Labels

Saturday, 21 January 2012

Kebaikan itu jarang dilihat, Namun Kesalahan itu Sering di Caci

www.redamemosi.wordpress.com
Sudah menjadi tabiat manusia, ketika dirinya melakukan kebaikan ingin di puji dan dihargai oleh manusia lainnya. Demikian sebaliknya ketika ia melakukan kesalahan, selalu berha...rapa orang lain mau segera memaafkannya. Namun ia senantiasa lupa ketika orang lain pernah melakukan kebaikan untuk kita, sementara ia selalu ingat bahwa orang tersebut pernah menyakiti kita.

Inilah pandangan yang membuat kita menjadi orang yang kerdil. Kerdil di mata manusia dan nista di mata Allah SWT. Pandangan yang membuat kita menjadi orang yang egois dan tak mau melihat keluh kesah keluarga dan saudara kita. Merasa sudah berbuat banyak untuk orang lain, tapi kita lupa memastikan kondisi orang-orang yang terdekat dengan kita.

Terkadang kita mudah bangga jika ada teman jauh atau orang yang baru kita kenal berbuat baik untuk kita, tapi ketika keluarga dan teman terdekat kita melakukan kebaikan itu, seolah itu hal yang biasa. Padahal mau tidak mau orang-orang terdekat di sekitar kita itulah yang paling tahu kondisi kita. Mereka orang-orang yang paling pertama membantu disaat kita membutuhkan uluran tangan.

Merekalah orang tua kita, bapak dan ibu yang melahirkan dan membesarkan kita sampai saat ini. Mereka yang mengorbankan jiwa dan raganya untuk kita. Sudah berapa banyak waktu yang mereka korbankan untuk kita? Sudah berapa banyak cucuran air mata yang mereka teteskan untuk kita? Kemudian sudah berapa banyak hati lembut mereka kita sakiti?

Saya yakin kita tak akan pernah bisa menjawab berapa banyak, karena kita lupa untuk mengingatnya. Namun ketika kita ditanya sudah berapa kebaikan yang kita lakukan untuk mereka, dengan mudah kita akan menyebutkan satu persatu. Seolah bangga terhadap apa yang sudah kita lakukan untuk mereka. Padahal apa yang kita lakukan untuk mereka belum seberapa dibanding apa yang sudah mereka berikan untuk kita.

Walapun Allah memberikan umur seribu tahun untuk kita pun, niscaya kita tak akan pernah mampu membalas semua pengorbanan mereka saudaraku. Inilah kita yang kebanyakan sibuk diluar dengan tujuan mulia dan berbuat baik kepada orang lain, tapi kita melupakan mereka yang sering sekali membutuhkan kita.

Jarang sekali kita ada disaat mereka membutuhkan uluran tangan kita, jarang sekali kita ada disaat mereka rindu dengan kita. Sering kita menjadi orang yang lupa diri, lupa dari mana kita berasal dan lupa siapa orang terdekat yang selama ini paling peduli dengan kita. Siap yang pertama kali mendoakan kita setiap harinya? Siapa yang pertama kali bertanya kondisi kita hari ini? Dan siapa yang pertama kali gundah ketika mendengar kita sakit?

Merekalah orang tua kita, mereka yang selalu ada untuk kita. Namun terkadang kita malu mengakui mereka yang sudah nampak tua dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Kita terkadang merasa besar dan tak membutuhkan mereka lagi. Seolah semua yang telah mereka lakukan tak nampak sedikitpun di mata kita.

Itulah kita kebanyakan dalam situasi tertentu, anak-anak yang tidak mesyukuri nikmat yang sudah Allah berikan. Jangan sampai kita menyesal baru mengingat kebaikan-kebaikan mereka ketika mereka sudah meninggalkan kita. Tak ada gunanya saudaraku, tanpa kita sanjung pun, insya Allah mereka sudah bahagia disana.

Mari sejenak kita lupakan segala urusan kita saudaraku, ingat dirumah sana ada dua orang yang senantiasa menanti kepulangan kita. Dua orang yang senantiasa menunggu berita-berita baik dari anaknya. Maka jangan berani-berani pulang ketika kau tak membawa berita baik itu saudaraku. Sudah terlalu lelah mereka menampung semua keluh kesah kalian. Tak perlu kau menunggu menjadi seorang sarjana saudaraku, tak perlu kau menunggu menjadi juara saudaraku.

Lakukan apapun yang kita bisa untuk mereka selagi diri ini mampu. Karena kita tak pernah tahu sampai kapan mereka ada di dunia ini. Jangan sampai kita terlambat untuk menjadi kenangan-kenangan indah di sisa umur mereka. Amat bodoh dan hina ketika saat ini kita tak mampu membuat mereka tersenyum. Rangkailah senyum-senyum itu menjadi cerita-cerita indah yang akan mengiringi mereka ke alam yang kekal abadi.
Penulis: Rief_fatih

