|
sumber gambar: maritsaniswah.blogdetik.com |
Pagi
itu mentari seperti bisa tersenyum merekah, terang dan menunjukan keakrabanya
kepada semua penghuni bumi. Sementara angin darat berhembus sejuk menghampiri
setiap desah nafas manusia. Kicauan burung pun tak mau ketinggalan menambah
hangatnya pagi kala itu. Jalanan kala itu perlahan mulai rame akan lalu lalang
kendaran. Terlihat seorang mahasiswa keluar dari rumah kos kecil dengan
penampilan sederhana. Warna pakaian putih hitam membalut tubuhnya yang mungil
nampak serasi dengan sepatu hitam yang di dipakainya. Kilaun cahaya yang
terpantul dari kaca mata dan sepatu hitam yang dipakainya muncul ketika
bersentuhan mesra dengan cahaya mentari pagi itu.
Dialah Christian seorang mahasiswa
kedokteran di kota Yogyakarta yang kala itu baru memasuki semester akhir, umurnya
baru genap 17 tahun. Christ adalah sosok yang cerdas, energis dan supel. Christ
memang sangat beruntung karena kecerdasanya, ia termasuk mahasiswa yang
mendapatkan akselerasi. Sehingga wajar saja diusianya yang baru 17 tahun ia
sudah memasuki semester akhir program kedokteran. Pribadi yang mudah bergaul
dengan setiap orang dan senantiasa menjadi pioner bagi rekan-rakannya. Setiap
orang yang berjumpa dengannya merasa nyaman karena pembawaanya yang santun dan
periang.
Christ mulai merajut semua mimpi-mimpi
besar di kampus itu. Salah satu kampus terkemuka di kota Yogyakarta. Kampus
yang kemudian merubah seluruh kehidupanya. Begitu banyak ragam dan warna
kehidupan mulai Christ jumpai. Ini Dunia baru baginya, dunia dimana dahulu
tidak bisa dibayangkan olehnya. Keyakinan sebagai seorang kristian dari seluruh
keluarga besarnya menjadi bekal awal Christ bertahan hidup.
Inilah mungkin yang Allah namakan
takdir, di tengah kesibukan mengerjakan tugas-tugas kuliahnya diperpustakaan,
ia melihat sesuatu yang berbeda dibangku pojok perpustakaan. Biasanya Christ
hanya menjumpai sekelompok rekan-rekan kuliahnya yang sedang berdiskusi
disederet bangku yang tersedia. Namun kali ini sangat-sangat berbeda suasanya.
Suasana yang seolah sudah diatur sedemikian rupa oleh sang pemilik kehidupan.
Terasa lebih tenang dan sunyi jauh dari hiruk pikuk orang berdiskusi. Nuansa
romantis mulai Christ rasakana ketika melihat sekelompok mahasiswa yang
berjilbab besar dengan beraneka warna. Perpaduan
warna baju dan jilbab yang mereka gunakan menunjukan optimisme kehidupan
sekelompok wanita tersebut. Terdengar lirih suara-suara yang mereka lantunkan,
terkadang sedikit canda dan tawa menambah hangatnya suasana.
Ya mereka adalah sekolompok aktifis
mahasiswi Islam yang kala itu sedang berdiskusi. Bagi Christ pemandangan itu
jarang ia jumpai selama satu semester kebelakang. Kebiasaanya yang lebih suka
berdiam diri diperpustakaan membuatnya tidak begitu mengenal ragam kehidupan
kampus. Namun hari itu menjadi titik balik kehidupanya, rasa penasaranya untuk
ingin tahun terhadap apa yang dilakukan oleh selompok aktifis mahasiswi Islam
telah membawanya untuk mengenal ruang kehidupan yang baru.
Berpura-pura mencari sebuh buku, Christ
kemudian berusaha mendekat dan merekam setiap hal yang dilakukan oleh mereka.
Rasa penasaran tiba-tiba berubah menjadi seuatu yang sulit untuk ia
terjemahkan. Matanya tertuju pada seorang mahasiswi yang berbaju biru dengan
kombinasi hitam dan putih. Christ merasakan ada sesuatu yang membuat hatinya
bergetar, jatungnya berdetak lebih kencang dan pikiranya terbawa dalam angan.
