Saya ingin berangkat dari sebuah
perenungan bahwa setiap apa yang dilakukan manusia ada konsekwensi yang harus
di hadapi. Baik konsekwensi kebaikan atau keburukan, baik di dunia mapun
diakherat kelak ketika maut menjemput kita.
Allah SWT menggambarkan hal ini dengan begitu jelas dalam surat cintanya
“famayyakmal misko ladarratinn
khoiroyyarah”, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. “wamal yakmal miskoladarratinn Syarayyarah”, Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula. (QS. Al-Zalzalah: 7-8).
Dari sinilah kita dituntut untuk
sangat berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tabiat dunia yang menggoda
dengan berbagai perhiasanya telah membuat sebagaian umat manusia lupa akan
tugas yang sebenarnya. Tak terkecuali umat muslim, dunia telah membuat sebagian
besar umat ini lalai. Kesenangan dunia telah menyebabkan manusia melupakan
perkara-perkarah ukhrawi (akherat). Sehingga hal ini nampak pada cara pandang
dan tindakan yang dilakukan. Padahal Allah SWT menegaskan “Dan kampung akhirat itu lebih bagi mereka yang
bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?”. (QS. Al-A’raf: 136)
Para meter yang digunakan tidak lagi menegedepankan landasan
syar’i tetapi lebih cenderung mengedepankan perasaan yang terkadang melemahkan
manusia itu sendiri. Kita terjebak pada kondisi dimana faktor kemanusian lebih
sering nampak dibanding perkara syariat yang kebenaranya bersifat mutlak.
Dalam kondisi inilah sangat wajar ketika aktifitas yang
dilakukan oleh umat, ini jauh dari maknawiah yang sesungguhnya. Umat ini
terjebak pada ubudunnya (kecintaan dunia) yang menyebabkan disorientasi dalam
menjalankan aktifitas. Atau bisa juga terjadi distorsi niat yang semua terjaga
dengan baik, tapi rusak di tengan jalan karena terbuai dengan godaan dunia.
Begitu halnya dengan dunia jejaring sosial, setiap proses
komunikasi yang dilakukan hendaknya mengedepankan perkara-perkara yang bernilai
dunia dan akherat. Tidak terjebak pada perkara-perkaran dunia apa yang
disampaikan, tapi lebih jauh dari itu hendaknya setiap pesan yang kita
sampaikan mengandung hikmah dan nilai-nilai ukhrawi.
Kita mungkin perlu menggali kembali hakikat takwa yang
harusnya tercermin dalam setiap kondisi dan situasi, dimanapaun dan kapanpun
kita berada. Baik didunia nyata maupun dunia maya yang semuanya pasti ada
peluang kebaikan maupun keburukan. Mengenai definisi takwa kita bisa melihat Percakapan antara sahabat Umar bun Khattab dan Ubay bin Ka'ab.
Suatu
ketika sahabat Umar bin Khattab bertanya kepada Ubay bin Ka'ab apakah takwa
itu. Ubay menjawab,"Pernahkah kamu melalui jalan
berduri?"
Umar menjawab,"Pernah."
Ubay menyambung,"Lalu apa yang kamu lakukan?"
Umar menjawab,"Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan."
Maka Ubay berkata,
"Maka demikian
pulalah takwa."
Sedangkan
menurut Sayyid Qutub dalam tafsirnya, Fi Zhilal al-Qur'an, Takwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus
menerus dan hati-hati terhadap semua duri atau halangan dalam kehidupan.
Sementara Sayyid Sabiq dalam
kitabnya “Islamuna” menerangkan bahwa takwa bermuatan keyakinan (akidah),
pengabdian (ibadah), akhlak atau adab dan berbagai kebajikan (al-bier).
Lebih lanjut dia mengatakan bakwa orang yang berhak menyandang sebutan “muttaqin”
hanyalah orang yang mampu menahan dan mengendalikan hawa nafsu dan menjauhi
semua hal-hal yang syubhat serta berani berjihad di jalan Allah.
Dengan demikian, takwa bukan sekedar
menjauhi dosa-dosa besar saja, tapi mencakup semua penyelewengan dan
penyimpangan meski itu hanya kecil. “Jangan lihat kepada kecilnya dosa yang
kamu lakukan, tetapi lihat kepada siapa kamu berbuat dosa“. Jika demikian, muttaqin ialah orang yang paling berprestasi
dalam melaksanakan Islam.
Sampai di sini kita semakin memahami bahwa, hendaknya
kehati-hatian dalam segala tindakan dalam kehidupan ini menjadi kunci
keselamatan kita di dunia maupun akherat. Sehingga tak berlebihan juga bagi
para aktifis jejaring sosial baik FB, twiter, skype dan lainya lebih
berhati-hati pula dalam bertinteraksi. Mulai dari konten status, komentar,
gambar dan semua yang di tampilkan dalam akun pribadinya.