Wednesday, 18 January 2012

Dalam Dekapan Ilahi, Ku Labuhkan Cinta Padamu


sumber gambar: maritsaniswah.blogdetik.com
Pagi itu mentari seperti bisa tersenyum merekah, terang dan menunjukan keakrabanya kepada semua penghuni bumi. Sementara angin darat berhembus sejuk menghampiri setiap desah nafas manusia. Kicauan burung pun tak mau ketinggalan menambah hangatnya pagi kala itu. Jalanan kala itu perlahan mulai rame akan lalu lalang kendaran. Terlihat seorang mahasiswa keluar dari rumah kos kecil dengan penampilan sederhana. Warna pakaian putih hitam membalut tubuhnya yang mungil nampak serasi dengan sepatu hitam yang di dipakainya. Kilaun cahaya yang terpantul dari kaca mata dan sepatu hitam yang dipakainya muncul ketika bersentuhan mesra dengan cahaya mentari pagi itu.
Dialah Christian seorang mahasiswa kedokteran di kota Yogyakarta yang kala itu baru memasuki semester akhir, umurnya baru genap 17 tahun. Christ adalah sosok yang cerdas, energis dan supel. Christ memang sangat beruntung karena kecerdasanya, ia termasuk mahasiswa yang mendapatkan akselerasi. Sehingga wajar saja diusianya yang baru 17 tahun ia sudah memasuki semester akhir program kedokteran. Pribadi yang mudah bergaul dengan setiap orang dan senantiasa menjadi pioner bagi rekan-rakannya. Setiap orang yang berjumpa dengannya merasa nyaman karena pembawaanya yang santun dan periang.
Christ mulai merajut semua mimpi-mimpi besar di kampus itu. Salah satu kampus terkemuka di kota Yogyakarta. Kampus yang kemudian merubah seluruh kehidupanya. Begitu banyak ragam dan warna kehidupan mulai Christ jumpai. Ini Dunia baru baginya, dunia dimana dahulu tidak bisa dibayangkan olehnya. Keyakinan sebagai seorang kristian dari seluruh keluarga besarnya menjadi bekal awal Christ bertahan hidup.
Inilah mungkin yang Allah namakan takdir, di tengah kesibukan mengerjakan tugas-tugas kuliahnya diperpustakaan, ia melihat sesuatu yang berbeda dibangku pojok perpustakaan. Biasanya Christ hanya menjumpai sekelompok rekan-rekan kuliahnya yang sedang berdiskusi disederet bangku yang tersedia. Namun kali ini sangat-sangat berbeda suasanya. Suasana yang seolah sudah diatur sedemikian rupa oleh sang pemilik kehidupan. Terasa lebih tenang dan sunyi jauh dari hiruk pikuk orang berdiskusi. Nuansa romantis mulai Christ rasakana ketika melihat sekelompok mahasiswa yang berjilbab besar dengan beraneka warna.  Perpaduan warna baju dan jilbab yang mereka gunakan menunjukan optimisme kehidupan sekelompok wanita tersebut. Terdengar lirih suara-suara yang mereka lantunkan, terkadang sedikit canda dan tawa menambah hangatnya suasana.

