akhwatcamil.blogspot.com |
Hari
itu seperti biasanya Dinda nampak ceria bermain dengan rekan-rekan sejawatnya
di SMA. Seolah setiap hari yang ia lalui menjadi cerita-cerita bahagia dan
penuh makna. Tidak pernah terpancarkan rona
kesedihan dari raut wajahnya yang manis. Dinda, seorang siswi kelas satu SMA
yang dikenal peringan dan supel terhadap semua orang. Latar belakang
keluarganya dari kalangan berada, tidak lantas membuatnya menjadi pribadi yang
tinggi hati. Hasil didikan tangan ibundanya yang lembut telah membentuknya
menjadi pribadi yang energis dan optimis untuk menghadapi hidup.
Diusianya yang masih
belia, tidak kurang berbagai prestasi sudah diraihnya. Mulai dari melukis,
bernyanyi, berpidato, menulis dan begitu banyak ketrampilan-ketrampilan yang
Dinda kuasai. Sejak duduk di bangku taman kana-kanak bakatnya memang sudah
terlihat, sehingga tidak heran sejak itu pula Dinda banyak memperoleh berbagai
jenis penghargaan. Sekali lagi semua itu tidak membuatnya tinggi hati di hadapan
rekan-rekan sepermainanya.
Dinda memang dekat dengan
semua orang, tidak terkecuali Nanda yang sudah dianggap sebagai sahabatnya
sejak taman kanak-kanan. Nanda adalah seorang sahabat yang paling tahu semua
hal tentang Dinda. Tidak heran hal itu terjadi, karena sejak kecil mereka sudah
hidup dalam satu atap. Mereka meniti cita dan mengolah asa bersama-sama sebagai
sepasang sahabat.
Dinda dan Nanda tinggal
satu atap bukan sebagai kaka dan adik, ataupun sebagai seorang tante dan
keponakan, melainkan sebagai seorang anak majikan dan anak pembantu. Itulah
persahabatan mereka, berangkat dari strata sosial yang berbeda, akan tetapi menyatu
dalam bingkai pertalian suci. Keduanya membuktikan kepada dunia bahwa kasih
sayang bisa terbentuk tanpa memandang siapa dia? dari mana dia? dan bisa apa
dia? Akan tetapi entah siapa dia, dari manapun dia berasal dan mungkin tidak
ada hal yang bisa dia lakukan, mereka tetaplah manusia yang memilki hak untuk
disayangi dan menyayangi.
.......
Persahabatan itu telah
mengantarkan mereka untuk saling memahami satu sama lain, bahkan mendahulukan
kepentingan sahabatnya terlebih dahulu walapun di antara mereka harus ada yang menderita.
Setiap pagi mereka berangkat sekolah bersama dengan menggunakan sepeda lapuk
kepunyaan Nanda. Sepeda lapuk itu menjadi saksi perjuangan mereka meniti cinta
dan mengejar asa. Padahal kalau Dinda mau, bisa saja mobil sedan mewah yang
disiapkan khusus untuknya mengantarkannya kesekolah. Namun itulah Dinda yang
tidak mau tergantung akan semua fasilitas dari orang tuanya. Dia lebih memilih
berangkat bersama sepeda lapuk sahabatnya sembari menyusuri setiap rona
kehidupan yang mereka jumpai di jalanan.
Dinda merasa lebih
bahagia jika berangkat bersama Nanda sahabatnya meski harus berpanas-panasan
dan terkadang hujan menghambat laju sepeda mereka. Semua mereka lakukan demi
satu keyakinan bahwa apa yang mereka lakukan akan Allah lihat sebagai bentuk
pengorbanan untuk menggapai semua cita-cita mereka. Dinda yang ingin menjadi
seorang pengacara yang akan membela orang-orang lemah, sementara Nanda yang
ingin menjadi seorang dokter yang akan mengobati semua orang yang sakit. Begitu
mulia cita-cita mereka, cita-cita yang tidak lepas dari pengaruh tangan-tangan
lembut kedua orang tua mereka.