Ya Tuhan cantik benar wanita ini, anggun dan ucapan yang ia lantunkan berbau
surga.
Christ seketika itu terbuai akan
kecantikan dan keanggunan mahasiswi tersebut. Dialah Aisyah seorang mahasiswi kedokteran semester akhir di kelas
yang berbeda namun kampus yang sama. Aisyah memang pribadai yang cantik, cerdas
dan shalihah. Sehingga setiap laki-laki yang melihat pasti terpesona. Sosok
wanita yang ideal untuk dijadikan pendamping hidup dan menjadi ibu bagi setiap
anak. Sementara itu tanpa berfikir Aisyah adalah seorang Muslimah, Christ
kemudian memantapka diri untuk berkenalan. Tidak tanggung-tanggung Christ
langsung menyampaikan perasaan kagum dan cintanya kepada Aisyah. Bahkan dengan
terus terang dia mengajak Aisyah untuk berpacaran.
Itulah cinta, membutakan setiap orang
yang merasankannya tanpa tahu bagaimana mengontrolnya. Rasa Cinta seolah
menjadi pemicu utama seseorang melakukan hal diluar kewajaran. Aisyah tekaget,
heran, mukanya memerah dan tak kuasa menahan malu mendengar setiap kata yang
dikeluarkan dari lisan Christ. Sementara itu Christ masih aktif menunjukan
kekagumanya kepada Aisyah. Tidak kehilangan akal bagi Christ untuk menunjukan
cintanya kepada Aisyah, diajaklah Aisyah bersalaman agar ia dapat mencium
tangannya.
Spontan dengan perasaan yang sulit
Aisyah terjemahkan pula, perlahan mulai meninggalkan Christ tanpa ada sepatah
kata pun terucap. Aisyah shock terhapap peristiwa yang baru saja dia alami. Christ
terlalu agresif untuk terang-terang menyatakan ketertarikanya. Peristiwa ini
membuat Aisyah mengurung dan menyendiri selama beberapa hari dirumahnya. Aisya
mengadukan semuanya kepada Rabb pemilik cinta, air matanya mengalir membasahi
pipi sebagai tanda kegundahan dalam hatinya.
Dengan diliputi perasaan cinta yang
semakin menggebu-gebu, Christ kemudian menggunaka segala macam upaya untuk
memikat hati Aisyah. Tak pernah putus asa dan tak pernah kecewa terhadap setiap
perilaku acuh yang dilakukan Aisyah ketika Christ senantiasa mendekatinya. Memang
tak pernah ada sepatah kata pun yang Aisyah ucapkan ketika setiap kali Christ
menemuinya. Bagi Aisyah sendiri, dia adalah wanita yang sangat menjaga
interaksinya dengan lawan jenis. Wanita yang berusaha menjaga dirinya dari hal-hal
yang merusak cintanya kepada Allah SWT.
Aisyah memegang sebuah prinsip bahwa
tidak ada pacaran dalam mencari pasangan hidup. Pasangan hidup bagi Aisyah
adalah segalanya, karena ia adalah separuh bagian dari agamanya. Pasangan hidup
bagi Aisyah adalah imam bagi dirinya dan keturunannya. Yang akan membimbingnya
memahami agama, mencintainya apa adanya dan tempat berbagi dalam senang maupun
duka.
Dititik inilah apa yang dilakukan Christ
dan prinsip apa yang yang dipegang Aisyah tidak bertemu. Sehingga yang
berbicara kemudian adalah bahasa kemanusiaan. Christ yang dari hari-kehari
terus mengejar cinta perlahan sudah membuat Aisyah simpatik akan kegigihan
pengorbanannya. Aisyah kemudian memberikan kesempatan kepada Christ untuk
datang kerumah dan menemui ayahnya.