Ya mereka adalah sekolompok aktifis mahasiswi Islam yang kala itu sedang berdiskusi. Bagi Christ pemandangan itu jarang ia jumpai selama satu semester kebelakang. Kebiasaanya yang lebih suka berdiam diri diperpustakaan membuatnya tidak begitu mengenal ragam kehidupan kampus. Namun hari itu menjadi titik balik kehidupanya, rasa penasaranya untuk ingin tahun terhadap apa yang dilakukan oleh selompok aktifis mahasiswi Islam telah membawanya untuk mengenal ruang kehidupan yang baru.
Berpura-pura mencari sebuh buku, Christ kemudian berusaha mendekat dan merekam setiap hal yang dilakukan oleh mereka. Rasa penasaran tiba-tiba berubah menjadi seuatu yang sulit untuk ia terjemahkan. Matanya tertuju pada seorang mahasiswi yang berbaju biru dengan kombinasi hitam dan putih. Christ merasakan ada sesuatu yang membuat hatinya bergetar, jatungnya berdetak lebih kencang dan pikiranya terbawa dalam angan. Ya Tuhan cantik benar wanita ini, anggun dan ucapan yang ia lantunkan berbau surga.
Christ seketika itu terbuai akan kecantikan dan keanggunan mahasiswi tersebut. Dialah Aisyah seorang  mahasiswi kedokteran semester akhir di kelas yang berbeda namun kampus yang sama. Aisyah memang pribadai yang cantik, cerdas dan shalihah. Sehingga setiap laki-laki yang melihat pasti terpesona. Sosok wanita yang ideal untuk dijadikan pendamping hidup dan menjadi ibu bagi setiap anak. Sementara itu tanpa berfikir Aisyah adalah seorang Muslimah, Christ kemudian memantapka diri untuk berkenalan. Tidak tanggung-tanggung Christ langsung menyampaikan perasaan kagum dan cintanya kepada Aisyah. Bahkan dengan terus terang dia mengajak Aisyah untuk berpacaran.
Itulah cinta, membutakan setiap orang yang merasankannya tanpa tahu bagaimana mengontrolnya. Rasa Cinta seolah menjadi pemicu utama seseorang melakukan hal diluar kewajaran. Aisyah tekaget, heran, mukanya memerah dan tak kuasa menahan malu mendengar setiap kata yang dikeluarkan dari lisan Christ. Sementara itu Christ masih aktif menunjukan kekagumanya kepada Aisyah. Tidak kehilangan akal bagi Christ untuk menunjukan cintanya kepada Aisyah, diajaklah Aisyah bersalaman agar ia dapat mencium tangannya.
Spontan dengan perasaan yang sulit Aisyah terjemahkan pula, perlahan mulai meninggalkan Christ tanpa ada sepatah kata pun terucap. Aisyah shock terhapap peristiwa yang baru saja dia alami. Christ terlalu agresif untuk terang-terang menyatakan ketertarikanya. Peristiwa ini membuat Aisyah mengurung dan menyendiri selama beberapa hari dirumahnya. Aisya mengadukan semuanya kepada Rabb pemilik cinta, air matanya mengalir membasahi pipi sebagai tanda kegundahan dalam hatinya.
Dengan diliputi perasaan cinta yang semakin menggebu-gebu, Christ kemudian menggunaka segala macam upaya untuk memikat hati Aisyah. Tak pernah putus asa dan tak pernah kecewa terhadap setiap perilaku acuh yang dilakukan Aisyah ketika Christ senantiasa mendekatinya. Memang tak pernah ada sepatah kata pun yang Aisyah ucapkan ketika setiap kali Christ menemuinya. Bagi Aisyah sendiri, dia adalah wanita yang sangat menjaga interaksinya dengan lawan jenis. Wanita yang berusaha menjaga dirinya dari hal-hal yang merusak cintanya kepada Allah SWT.
Aisyah memegang sebuah prinsip bahwa tidak ada pacaran dalam mencari pasangan hidup. Pasangan hidup bagi Aisyah adalah segalanya, karena ia adalah separuh bagian dari agamanya. Pasangan hidup bagi Aisyah adalah imam bagi dirinya dan keturunannya. Yang akan membimbingnya memahami agama, mencintainya apa adanya dan tempat berbagi dalam senang maupun duka.
Dititik inilah apa yang dilakukan Christ dan prinsip apa yang yang dipegang Aisyah tidak bertemu. Sehingga yang berbicara kemudian adalah bahasa kemanusiaan. Christ yang dari hari-kehari terus mengejar cinta perlahan sudah membuat Aisyah simpatik akan kegigihan pengorbanannya. Aisyah kemudian memberikan kesempatan kepada Christ untuk datang kerumah dan menemui ayahnya.
Bagi Christ ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh ia lewatkan. Sebuah langkah awal untuk menjadikan Aisyah sebagai pasangan hidupnya. Petemuan Christ dengan ayah Aisyah pada akhirnya membuatnya berfikir panjang untuk meminang Aisyah. Syarat yang diajukan ayah Aisyah terlampau berat, karena bagi setiap orang yang ingin menikahi putrinya adalah seorang Muslim menimbulkan konflik batin dalam dirinya. Disyarat yang pertama ini, Christ sudah gagal dan dapat dipastikan kondisinya saat itu masih mengalami kebimbangan.
Inilah petaruhan antara keluarga dan masa depan sebagai manusia merdeka dan bebas memilih. Pertarungan antara keyakinan imannya dengan kebenaran islam. Konflik batin antara dirinya dan keluarganya menambah rumitnya pencarian titik temu. Bimbang...gelisah dan keraguan saat itu meliputi kejiwaan Christ selama beberapa hari. Ayah Aisyah yang memberikan waktu selama satu pekan untuk memutuskan satu keputusan besar dalam hidupnya. Keputusan yang akan menentukan kelak semua cita yang ia impikan dimasa datang.
Tekanan keluarga besarnya untuk mengurungkan niat menikahi Aisyah dan ancaman jika sampai berpindah agama membuat jiwa Christ rapuh tak berdaya. Keluarga yang selama ini menjadi tempat bersandar, tempat berbagi dan tempat berkeluh kesah sekarang memberikan pilihan yang sangat sulit dalam dirinya. Sementara itu Aisyah dan keluarganya juga telah menawarkan kehidupan yang baru. Saat itu bukan lagi bahasa kemanusiaan  ataupun rasa kekeluargaan yang bicara, akan tetapi Allah Azza wa jalla langsung yang menggunakan bahasa Hidayah.
Allah SWT menyematkan hidayah dalam hati Christ untuk mengenal kebenaran dan keagungan Islam melalui keluarga Aisyah. Inilah bahasa tertinggi dari Rabb pemilik Cinta, ikatan keluarga ataupun pertemanan tak mampu menandingi bahasa hidayah. Tak kuasa Christ menolak bahasa kebenaran Islam. Pada akhirnya dengan pertaruhan yang begitu besar, Christ melepaskan semua keyakinanya menuju islam Rahmatan lil alamin (Islam sebagai pembawa ajaran kasih sayang).