Hendaklah semua itu bernilai kebaikan, bukan sesuatu yang
mubah tak berarti, haram menimbulkan dosa apalagi sesat sehingga dilaknat Allah
SWT. Imam syafi’i pernah menyampaikan bahwa, hendaklah seseorang hendak
berbicara pikirkanlah sebelumnya, seandaniya sudah jelas kemaslahatannya maka
ucapkanlah, namun apabila ragu dengan perkataan itu jangan disampaikan hingga
jelas kemaslahatannta.
Apa yang disampaikan oleh imam Syaf’i telah jauh-jauh hari
disampaikan oleh baginda Nabi SAW, beliau bersabda, “...Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah berkata baik atau diam” (HR.
Bukhari dan Muslim). Bahkan Allah SWT sendiri juga menegaskan, “Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan berkatalah dengan
perkataan yang benar”. (QS Al Baqarah:263)
Dalam
hal niat juga kita harus sangat berhati-hati. Jangan sampai ketika kita membuat
status karena ingin di komen banyak orang, jadi cukup dengan membuat sesuatu
yang kontrofesial. Atau hanya ingin dijadikan sebagai hiburan semata. Tapi coba
niatkanlah setiap status maupun komentar yang kita tuliskan dalam FB sebagai
bentuk ibadah kepada Allah SWT karena yang kita sampaikan adalah kebaikan.
Sehingga kita berharap orang yang membaca setiap tulisan kita akan mendapatkan
kebaikan itu pula.
Berkaitan
dengan niat kita akan berhadapan dengan sikap ria atau ingin di puji makhluk.
Padahal yang layak di berikan pujian adalah Allah SWT. Kita mungkin sering di
FB menampilkan siapa diri kita yang sebenarnya. Mulai dari ketampanan atau
kecantikan paras kita, kekayaan dan semua fasilitas yang kita miliki, keluarga
kita, prestasi-prestasi kita dan semua yang ada dalam kehidupan kita ingin kita
sampaikan. Yang paling membuat saya miris adalah bagi suami istri yang memajang
foto-foto mesranya di Facebook. Menurut saya pribadi sangat tidak ahsan ketika
kemesraan itu dilihat banyak orang dan bisa jadi akan menimbulkan fitnah.
Cukuplah kemesraan itu ditunjukan kepada pasangan dan keluarganya, tak perlu
ditampilkan di Facebook.
Disinilah
peluang sikap ria itu bisa muncul. Seolah kita ingin menunjukan siapa jati diri
kita, bukan agar orang lain terinspirasi akan tetapi lebih karena ingin di puji
orang. Na’udzubillah. Kita harus memahami bahwa sikap ria itu bukan sesuatu
yang sederhana. Dalam Al-Qur’an surat Al-Maun disampaikan dengan begitu jelas
bahwa Ria merupakan salah ciri orang yang mendustakan agama.
Hal
lain yang nampaknya sederhana yang disering dilupakan adalah kita kerap kali
mengeluh sesuatu hal di Facebook. Mirip sekali dengan orang-orang yahudi yang
mengeluh ke tembok ratapan ketika berdoa. Malah bisa jadi sebenarnya kita
sedang diarahkan kesana. Apa-apa yang terjadi dalam kehidupan kita dituliskan
di wall (dinding). Padahal Islam telah mengajarkan bahwa sebaik-baiknya tempat
mengadu adalah Allah SWT.
Kalau
kita ingin curhat, curhatlah dihadapan Allah SWT tak perlu di wall facebook
yang tak mampu memberikan solusi. Malah terkadang menimbulkan mudharat atau
bahkan fitnah. Kalau kita ingin menangis, menangislah ketika dalam sujudmu, tak
perlu membuat status yang memperlihatkan kesedihan sehingga orang lain menjadi
simpati dan memperhatikan kita. Yakinlah bahwa Allah adalah sebaik-baiknya
tempat berkeluh kesah.
Mirisnya
lagi ada sebagian orang yang memanfaatkan media sosial FB ini menjadi ajang
mencari pasangan hidup. Saya tidak mengatakan mencari pasangan hidup itu salah,
tetapi realitanya adalah kalau kita tidak hati-hati, seolah kita sedang
menawarkan diri kita di khalayak umum. Mungkin dengan memperbagus Foto profile
kita, memperlihatkan kita berasal dari keluarga yang kaya dengan mengupload
foto-foto mulai didalam rumah sampai mobilnya, sehingga orang akan tertarik
dengan kita.