Bagi Christ ini adalah kesempatan emas
yang tidak boleh ia lewatkan. Sebuah langkah awal untuk menjadikan Aisyah
sebagai pasangan hidupnya. Petemuan Christ dengan ayah Aisyah pada akhirnya
membuatnya berfikir panjang untuk meminang Aisyah. Syarat yang diajukan ayah
Aisyah terlampau berat, karena bagi setiap orang yang ingin menikahi putrinya
adalah seorang Muslim menimbulkan konflik batin dalam dirinya. Disyarat yang
pertama ini, Christ sudah gagal dan dapat dipastikan kondisinya saat itu masih
mengalami kebimbangan.
Inilah petaruhan antara keluarga dan
masa depan sebagai manusia merdeka dan bebas memilih. Pertarungan antara
keyakinan imannya dengan kebenaran islam. Konflik batin antara dirinya dan
keluarganya menambah rumitnya pencarian titik temu. Bimbang...gelisah dan
keraguan saat itu meliputi kejiwaan Christ selama beberapa hari. Ayah Aisyah
yang memberikan waktu selama satu pekan untuk memutuskan satu keputusan besar
dalam hidupnya. Keputusan yang akan menentukan kelak semua cita yang ia impikan
dimasa datang.
Tekanan keluarga besarnya untuk
mengurungkan niat menikahi Aisyah dan ancaman jika sampai berpindah agama
membuat jiwa Christ rapuh tak berdaya. Keluarga yang selama ini menjadi tempat
bersandar, tempat berbagi dan tempat berkeluh kesah sekarang memberikan pilihan
yang sangat sulit dalam dirinya. Sementara itu Aisyah dan keluarganya juga
telah menawarkan kehidupan yang baru. Saat itu bukan lagi bahasa kemanusiaan ataupun rasa kekeluargaan yang bicara, akan
tetapi Allah Azza wa jalla langsung yang menggunakan bahasa Hidayah.
Allah SWT menyematkan hidayah dalam hati
Christ untuk mengenal kebenaran dan keagungan Islam melalui keluarga Aisyah.
Inilah bahasa tertinggi dari Rabb pemilik Cinta, ikatan keluarga ataupun
pertemanan tak mampu menandingi bahasa hidayah. Tak kuasa Christ menolak bahasa
kebenaran Islam. Pada akhirnya dengan pertaruhan yang begitu besar, Christ
melepaskan semua keyakinanya menuju islam
Rahmatan lil alamin (Islam sebagai pembawa ajaran kasih sayang).
Walaupun harus jauh dan dikucilkan dari
keluarga besarnya, namun itulah pilihan sikap yang Christ ambil. Pilihan yang
tidak pernah akan merugikan dirinya dimasa datang. Melalui jalan Islam, Christ
kemudian menempatkan dirinya sebagai pembelajar yang taat. Belajar memahami
diri dan semua ajaran Islam sebagai bekal menjadi imam di rumah tangganya,
masyarakat dan agamanya. Christ kembali menata hidupnya dengan dibimbing
keluarga Aisyah dan para ulama. Menata niat dan motifasi berislam untuk menjaga
kemurniaan keimanan. Belajar ikhlas dan memahami hakikat kehidupan bahwa
semuanya bersumber dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Belajar menempatkan
segala sesuatu karena Allah bukan karena manusia.
Proses belajar Islam telah membawanya
untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar dari keinginan semula. Christ tidak
hanya mendapatkan cinta Aisyah dan menikahinya, akan tetapi Ia juga sudah
mendapatkan cinta dari sang pemilik cinta yang kekal abadi. Tak ada kenikmatan
seindah kenikmatan di cintai Allah SWT. Karena Allah lah tujuan kehidupan kita
yang terakhir. Dimana setiap diri akan dinilai setiap apa yang ia lakukan
dimuka bumi ini. Setiap diri akan mendapatkan balasan yang setimpal terhadap
semua hal yang telah diperbuat.