Walaupun harus jauh dan dikucilkan dari keluarga besarnya, namun itulah pilihan sikap yang Christ ambil. Pilihan yang tidak pernah akan merugikan dirinya dimasa datang. Melalui jalan Islam, Christ kemudian menempatkan dirinya sebagai pembelajar yang taat. Belajar memahami diri dan semua ajaran Islam sebagai bekal menjadi imam di rumah tangganya, masyarakat dan agamanya. Christ kembali menata hidupnya dengan dibimbing keluarga Aisyah dan para ulama. Menata niat dan motifasi berislam untuk menjaga kemurniaan keimanan. Belajar ikhlas dan memahami hakikat kehidupan bahwa semuanya bersumber dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Belajar menempatkan segala sesuatu karena Allah bukan karena manusia.
Proses belajar Islam telah membawanya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar dari keinginan semula. Christ tidak hanya mendapatkan cinta Aisyah dan menikahinya, akan tetapi Ia juga sudah mendapatkan cinta dari sang pemilik cinta yang kekal abadi. Tak ada kenikmatan seindah kenikmatan di cintai Allah SWT. Karena Allah lah tujuan kehidupan kita yang terakhir. Dimana setiap diri akan dinilai setiap apa yang ia lakukan dimuka bumi ini. Setiap diri akan mendapatkan balasan yang setimpal terhadap semua hal yang telah diperbuat.
Christ dan Aisyah pun disatukan melakui ikatan suci pernikahan. Ikatan yang telah membawa mereka menjadi hamba-hamba yang semakin dekat dengan Rabbnya dan semakin bijak dalam menaungi bahtera kehidupan. Rumah tangga yang mereka bangun menjadi isyarat akan kemurnian cinta kita kepada Allah akan berhubungan erat dengan sebaik apa pasangan hidup yang akan mendampingi kita. Rumah tangga mereka membuat iri bagi setiap anak cucu adam yang melihat.
Semua pengorbanan Christ yang harus diasingkan dari keluarganya dan harus berjuang mencari penghidupan sendiri seolah menjadi mahar hidayah Islam yang ia dapatkan. Cobaan keimanan itu tidak lantas berhenti begitu saja, berbagai ujian finansial dan permasalahan internal keluarga seolah menjadi kerikil-kerikil penghalang setiap langkahnya. Permasalahan rumah tangga Christ dan Aisyah bisa saja membawa mereka untuk jauh dari Rabb nya. Akan tetapi sekali lagi tidak, semua permasalahn itu menjadi bumbu manis keluarga mereka.
Inilah bahasa Allah SWT untuk meningkatkan ketakwaan hambanya, ketika seorang hamba sudah berhasil diuji dengan sesuatu yang kecil dan hamba tersebut berhasil. Maka ujian yang lebih besar Allah tujukan kepada Christ. Aisyah seorang istri yang selama ini menemani hidupnya, menjadi kekasih dikala susah maupun duka, menjadi pelita baginya disaat ia tersesat. Aisyah yang selama ini membimbingnya untuk mengenal dan memahami islam, yang tak pernah lelah mengajarkan dan melayaninya harus shahid dalam perjuangan melahirkan putra kecilnya.
Dunia saat itu seolah hampa, tak ada arti dan tak bermaknya, orang yang selama ini ia cintai dan paling mengerti dirinya, saat itu harus pergi meninggalkannya. Sesosok bidadari nan cantik yang senantiasa menemani dikala menjalani liku-liku kehidupan kita pergi meninggalkannya. Seolah Christ tak rela melepas kepergian Aisyah, namun dalam kegelisahanya, ia mulia teringat akan malaikat kecil yang sudah dilahirkan didunia untuk menemaninya.
Malaikat kecil itulah buah hati kisah cinta Christ dan Aisyah. Malaikat yang akan menjadi pelipur lara disaat Christ rindu dengan Aisyah. Malaikat kecil yang akan menemani kehidupan Christ yang baru tanpa seorang istri. Kondisi ini menuntut Christ untuk berjuang lebih gigih merawat dan mendidik malaikat kecil itu. Christ Aisyahfikri sebut saja malaikat kecil itu. Sebuah nama perpaduan Abi dan Uminya sebagai tanda cinta keduanya.
Hari-hari penuh cerita bahagia antara Christ dan malaikat kecilnya itu seolah menjadi pelipur lara kepergian Aisyah. Genap diusianya 5 tahun fikri pun sudah tumbuh menjadi anak kecil yang cerdas dan aktif. Cerita-cerita bahagia itu memang terangkai bukan karena merek berdua saja. Akan tetapi ada peran dari seorang wanita mulia  yang kebetulan satu profesi sebagi seorang dokter ditempat kerjanya. Wanita itu bernama Rima Anggarini, seorang dokter spesialis anak, masih singgel dan cantik, serta memiliki naluri keibuan tinggi.
Rima inilah yang sedikit banyak menggatikan peran Ibu di diri fikri. Karena hampir setiap hari mereka berinteraksi, sehingga wajar muncul kedekatan diantara mereka. Hari-hari fikri tanpa adanya sosok seorang ibu mulai digantikan dengan kehadiran Rima. Kebahagian fikri sebagai seorang anak yang mendambakan kondisi ideal seolah terobati oleh kasih sayang yang diberikan Rima.
Di saat yang sama Rima yang saat itu belum kunjung menikah merasakan kehampaan dalam dirinya untuk segera mendapatkan pasangan hidup dan merajut rumah tangga. Rima memang sudah ideal untuk menikah, doa yang senantiasa ia lantunkan pun akhirnya di jawab Allah SWT. Rima di lamar oleh seorang pria mapan dan sama profesinya sebagai seorang Dokter.
Tapi inilah lagi-lagi skenario Allah pemilik Cinta, Rima tidak kemudian menerima pria itu dengan segera. Ia perlu melakukan shalat Istikharah dan mengadukan semuanya kepada Zat yang selama ini menggengan nyawa dan mengembuskan setiap Cinta dalam dirinya.  Dalam pengaduanya ia mendapatkan keyakinan jawaban yang berbeda dalam dirinya.
Sementara itu diam-diam ternyata Christ sering memperhatikan Rima ketika beinteraksi dengan Fikri. Sempat terbesit rasa heran kenapa Fikri malaikat kecilnya bisa sangat dekat dengan Rima. Perasaan heran itu pelahan menjelma menjadi rasa kagum Christ terhadap Rima. Rasa yang sama ketika bersama Aisyah kerap muncul pada saat Christ, Fikri dan Rima bercanda bersama merangkai cerita. Dari interaksi merangkai cerita-cerita indah itulah, Christ sering merasa seolah Rima diutus untuk menggantikan Aisyah di hatinya.