Cita-cita dan semua
mimpi mereka itulah yang selalu membuat mereka tampil berbeda dibanding
rekan-rekannya. Pribadi yang cerdas dan sosok yang energis mereka perlihatkan
dalam setiap situasi. Tidak terkecuali ketika pelajaran olahraga bola voli
berlangsung, mereka memperlihatkan antusiasnya untuk mengungguli rekan-rekannya
yang lain. Itulah Dinda dan Nanda, tampil kompak dalam setiap peran yang mereka
geluti.
.......
Sampai suatu ketika
sebuah peristiwa besar itu terjadi, peristiwa yang merubah kehidupan Dinda dan
Nanda. Saat itu ketika pertandingan persahabatan bola voli dilakukan dengan SMA
lain, Dinda mengalami cedera yang cukup serius. Kepalanya terkena hantaman bola
yang melesat dari kelompok lawan, seketika itu ia pingsan dan tidak kunjung
sadar. Nanda begitu panik melihat kejadian itu dan mencoba memapah sahabatnya
yang sudah terbujur lemas. Pihak sekolah kemudian membawanya kerumah sakit
terdekat dan segera memberikan kabar kepada kedua orang tuanya.
Tidak terlalu lama ayah
dan bunda Dinda sudah tiba di rumah sakit. Terlihat kepanikan di raut muka
keduanya. Mereka kemudian segera mencari informasi sebenarnya apa yang telah
terjadi. Kepala sekolah kemudian menceritakan kejadian tersebut secara detail,
sementara Nanda berusaha untuk menenangkan Ayah dan Bunda Dinda. Dengan
perasaan sedih dan takut kemudian Nanda mengadu sambil meneteskan air mata,
“Bunda, maafkan Nanda yang tidak bisa menjaga Dinda dengan baik”. Seketika itu
sang bunda kemudian memeluk Nanda dan terlihat gugup menyampaikan sesuatu,
“Tidak apa-apa Nanda, semoga Dinda bisa segera sembuh dan bisa bermain bersama
Nanda lagi”.
Peristiwa yang
mengharukan semua orang yang hadir saat itu. Nampak jelas rona kesedihan mereka
yang hadir. Mata mereka berkaca-kaca, seolah ingin meneteskan air mata
kesedihan. Sesekali mereka mencoba saling menguatkan satu sama lain dengan
saling menepuk bahu. Lalu lalang orang yang melintas di sekitar lorong rumah
sakit tertuju pada mereka. Semuanya menunggu Dinda segera siuman, semuanya
menunggu kabar baik dari Dinda, dan semuanya berharap segera melihat Dinda tersenyum
kembali.
Harapan itu seolah
menjadi doa bagi kesembuhan Dinda, namun harapan itu semakin lama semakin pupus,
karena saat itu Dinda tidak kunjung sadar. Semua orang menunggu dan menunggu.
Sampai akhirnya seorang dokter yang baru selesai melakukan pemeriksaan keluar
ruangan dan mencari orang tua Dinda. Sang dokter kemudian mengajak mereka ke ruang
kerjanya.
Perasaan cemas, shock
dan takut terjadi apa-apa dengan Dinda senantiasa menghantui keduanya. Kecemasan
itu semakin memuncak ketika dokter tersebut menyampaikan kalimat empati beliau,
“Bapak dan Ibu harus sabar”, ini hasil pemeriksaan otak Dinda. Seketika itu
Ayah Dinda mencoba menenangkan Istrinya. “Tenang bunda, tenang, kita dengarkan
penjelasan dokter terlebih dahulu.”
Dokter kemudian
menyampaikan dengan bahasa lembut dan penuh kehati-hatian. Dokter berusaha menkondisikan
suasana agar tidak terjadi apa yang tidak diinginkan. “Begini bapak dan Ibu
Dinda, setelah melakukan pemeriksaan intensif, ternyata Putri bapak dan ibu
menderita kanker otak stadium I”. Dunia seolah runtuh, langit seolah tebelah,
harapan itu seolah sirna di benak sang bunda, hatinya remuk dan hancur
mengetahui anak tercintanya menderita penyakit yang sampai sekarang belum
ditemukan obatnya.