Christ dan Aisyah pun disatukan melakui
ikatan suci pernikahan. Ikatan yang telah membawa mereka menjadi hamba-hamba
yang semakin dekat dengan Rabbnya dan semakin bijak dalam menaungi bahtera
kehidupan. Rumah tangga yang mereka bangun menjadi isyarat akan kemurnian cinta
kita kepada Allah akan berhubungan erat dengan sebaik apa pasangan hidup yang
akan mendampingi kita. Rumah tangga mereka membuat iri bagi setiap anak cucu
adam yang melihat.
Semua pengorbanan Christ yang harus
diasingkan dari keluarganya dan harus berjuang mencari penghidupan sendiri
seolah menjadi mahar hidayah Islam yang ia dapatkan. Cobaan keimanan itu tidak
lantas berhenti begitu saja, berbagai ujian finansial dan permasalahan internal
keluarga seolah menjadi kerikil-kerikil penghalang setiap langkahnya.
Permasalahan rumah tangga Christ dan Aisyah bisa saja membawa mereka untuk jauh
dari Rabb nya. Akan tetapi sekali lagi tidak, semua permasalahn itu menjadi
bumbu manis keluarga mereka.
Inilah bahasa Allah SWT untuk
meningkatkan ketakwaan hambanya, ketika seorang hamba sudah berhasil diuji
dengan sesuatu yang kecil dan hamba tersebut berhasil. Maka ujian yang lebih
besar Allah tujukan kepada Christ. Aisyah seorang istri yang selama ini menemani
hidupnya, menjadi kekasih dikala susah maupun duka, menjadi pelita baginya
disaat ia tersesat. Aisyah yang selama ini membimbingnya untuk mengenal dan memahami
islam, yang tak pernah lelah mengajarkan dan melayaninya harus shahid dalam perjuangan melahirkan putra
kecilnya.
Dunia saat itu seolah hampa, tak ada
arti dan tak bermaknya, orang yang selama ini ia cintai dan paling mengerti
dirinya, saat itu harus pergi meninggalkannya. Sesosok bidadari nan cantik yang
senantiasa menemani dikala menjalani liku-liku kehidupan kita pergi
meninggalkannya. Seolah Christ tak rela melepas kepergian Aisyah, namun dalam
kegelisahanya, ia mulia teringat akan malaikat kecil yang sudah dilahirkan
didunia untuk menemaninya.
Malaikat kecil itulah buah hati kisah
cinta Christ dan Aisyah. Malaikat yang akan menjadi pelipur lara disaat Christ
rindu dengan Aisyah. Malaikat kecil yang akan menemani kehidupan Christ yang
baru tanpa seorang istri. Kondisi ini menuntut Christ untuk berjuang lebih
gigih merawat dan mendidik malaikat kecil itu. Christ Aisyahfikri sebut saja
malaikat kecil itu. Sebuah nama perpaduan Abi dan Uminya sebagai tanda cinta
keduanya.
Hari-hari penuh cerita bahagia antara Christ
dan malaikat kecilnya itu seolah menjadi pelipur lara kepergian Aisyah. Genap
diusianya 5 tahun fikri pun sudah tumbuh menjadi anak kecil yang cerdas dan
aktif. Cerita-cerita bahagia itu memang terangkai bukan karena merek berdua
saja. Akan tetapi ada peran dari seorang wanita mulia yang kebetulan satu profesi sebagi seorang
dokter ditempat kerjanya. Wanita itu bernama Rima Anggarini, seorang dokter
spesialis anak, masih singgel dan cantik, serta memiliki naluri keibuan tinggi.
Rima inilah yang sedikit banyak
menggatikan peran Ibu di diri fikri. Karena hampir setiap hari mereka
berinteraksi, sehingga wajar muncul kedekatan diantara mereka. Hari-hari fikri
tanpa adanya sosok seorang ibu mulai digantikan dengan kehadiran Rima.
Kebahagian fikri sebagai seorang anak yang mendambakan kondisi ideal seolah
terobati oleh kasih sayang yang diberikan Rima.
Di saat yang sama Rima yang saat itu
belum kunjung menikah merasakan kehampaan dalam dirinya untuk segera
mendapatkan pasangan hidup dan merajut rumah tangga. Rima memang sudah ideal
untuk menikah, doa yang senantiasa ia lantunkan pun akhirnya di jawab Allah
SWT. Rima di lamar oleh seorang pria mapan dan sama profesinya sebagai seorang
Dokter.