Tibalah pada sebuah pertemuan dimana Christ, Rima dan Fikri makan bersama dalam suasana yang sebetulnya tidak telalu istimewa. Canda Christ dan Fikri menghangatkan suasanya saat itu. Sesekali Christ menggoda Rima, dan sesekali terkadang Rima hanya tersenyum. Rima hanya terdiam dan memperhatikan setiap apa yang dilakukan Christ dan Fikri.
Entah sengaja atau becanda tiba-tiba terdengar jelas ditelinga Rima pertanyaan Christ kepada malaikat kecilnya. “Fikri-Fikri, Fikri mau Umi nda?” Pertanyaan yang membuat Rima merinding ketika mendengarnya, tidak tahu kenapa detak jantung Rima saat itu berdetak lebih kencang dan perasaanya diliputi kegelisahan. Tiba-tiba terdengar dari mulut Fikri, “mau-mau abi?”,  Christ kemudian melanjutkan “maunya umi yanga kayak apa?”, Tanpa ragu-ragu, mulut masninya kemudian berucap “Maunya umi Rima”.
Spontan Rima kaget dalam hatinya mendengar jawaban malaikat kecil itu, Mukanya memerah dan terlihat sangat malu kepada Christ. Beruntung  Christ saat itu lebih bisa mengkondisikan suasana. Mencoba menenangkan reaksi dari Rima. Mencoba membawa kondisi itu dalam kondisi ideal supaya bisa berfikir jernih. Dengan Nada yang pelan dan mantap, Christ kemudian bertanya kepada Rima, “Mba Rima, mau nda jadi Uminya Fikri?”
Lagi-lagi detak jantung Rima semakin kecang dan mulutnya tak bisa mengeluarkan kata. Kegundahan hatinya terlihat jelas dari mukanya yang semakin memerah dan tangannya terlihat gemetar. Disaat itu pula  keluar celetupan-celetupan kecil dari lisan Fikri berlagak merayu dengan nada polosnya, “Mau ya Mba Rima ya mau ya,  jadi Uminya Fikri?” Rima hanya tersenyum dan melihat celetupan polos dari Fikri. Christ kemudian kembali mengkondisikan suasana. Coba difikirkan matang-matang dulu Mba Rima, agar semua berjalan baik.
Dalam diamnya itu kemudian Rima berfikir dan merenung, kenapa saat ia dilamar oleh laki-laki yang sudah mapan kemarin berbeda jauh rasanya ketika di tanya sama mas Christ. Apakah karena kedekatan Rima dengan Fikri selama ini, sehingga tanpa sadar benih-benih cinta pun muncul dalam hatinya. Berbagai analisis dan pertimbangan dari lubuh hati Rima yang paling dalam Rima kemudian menjawab pertanyan Christ dengan pertanyaan balik. “Kapan Mau datang ke rumah mas?”
Seolah mendapatkan cintanya kembali setelah lima tahun ditinggal Aisyah, Christ dengan tegas dan lantang menjawab “Insya Allah pekan ini”. Jawaban Christ membuat hati Rima merekah, seolah laki-laki berkuda putih yang dinantinya selama bertahun-tahun akan segera menjemputnya dan membawanya ke pelaminan. Laki-laki yang tak lain adalah rekan sekerjanya dan merupakan ayah dari malaikat kecil yang tiap hari dasuhnya.
Inilah kuasa Ilahi, Allah kemudian benar-benar mepertemukan mereka dalam pelaminan nan suci. Setelah bertahun tahun keduanya merindukan pasangan hidup, kini Allah menjawabnya dengan skenario yang begitu indah dan bermakna. Interkasi yang Christ dan Rima lakukan bersama malaikat kecilnya telah mengahantarkan mereka menuju hakikat cinta yang sesungguhnya. Episode-episode cinta mereka lalui menjadi ispirasi setiap ayah yang mencintai keluarganya, setiap ibu yang mendambakan keharmonisan rumah tangga dan setia anak yang merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Kebahagiaan itu semakin lengkap terasa ketika Umi Rima dengan selamat melahirkan putra kembarnya. Dengan perjuangan dan pengorbanan seorang ibu, kedua malaikat itu berhasil melihat dunianya yang baru. Dunia dimana ia akan menapakan setiap kisah bersama keluarga barunya. Dunia dimana ia bisa mengukir cita dan manggapainya.
Semua orang menyambut kedua malaikat itu dengan penuh haru. Sebuah anugrah yang luar biasa yang dirindukan oleh setiap keluarga. Sebuah amanah sebagai bentuk kepercayaan dari Allah kepada Christ dan Rima untuk mendidik mereka menjadi anak yang shalih dan shalihah. Menjadi anak kebanggan bagi agama,  bangsa dan keluarganya.
..........
Kini malaikat –malaikat kecil itu mulai menunjukan pesonanya
Memberi kecerian pada setiap insan yang melihatnya
Senyumnya menebar kebahagian
Tangisanya sebagai isyarat kerinduan
Dan diamnya mengundang penasaran
            Letik jarinya menari-nari seolah memperlihatkan sebuah pesan
            Nampak penuh kesabaran seorang Umi merawatnya
            Seolah-olah kudua malaikat itu berebut kasih sayang mendapatkan perhatian
Uminya
            Sementara sang Abi dan kakandanya sesekali ikut-ikutan mencari perhatian Uminya
            Menuntut juga untuk diperhatikan dan mendapatkan belai sayangnya
            Di rumah itu seolah sang Umi harus menyelesaikan semuanya
            Itulah mulianya seorang Umi, mereka tidak banyak menuntut tapi banyak dituntut
            Mereka tidak banyak mengeluh tapi menjadi tempat berkeluh
            Mereka tidak banyak meminta, tapi semua yang dipinta diberikan
                        Umi Aisyah...Umi Rima, dalam dekapan ilahi, kulabuhkan cinta padamu
                        Dalam sepi dan heningnya malam kuserahkan jiwa ini untukmu
                        Dalam penantian nan panjang, kuselalu merindukanmu
                        Dalam dzikir nan merdu, ku berharap bertemu dikau di Surga.        
Penulis : Rief_Fatih
Diambil dari kisah nyata penuh hikmah           
================================================================
PERHATIAN !
Buat Sista yang punya masalah seputar  Kecantikan, kewanitaan dan kandungan :
- Jerawat tak kunjung sembuh
- Noda Jerawat yang tak kunjung hilang
- Luka bakar, oprasi yang buat anda ga pede
- Keputihan
- Gatal, gatal, bau tak sedap di mis v
- Kanker servick, miom
- Kegemukan
- Terlalu kurus
- Sudah lama menikah belum HAMIL
Temukan solusinya di tempat kami
Konsultasi GRATIS via sms/wa 085643035547
bb 75966580 

