahasuci berbicara kepadaku dengan Al-Qur’an ini, padahal aku sejumput
hamba yang kecil. sebutir debu ditengah padang pasir yang luas tak berujung dan
setetes air ditengan samudra nan luas tak terbatas.
Adakah penghormatan manusia seperti
penghormatan yang tinggi dan mulia seperti ini ? Adakah pemaknaan dan
peningkatan harkat usia seperti yang diberikan oleh Al-Qur’an ini? Kedudukan yang
manakah yang lebih mulia yang di berikan oleh Pencipta Yang Maha Mulia kepada
manusia?
voa-islam.com |
Aku ingin selalu hidup di bawah
naungan Al-Qur’an. Dari tempat yang tinggi, kulihat kejahiliahan (kebodohan)
yang bergelombang di muka bumi. Kulihat pula kepentingan penghuni-penghuninya
yang kecil tak berarti. Kulihat kekaguman orang-orang yang bodoh terhadap apa yang mereka miliki bagaikan
kanak-kanak; pikiran-pikiran, kepentingan dan perhatiannnya bagaikan anak-anak
kecil. ketika kulihat mereka aku bagaikan seorang dewasa yang melihat permainan
anak-anak kecil, pekerjaan anak-anak kecil dan tutur katanya yang pelat seperti
anak kecil.
Mengapa manusia-manusia ini? Mengapa
mereka terbenam dalam lumpur lingkungan, tanpa bisa dan mau mendengar seruan
luhur dan mulia, seruan yang mengangkat harkat kehidupan, menjadikannya
diberkahi dan menyucikannya?
Aku ingin selalu hidup di bawah
naungan Al-Qur’an sambil bersenang-senang dengan menikmati gambaran yang
sempurna, lengkap, tinggi dan bersih bagi alam wujud ini. Tentang tujuan alam
semesta seluruhnya dan tujuan penciptaan manusia. Kubandingkan dengan konsepsi
jahiliyah tempat manusia hidup di timur dan barat, di utara dan selatan, dan
aku bertanya, “Bagaimana manusia hidup di dalam kubangan busuk, di dataran
paling rendah dan di dalam kegelapan yang hitam pekat, sementara di sisinya ada
tempat penggembala yang subur, tempat pendakian yang tinggi dan cahaya yang
cemerlang?”
Aku ingin selalu hidup di bawah naungan
Al-Qur’an, kurasakan simponi yang indah antara gerak kehidupan manusia yang
dikehendaki Allah dan gerak alam semesta yang diciptakan-Nya. Kemudian
kuperhatikan lagi kehidupan jahiliyah, maka terlihat olehku kejatuhan yang
dialami manusia karena menyimpang dari sunnah kauniyah dan benturan
ajaran-ajaran yang rusak serta jahat yang telah lama bercokol dijiwa manusia. Aku
berkata dalam hati “Setan keparat manakah gerangan yang telah membimbing
langkah mereka ke neraka jahim ini!!!?
Wahai betapa ruginya manusia ini !!!
Aku ingin selalu hidup di bawah naungan
Al-Qur’an, kulihat alam wujud ini jauh lebih besar daripada kenyataan lahiriyah
yang terlihat ini. Lebih besar hakekatnya, lebih banyak sisinya. Ia adalah alam
ghaib dan juga alam nyata bukan cuma alam nyata saja. Ia adalah dunia dan
akherat, bukan cuma dunia ini saja. Pertumbuhan manusia dan kemanusiaan terus
berkembang di cabang-cabang dari ruang lingkup yang amat panjang ini.
Sedangkan, kematian bukanlah akhir dari perjalanan, tetapi sebuah tahapan
perjalanan itu sendiri. Kematian menjadi awal kehidupan akherat yang kekal.
Padahal, apa yang didapat di muka bumi
ini bukanlah keseluruhan, melainkan hanya sejumput kecil saja dari bangiannya itu. Balasan yang terlupakan
dari manusia di dunia, tidak ada yang terlupakan di sana. Maka tidak ada
penganiayaan, tidak ada pengurangan dan
tidak ada penyia-nyiaan.
Perjalanan yang ditempuhnya di atas planet bumi ini
hanya sebuah perjalanan di alam kehidupan yang bisa berlaku, sedang dunia yang
jujur dan penyayang adalah yang punya ruh dan saling bertemu dan bertegur sapa,
dan menuju kepada penciptaan yang maha Esa, yang kepada-Nyalah ruh orang-orang
mukmin dalam kekhusyuan.
Di bawah bayang-banyang Al-Qur’an aku
ingin senantiasa hidup. Melihat manusia sebagai makhluk yang lebih banyak
mendapatkan penghormatan dibandingkan
yang diberikan oleh manusia itu sendiri. Bahkan banyak yang
mempertuhankan manusia karena uang dan jabatan.
.......
Aku ingin selalu hidup di bawah naungan
Al-Qur’an
Menikmati sisa hidupku dengan naungan
cahayan-Nya yang terang
Membawanya sebagai bekal perjalanan dan
menebarnya kesemua orang
Berharap mereka dapat merasakan nikmat
yang tak pernah mereka rasakan
......
Di bawah naungan Al-Qur’an kucoba
merenung dan mengajak semua yang bernyawa
Memahami dan memaknai setiap episode
kehidupan yang sudah Al-Qur’an gariskan
Hingga hanya, senyum dan senyum yang kita
tebar
Karena di saat itulah kita sudah memiliki
cara pandang hidup yang Islam ajarkan
......
Di bawah bayang-banyang Al-Qur’an
Ku coba melangkah dengan keimanan yang
menjulang
Ku ingin mengajak mereka menikmati
setiap seni kehidupan
Setiap senang, setiap lapang, setiap
sedih dan setiap penat
.....
Di bawah naungan Al-Qur’an
Semuanya nampak indah tak bercelah
kesemrawutan
Semuanya nampak serasi tak bercelah
permusuhan
Semuanya nampak saling memahami tak
bercelah kedengkingan
Semua nampak saling memahami tak
bercelah keegoisan
By.
Rief_fatih, disarikan dari Muqadimah tulisan Sayyid Quthb dalam tafsir Fi
Zhilal Qor’an, Mutiara kehidupan, 21 Maret 2012