Tapi inilah lagi-lagi skenario Allah
pemilik Cinta, Rima tidak kemudian menerima pria itu dengan segera. Ia perlu
melakukan shalat Istikharah dan mengadukan semuanya kepada Zat yang selama ini
menggengan nyawa dan mengembuskan setiap Cinta dalam dirinya. Dalam pengaduanya ia mendapatkan keyakinan
jawaban yang berbeda dalam dirinya.
Sementara itu diam-diam ternyata Christ
sering memperhatikan Rima ketika beinteraksi dengan Fikri. Sempat terbesit rasa
heran kenapa Fikri malaikat kecilnya bisa sangat dekat dengan Rima. Perasaan
heran itu pelahan menjelma menjadi rasa kagum Christ terhadap Rima. Rasa yang
sama ketika bersama Aisyah kerap muncul pada saat Christ, Fikri dan Rima
bercanda bersama merangkai cerita. Dari interaksi merangkai cerita-cerita indah
itulah, Christ sering merasa seolah Rima diutus untuk menggantikan Aisyah di
hatinya.
Tibalah pada sebuah pertemuan dimana Christ,
Rima dan Fikri makan bersama dalam suasana yang sebetulnya tidak telalu
istimewa. Canda Christ dan Fikri menghangatkan suasanya saat itu. Sesekali Christ
menggoda Rima, dan sesekali terkadang Rima hanya tersenyum. Rima hanya terdiam
dan memperhatikan setiap apa yang dilakukan Christ dan Fikri.
Entah sengaja atau becanda tiba-tiba
terdengar jelas ditelinga Rima pertanyaan Christ kepada malaikat kecilnya. “Fikri-Fikri,
Fikri mau Umi nda?” Pertanyaan yang membuat Rima merinding ketika mendengarnya,
tidak tahu kenapa detak jantung Rima saat itu berdetak lebih kencang dan
perasaanya diliputi kegelisahan. Tiba-tiba terdengar dari mulut Fikri, “mau-mau
abi?”, Christ kemudian melanjutkan
“maunya umi yanga kayak apa?”, Tanpa ragu-ragu, mulut masninya kemudian berucap
“Maunya umi Rima”.
Spontan Rima kaget dalam hatinya
mendengar jawaban malaikat kecil itu, Mukanya memerah dan terlihat sangat malu
kepada Christ. Beruntung Christ saat itu
lebih bisa mengkondisikan suasana. Mencoba menenangkan reaksi dari Rima.
Mencoba membawa kondisi itu dalam kondisi ideal supaya bisa berfikir jernih.
Dengan Nada yang pelan dan mantap, Christ kemudian bertanya kepada Rima, “Mba Rima,
mau nda jadi Uminya Fikri?”
Lagi-lagi detak jantung Rima semakin
kecang dan mulutnya tak bisa mengeluarkan kata. Kegundahan hatinya terlihat
jelas dari mukanya yang semakin memerah dan tangannya terlihat gemetar. Disaat
itu pula keluar celetupan-celetupan
kecil dari lisan Fikri berlagak merayu dengan nada polosnya, “Mau ya Mba Rima
ya mau ya, jadi Uminya Fikri?” Rima
hanya tersenyum dan melihat celetupan polos dari Fikri. Christ kemudian kembali
mengkondisikan suasana. Coba difikirkan matang-matang dulu Mba Rima, agar semua
berjalan baik.
Dalam diamnya itu kemudian Rima berfikir
dan merenung, kenapa saat ia dilamar oleh laki-laki yang sudah mapan kemarin
berbeda jauh rasanya ketika di tanya sama mas Christ. Apakah karena kedekatan Rima
dengan Fikri selama ini, sehingga tanpa sadar benih-benih cinta pun muncul
dalam hatinya. Berbagai analisis dan pertimbangan dari lubuh hati Rima yang
paling dalam Rima kemudian menjawab pertanyan Christ dengan pertanyaan balik.