PAHLAWAN itu kupanggil Ibu


ruanghati.com
Sang Surya kala itu mulai tenggelam, langit pun tampak semakin kemerahan dan tidak terlalu lama petang pun menghampiri. Gema Ilahi terdengar syahdu di setiap menara masjid, sementara hilir mudik para petani mulai memasuki rumahnya. Seolah tidak mau ketinggalan serangga-serangga kecil turut bersuara menambah hangatnya suasana petang itu.
Langit malam semakin menunjukan tabiatnya seolah memberikan tanda bahwa hari ini sudah usai waktu untuk bekerja. Medekatlah dan memujilah kepada sang Khalik atas  apa yang telah kau dapatkan hari ini. Sementara itu rembulan malam mulai muncul menunjukan keagungan Ilahi, bintang-bintang yang bertabur disetiap sisi semakin menambah bahagia setiap jiwa.

Sementara itu terdengar suara gemecik air dari sebuah rumah yang nampak sederhana. Hanya ada sedikit cahaya yang menunjukan bahwa itu adalah rumah yang berpenghuni. Memang hanya ada seorang ibu dan anaknya yang tinggal dirumah tersebut. Suasanaya nampak lengang, tidak ada suara televisi ataupun radio. Selang tidak begitu lama, suara gemercik air itu perlahan mulai sirna. Terdengarlah suara takbir dan rangkaian lantunan dzikir ilahi. Ternyata sang ibu tadi sedang shalat. Menunjukan sebagai hamba yang bersyukur dan memuji kepada Tuhanya dengan ketulusan.

Suasana langit malam saat itu semakin merekah dan menenangkan setiap jiwa yang ada disana. Seolah sebagai tanda penyambutan seorang hamba yang memuji tuhannya. Terlihat tenang nan khusuk sang ibu menjalakan ibadahnya, jasad yang renta tak menghalanginya untuk menunjukan baktinya kepada sang pemilik hidup. Disampingnya terbujur lemas seorang anak laki-laki semata wayangya yang seolah ingin mengikuti setiap gerakan yang dilakukan sang ibu.

Namun ternyata tubuh sang anak tak mampu, hanya terlihat jelas isyarat matanya yang dengan seksama memperhatikan setiap gerakan sang ibu. Lisannya terlihat mengikuti lantunan kalam ilahi yang dibacakan ibunya. Sejak kecil anak itu memang menderita lumpuh akibat kecelakaan. Kedua kakinya terpaksa harus diamputasi karena luka yang cukup parah. Sekitar 10 tahun silam dikala sang anak mau berangkat sekolah peristiwa kecelakaan itu terjadi. Semua terhentak, tiada yang mengira dan menduga peristiwa itu berlangsung begitu cepat. Deru laju sebuah truk yang sangat kecang dengan kuat menabrak tubuh kecil nan mungil sang anak hingga terpental berpuluh meter.

Hari itu adalah hari yang memilukan bagi sang anak, hari dimana masa depan anak itu mulai pupus. Mimpi yang dulu melambung tinggi, mulai hari itu tiada berarti dan seolah menjadi angin lalu. Terlebih setelah dia sadar dan mengetahui kedua kakinya sudah tidak ada. Kaki yang selama ini menopangnya untuk menjelajah dunia dan mengejar pelangi kehidupan. Sang anak bingung dan berontak, bertanya kepada semua orang disekitarnya, Ibu, dimaka kakiku? Ibu dimana....dimana..kakiku ibu? Derai air mata tak dapat dibendung dari pelupuk matanya, demikian halnya dengan semua orang yang hadir kala itu. Semua orang tidak bisa berkata, hanya bahasa tangis yang mewakili jawaban mereka.