Sekali
lagi kalau kita tidak berhati-hati terutama dalam hal menjaga niat, facebook
yang tujuanya menjalin hubungan silaturahim akan menjadi ajang bermaksiat.
Karena foto-foto yang harusnya tidak di publiskan tetapi malah dinikmati oleh
semua orang. Dari situ bisa muncul fitnah yang lebih besar lagi.
Disinilah
keimanan kita benar-benar diuji. Bisa jadi tanpa kehati-hatian memilah-milah
mana yang layak dan tidak untuk kita share kan di FB kita kan terjebak akan
dosa-dosa kecil yang kita lakukan tanpa kita sadari. Kalau hal-hal yang
sifatnya privasi sudah disampaikan ke publik, maka sesungguhnya kita sedang
menelanjangi diri kita sendiri dihadapan orang lain. Bukan membuat orang lain
simpati dengan kita, justru orang lain akan menganggap buruk terhadap diri kita.
Dalam kaidah syara’ dijelaskan
bahwa menghindari kerusakan-kerusakan harus didahulukan daripada menarik
kebaikan-kebaikan dan Perkara yang
mendatangkan keharaman/maksiyat, maka wajib di tutup. Dari sinilah kita dituntut
untuk amat sangat berhati-hati ketika berinteraksi di dunia sosial, khsususnya
media sosial FB. Jangan sampai niatan kita menjalin silaturahim yang insya
Allah akan bernilai pahala berubah menjadi ajang maksiat yang akan mendatangkan
dosa. Naudzubillah
.....
Pesan kebaikan tak selalu di dengan baik
Tapi yakinlah kebaikan itu akan membawa kebaikan yang lain
Itulah yang dinamakan barokah
Kalau kita sudah seperti ini
Mungkin bisa jadi kita akan menjadi orang yang paling kaya
akan pahala kebaikan
.....
Begitu pula dengan keburukan
Pesan keburukan selamanya akan membawa
keburukan
Banyak orang akan terjebak pemahamanya dan
ikut melakukan keburukan
Inilah yang mungkin bisa kita katakan
Dosa berantai
Kalau sudah seperti ini
Mungkin kita akan menjadi orang yang
paling miskin akan pahala kebaikan
Karena bisa jadi kitalah penyebab orang
lain melakukan keburukan
Mungkin mereka akan menuntut kepada kita
karena telah menyebabkan mereka melakukan perbuatan dosa
.....
Inilah kehidupan saudaraku
Apa yang kita tanam
Akan kita tuai esok kelak
Apa yang kita tabur
Akan kita temukan hari esok
Apa yang kita ucap
Akan dipertanyakan
Apa yang kita tulis
Akan dimintai pertanggungjawaban pula
.....
Setiap luka akan membawa kebencian
Maka berhati-hatilah
Jangan sampai kita menjadi banyak musuh
ketika berinteraksi di FB
.....
Setiap perhatian akan menghadirkan kasing
sayang
Tapi hati-hati jangan kebablasan
Nanti bisa jadi ajang maksiat
.....
Curhat di FB tidak membawa kebaikan
Bisa jadi akan mebawa keburukan pada diri
kita
Sampaikanlah dalam doa-doamu kepada dzat
yang maha pemurah
.....
Narsis bisa mengarah kepada ria
Bisa jadi kita akan dianggap hina
Karena ingin dipuji oleh makhluk
Karena Allah lah yang hanya layak untuk di
puji
.....
Lagi-lagi semua terserah padamu
Setiap manusia akan mengalami perhitungan sendiri-sendiri
Selayaknya penulis pun begitu takut akan perhitungan-Nya kelak
Semoga tulisan ini bisa menjadi bukti
Bahwa aku pernah mengingatkan saudaraku
.....
Mengajak mereka pada jalan kebaikan
Mengingatkan agar mereka berhati-hati
Dan sekaligus mengingatkan diriku sendiri
Untuk senantiasa memperbaiki diri
Rief_fatih, Mutiara Kehidupan, 06 November
2012
================================================================
PERHATIAN !
Buat Sista dan Bunda yang punya masalah seputar Kecantikan, kewanitaan dan kandungan:
- Jerawat tak kunjung sembuh
- Noda Jerawat yang tak kunjung hilang
- Luka bakar, oprasi yang buat anda ga pede
- Keputihan
- Gatal, gatal, bau tak sedap di mis v
- Kanker servick, miom
- Kegemukan
- Terlalu kurus
- Sudah lama menikah belum HAMIL
Temukan solusinya di tempat kami
Konsultasi GRATIS via sms/wa 085643035547
bb 75966580