Seolah tidak ingin
menerima kenyataan ini, sang bunda kemudian mencoba memastikan kepada sang
dokter. “Apakah pemeriksaanya sudah benar-benar valid, atau mungkin ada
kesalahan atau mungkin hasilnya tertukar dokter?” Saat itu pula deraian air
mata mulai keluar dari kedua bola matanya, menetes dan membasahi pipinya. Sang
ayah kemudian terlarut dalam suasana haru dan mencoba menenangkan istrinya
dengan pelukan. “Sabar bunda, ini takdir Allah, kita harus berusaha tegar”.
Keduanya keluar dari
ruang dokter dengan wajah lesu, seakan tidak mau berbicara dengan siapun.
Mereka tidak mau semua orang tahu akan derita yang dialami Dinda. Dengan bahasa
yang bijak sang ayah kemudian mencoba menyampaikan jawaban kepada setiap orang
yang bertanya saat itu. “Bagaimana pak, bagaimana bu, Dinda baik-baik saja
kan?”. Dengan berat hati sang ayah menyampaikan, “Kata Dokter Dinda hanya perlu
istirahat, jadi semuanya tidak perlu khawatir, Insya Allah lusa Dinda sudah
bisa berangkat sekolah lagi”
Bagi rekan-rekan
sepermainan Dinda, ini berita gembira yang ditunggu-tunggu mereka, akan tetapi
bagi bapak dan ibu guru, jawaban sang ayah menyimpan keraguan dan menimbulkan
tanda tanya besar, sebetulnya Dinda kenapa? Begitu pula dengan Nanda seolah ingin
mengetahui sebenarnya apa yang terjadi dengan sahabatnya, ia terus menunggu
Dinda sampai siuman.
......
Kenyataan pahit yang
harus dihadapi Dinda membuat ayah dan bundanya tidak kuasa menahan beban ini.
Namun di sisi lain mereka juga berfikir bagaimana dengan Dinda ketika dia
siuman dan melihat ayah dan bundanya bersedih. Inilah hebatnya naluri orang
tua, mereka berusaha menghadirkan suasana gembira walapun di dalam hatinya
menahan luka. Mereka berusaha mengkondisikan suasanya seolah tidak terjadi hal
yang besar yang akan berpengaruh pada hidup Dinda. Seolah peristiwa itu hanya
peristiwa kecelakaan ringan yang hanya menyebabkan Dinda pingsan dan akan sembuh
ketika Dinda tersadar.
Saat yang ditunggu-tunggu
itupun tiba, jemarinya yang lentik mulai menari sebagi isyarat kesadaranya,
kedua bola matanya yang sayup terlihat mulai terbuka perlahan, sementara mimik
wajahnya yang manis itu mulai menunjukan kemanjaan kepada sang bunda. Rengekan
manja mulai terucap dari lisanya“Bunda kepalaku sakit, dimana aku? Ayah mana?
Nanda mana?”
Seolah ingin menjawab
semua pertanyaan Dinda, bunda kemudian mencoba memberikan perhatian lebih,
“Mana yang sakit sayang, biar ibu pijit”, Ayah sama Nanda sedang keluar ,
paling sebentar lagi kesini. “Bunda aku ingin pulang, kangen sama rumah, kenapa
si aku harus dirawat di sini?”. Sang bunda dengan sabar memahamkan, “iya sayang
nanti kalau dokter sudah membolehkan Dinda pulang ya?”. Makanya sekarang Dinda
harus banyak istirahat supaya segera sehat dan bisa cepat pulang.
Selang tidak begitu
lama ayah dan Nanda memasuki ruangan, dengan tegar sang ayah berusaha
menunjukan sikap optimisnya, “eh putri ayah yang cantik ini sudah siuman ya?”, seolah
ingin segera mengadu kepada ayahnya Dinda tidak sempat membalas sapaan mesra
ayahnya. “Ayah dari mana si? kepalaku sakit ni ”. Sang ayah dengan pelan
menjawab, “ayah sama Nanda baru saja membeli buah di luar untuk kamu sayang,
mana yang sakit biar ayah sembuhkan”. Sembari mengusap kepala putri tercintanya
itu, ia kemudian mengucapkan beberapa bait doa dan mengecup keningnya.