Hati sang ibu remuk tak berdaya, tak mampu berucap, hanya pelukan erat yang bisa mewakili rasa cintanya. Kini tubuh nan mungil anak semata wayangnya tegeletak tak berdaya. Tubuh yang terbiasa bermain bersama rekan-rekan seusianya itu kini tak mampu betumpu sendiri. Seperti itulah malam-malam yang dilalui sang anak dan ibunya. Tubuh sang anak yang semakin besar dan berat untuk dirawat, sementara tubuh sang ibu yang semakin tua dan renta.

Disisa usianya sang ibu tidak pernah menunjukan kelemahanya di depan sang anak. Sikap tegar dan optimis yang selalu ia tanamkan kepada sang anak. Tegar untuk menhadapi kondisi yang ada dan optimis untuk menatap masa depan. Sang Ibu sadar, bahwa tidak akan lama lagi ia bisa bertahan hidup dan merawat anaknya. Satu-satunya bekal yang bisa ia tinggalkan adalah sikap optimis untuk bertahan hidup.

Sang ibu memang bukan orang yang terdidik, akan tetapi beliau orang yang cerdas memahami kehidupan. Dengan keterbatasa sang anak yang tidak bisa banyak bergerak. Sang ibu membelajarkan buah hatinya di tempat kursus elektronik. Ditempat itulah sang anak ditempa ketrampilanya untuk belajar memperbaiki segala jenis barang elektronik. Inilah upaya terakhir yang dilakukan oleh ibu sang pahlawan yang kemudian menjadi bekal sang anak kelak.

Usianya yang semakin senja dan tubuhnya yang semakin rapuh tak mampu lagi bertahan. Malam itu selepas sang ibu mengucapkan salam di akhir shalatnya tubuh renta itu tak bergerak kembali. Ibu yang selama ini merawat sang anak kini telah tiada. Seolah tak percaya dan tak rela sang anak mulai menagis tersedu. Namun itu tidak belangsung lama, karena jiwa optimisme yang sudah dibangun oleh sang ibu sudah melekat dalam qalbunya.

Sang anak yakin bahwa inilah jalan terbaik untuk dia dan ibunya. Jasadnya yang sudah rapuh tak akan tega ia melihat sang ibu bersusah payah merawatnya. Kini saatnya melanjutkan hidup, karena ibu sang pahlawan tetap ada dalam hatiku, menjadi pengobar semangat dan ispirasi disaat aku ragu untuk melangkah. Untuk mu ibu pahlawanku, ku yakin Allah sudah menempatkamu di tempat yang terbaik, ku yakin engkau bahagia disana, ku yakin sekarang kau sedang tersenyum melihat anakmu, seperti senyum manis yang kau tinggalkan disaat ajal menjemputmu.
Penulis: Rief_fatih

Tiga Petarung Hebat, Aku membuktikan Diriku Bisa


kelilingduniagratis.com
Dunia SMA dunia baru bagiku. Dunia dimana aku mulai mengerti hidup dan belajar memahami hikmah setiap kejadian. Dimana ada sesuatu yang baru, maka disitu aku selalu berusaha mengenalinya. Aku bosan dengan hidup yang kala itu masih terbelenggu akan bayang-banyang ketakutan. Takut untuk melangkah, takut untuk mencitakan karya, bahkan takut untuk bermimpi besar. Bayang-bayang itu seolah hadir ketika aku ingin ingin menunjukan pada Dunia bahwa aku ini ada.

Kegundahanku, kegelisahanku selama ini mulai terjawab dengan kehadiran sobat-sobat terbaik di SMA. Inilah mungkin jawaban Allah disetiap untain doa-doaku. Selalu terbesit keinginan kecil dalam diriku, walau aku tak bisa semashur tokoh-tokoh besar, tak sehebat tokoh-tokoh dunia, tapi paling tidak aku bisa membuat tersenyum ayah dan bunda. Mimpi sederhana itu selalu dan selau terbesitkan dalam hati ini disetiap langkah kehidupan yang aku lalui. Ayah dan bunda suatu saat nanti aku ingin melihat senyum kebahagian itu. Senyum terindah, senyum istimewa di moment istimewa saat aku menjadi kebanggaan dalam hatimu.

Sobat-sobat terbaik itu adalah adalah 3 petarung hebat yang senantiasa ada bersamaku ditengah-tengah ganasnya persaingan hidup. Allah yang mengizikan kami bertemu dan mempunyai mimpi serta jiwa bertarung melawan keterpurukan. Mereka ibarat perisai ditengah derasnya hujatan dunia, ibarat panah yang cepat melesat ketika jiwa ini membutuhkan uluran tangan dan ibarat payung ditengah derasnya ujian hidup.

Tiga petarung hebat itu telah meyakinkan diriku bahwa semua orang bisa menjadi orang hebat dan setiap orang bisa membuat tersenyum ayah dan bundanya. Mereka mengajarkan ilmu kehidupan yang tidak aku dapatkan di kelas. Mereka mengajarkan ilmu berbagi ditengah-tengah kesempitan. Mereka juga mengajarkan hakekat persaudaraan disaat semua orang saling bermusuhan.