“Kapan Mau datang ke rumah mas?”
Seolah mendapatkan cintanya kembali
setelah lima tahun ditinggal Aisyah, Christ dengan tegas dan lantang menjawab
“Insya Allah pekan ini”. Jawaban Christ membuat hati Rima merekah, seolah
laki-laki berkuda putih yang dinantinya selama bertahun-tahun akan segera
menjemputnya dan membawanya ke pelaminan. Laki-laki yang tak lain adalah rekan
sekerjanya dan merupakan ayah dari malaikat kecil yang tiap hari dasuhnya.
Inilah kuasa Ilahi, Allah kemudian
benar-benar mepertemukan mereka dalam pelaminan nan suci. Setelah bertahun
tahun keduanya merindukan pasangan hidup, kini Allah menjawabnya dengan
skenario yang begitu indah dan bermakna. Interkasi yang Christ dan Rima lakukan
bersama malaikat kecilnya telah mengahantarkan mereka menuju hakikat cinta yang
sesungguhnya. Episode-episode cinta mereka lalui menjadi ispirasi setiap ayah
yang mencintai keluarganya, setiap ibu yang mendambakan keharmonisan rumah
tangga dan setia anak yang merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Kebahagiaan itu semakin lengkap terasa
ketika Umi Rima dengan selamat melahirkan putra kembarnya. Dengan perjuangan
dan pengorbanan seorang ibu, kedua malaikat itu berhasil melihat dunianya yang
baru. Dunia dimana ia akan menapakan setiap kisah bersama keluarga barunya. Dunia
dimana ia bisa mengukir cita dan manggapainya.
Semua orang menyambut kedua malaikat itu
dengan penuh haru. Sebuah anugrah yang luar biasa yang dirindukan oleh setiap
keluarga. Sebuah amanah sebagai bentuk kepercayaan dari Allah kepada Christ dan
Rima untuk mendidik mereka menjadi anak yang shalih dan shalihah. Menjadi anak
kebanggan bagi agama, bangsa dan
keluarganya.
..........
Kini malaikat –malaikat kecil itu mulai
menunjukan pesonanya
Memberi kecerian pada setiap insan yang
melihatnya
Senyumnya menebar kebahagian
Tangisanya sebagai isyarat kerinduan
Dan diamnya mengundang penasaran
Letik
jarinya menari-nari seolah memperlihatkan sebuah pesan
Nampak
penuh kesabaran seorang Umi merawatnya
Seolah-olah
kudua malaikat itu berebut kasih sayang mendapatkan perhatian
Uminya
Sementara sang Abi dan kakandanya
sesekali ikut-ikutan mencari perhatian Uminya
Menuntut juga untuk diperhatikan dan
mendapatkan belai sayangnya
Di rumah itu seolah sang Umi harus
menyelesaikan semuanya
Itulah mulianya seorang Umi, mereka
tidak banyak menuntut tapi banyak dituntut
Mereka tidak banyak mengeluh tapi
menjadi tempat berkeluh
Mereka tidak banyak meminta, tapi
semua yang dipinta diberikan
Umi Aisyah...Umi Rima,
dalam dekapan ilahi, kulabuhkan cinta padamu
Dalam sepi dan heningnya
malam kuserahkan jiwa ini untukmu
Dalam penantian nan
panjang, kuselalu merindukanmu
Dalam dzikir nan merdu,
ku berharap bertemu dikau di Surga.
Penulis : Rief_Fatih
Diambil dari kisah nyata penuh hikmah
================================================================
PERHATIAN !
Buat Sista yang punya masalah seputar Kecantikan, kewanitaan dan kandungan :
- Jerawat tak kunjung sembuh
- Noda Jerawat yang tak kunjung hilang
- Luka bakar, oprasi yang buat anda ga pede
- Keputihan
- Gatal, gatal, bau tak sedap di mis v
- Kanker servick, miom
- Kegemukan
- Terlalu kurus
- Sudah lama menikah belum HAMIL
Temukan solusinya di tempat kami
Konsultasi GRATIS via sms/wa 085643035547
bb 75966580