Perlahan, mimpi-mimpi kecil itu pun mulai aku raih. Pengorbanan waktuku untuk berlatih dan rasa sakit tubuh yang kerap terasa menjadi mahar akan mimpi-mimpiku. Senyum-senyum kebahagian itu mulai kerap aku jumpai dirumah. Allah menjawab untaian doa-doaku denga skenario terbaik.
Tidak hanya itu, Allah menjawab doa-doaku denga sesuatu yang lebih besar. Kepercayaan menjadi nahkoda ditengah-tengah kapal organisasi sekolah melekat dalam diriku. Sebuah amanah besar dan tantangan untuk membawa kapal itu sampai tujuan dengan selamat. Beruntung 3 petarung hebat itu menjadi awak-awak kapal tersebut. Mereka senantiasa mengingatkan aku sebagai nahkoda ketika aku lalai, memberi pesan-pesan hikmah penuh makna disaat diri ini salah melangkah, dan meyematkan berjuta motivasi disaat jiwa ini larut terpuruk.

Tiga Petarung hebat yang sampai sekarang tetap menjadi orang-orang hebat dalam hidupku. Menginspirasi dan memotivasi setiap langkah perjuangan menaungi bahtera kehidupan. Aku yakin mereka akan mendapatkan balasan terbaik dari setiap kebaikan yang mereka semai dalam hidupku. Aku yakin pula Allah akan menjaga mereka, hingga kita akan dipertemukan kembali di kehidupan yang kekal abadi. Amin ya Rabb...
Penulis : Rief_Fatih

Ketika 7 Matahari Mulai Redup, Yakinlah Ada Satu Matahari Yang Senantiasa Ada Di Hatimu


Sumber Gambar: elok46.blogspot.com
Baru kudasari ketika usia ini semakin dewasa, ternyata hidupku tiada bisa lepas dari bayang-bayang oarang-orang hebat. Mereka kusebut sebagai 7 matahari itu. Sosok yang sangat mengagumkan dan senantiasa mengispirasi. Pribadi yang bersahaja dan bersahabat dengan semua orang. Hamba yang shalih dan senantiasa menghembuskan aroma ketuhanan di hati ini.

Mereka adalah pejuang-pejuang ukhwah ini, yang membuatku bisa bertahan dalam kondisi terjepit dan membutuhkan uluran tahan. Bagiku mereka ibarat tangan-tangan Allah yang diutus untuk menjaga diri ini. Tujuh Matahari itu memberikan secercah harapan ditengah ruwetnya persoalan hidup. Memberikan segunung motifasi di tengah himpitan masalah dan memberikan setetes air nan sejuk disaat jiwa ini rapuh.

Masih teringat jelas bagaimana sosok orang-orang hebat itu. Mereka yang mewarnai hidupku, mereka yang menorehkan pengorbanan tanpa berfikir panjang. Demi ukhuwah ini mereka rela menderita, demi ukhuwah ini mereka rela tersiksa, demi ukhuwah ini mereka juga rela meneteskan air mata.

Hadirmu senantiasa membuat pikiran ini tenang, rasa ini bahagia dan jiwa ini damai. Tapa kata harus kau tunjukan, hati ini sudah bisa menangkap akan pesan kasih sayang dalam hatimu. Rasa kasih yang tak pernah kau ucap melalui lisanmu yang fasih, akan tetapi nampak dalam setiap tingkah dan laku. Karna kalian 7 matahari diri ini semakin mantap untuk melangkah, semakin kuat menghadapi ujian dan semakin kokoh menjaga keimanan ini.

Entah karena inilah jalanku, atau ini jalan mereka, ukhuwah ini mulai terpisah oleh ruang dan waktu yang terlihat seperti dinding tinggi nan tebal. Perlahah 7 matahari itu mulai menjauh dari kehidupanku. Tujuah Cahaya yang selama ini memberi warna dalam kehidupanku semakin redup dan semakin redup. Sapaan sayang nan mesra itu mulai tak terdengar dari telinga ini. Untain nasehat nan bijak itu mulai sulit untuk kudapatkan. Namun beruntungnya diriku segunung motivasi itu masih aku dapatkan. Motivasi yang merubah hidupku untuk tidak lemah dalam kehidupan, tidah rapuh dalam tantangan dan tidak mengeluh dalam kesempitan.

Tujuh matahari itu menunjukan bahwa ada satu matahari yang tidak pernah redup dihati ini dan hati mereka. Satu matahari yang senantiasa akan menjaga diri ini dari segalah keluh, kesah dan dosa. Dialah Allah Azza wa jalla yang senantiasa menunjukan dan memberi warna dalam hidup ini. Allah lah yang akan menjaga cahaya-cahaya ukhuwah dalam hati kita. Allah jualah yang akan menyatukan ukhuwah ini sampai kesurga-Nya. Amin..ya Rabbal Alamin

Penulis:  Rief_Fatih
================================================================
PERHATIAN !
Buat Sista dan Bunda yang punya masalah seputar  Kecantikan, kewanitaan dan kandungan:
- Jerawat tak kunjung sembuh
- Noda Jerawat yang tak kunjung hilang
- Luka bakar, oprasi yang buat anda ga pede
- Keputihan
- Gatal, gatal, bau tak sedap di mis v
- Kanker servick, miom
- Kegemukan
- Terlalu kurus
- Sudah lama menikah belum HAMIL
Temukan solusinya di tempat kami
Konsultasi GRATIS via sms/wa 085643035547
bb 75966580