“Sekarang sudah sembuh to sayang?”. “Iya ayah agak mendingan, terimakasih ayah?”
“Nanda ayo kesini deket
aku, masa di situ terus, kamu tidak mau memeluk sahabatmu ini?”. Dengan sebuah
isyarat, ayah dan bunda seolah meminta agar Nanda segera mendekati Dinda.
“dekat seperti ini kan enak, sudah lama kita tidak naik sepeda bersama, besok
kita berangkat sekolah ya? Aku yang boncengin kamu pokoknya.” Nanda mengawali
jawabanya dengan sebuah senyum, “Iya tenang saja Dinda, besok kamu yang
boncengi aku ya, makanya sekarang Dinda istirahat dulu supaya cepat sembuh”. Mendengar
percakapan Dinda dan Nanda hati bunda seakan teriris-iris dan tidak mampu
berbuat banyak untuk memenuhi keinginan buah hatinya.
Keesokan harinya Dinda memang
sudah diperbolehkan dokter pulang, akan tetapi setiap bulan Dinda harus
melakukan ceck up. Dinda kembali menjalani aktifitasnya, namun setelah
peristiwa itu ada hal yang berbeda dalam kehidupanya. Setiap berangkat dan
pulang sekolah Dinda selalu diantar sang Bunda. Sementara Nanda tetap berangkat
dengan sepeda lapuknya. Sesekali Dinda melihat Nanda tetap bersemangat mengayuh
sepedanya, sementara dirinya harus menuruti kemauan sang bunda. Sesekali
terbesit dalam hatinya, “Nanda maafkan aku, aku bingung apa yang sedang terjadi
dalam diriku, kenapa semua hal yang biasa aku lakukan dilarang sama bunda. Aku
ingin sekali kembali mengarungi samudra mimpi-mimpi kita bersama sepeda kamu.
Ya Allah engkau maha tahu keinginan hamba-hambamu.”
Nanda pun senantiasa
memastikan dinda dalam keadaan baik-baik saja disetiap perjalanan berangkat dan
pulang sekolah. Sepeda lapuknya selalu ia kayuh dengan kencang agar bisa
dilihat oleh Dinda. Cukup dengan lambaian tangan dan senyumnya yang khas sebagai
ungkapan kasih sayang Nanda kepada Dinda. Demikian halnya dengan Dinda yang
selalu membalas dengan senyum termanis untuk sahabat terbaik. Senyum yang
merekah dan menyejukan semua orang yang melihatnya.
Genap satu tahun
keduanya marajut mimpi dan menimba ilmu di SMA, sekarang mereka sudah naik
jenjang dan sudah tumbuh menjadi sosok yang lebih dewasa. Namun hal itu tidak
sepenuhnya dirasakan oleh Dinda, sakitnya semakin hari bukan lantas sembuh akan
tetapi semakin parah dan mulai merampas hari-hari bahagianya. Sejak itu Dinda
mulai jarang masuk sekolah, karena kondisi fisiknya yang semakin rapuh. Dinda
setiap pekannya harus melakukan ceck up di rumah sakit dan setiap bulanya harus
cuci darah.
Kanker otaknya saat itu
sudah masuk stadium II yang menandakan tingkat daya serangya semakin kuat. Mengetahui
kenyataan ini, Dinda tidak kemudian
menjadi frustasi, justru yang mengagumkan adalah jiwa optimis dan keyakinanya
untuk bisa sembuh. Dinda meyakini bahwa Allah tidak akan menguji hambanya di luar
kesanggupanya. Dinda percaya apa yang terjadi dengan dirinya saat ini, pasti
akan berbuah manis. Kalapun dia harus meninggal, dia akan bahagia karena sudah
menjadi orang yang tidak pernah menyerah terhadap ujian sakit yang Allah
berikan.
Subhanallah,
mental yang luar biasa yang dimiliki oleh gadis sepolos Dinda. Gadis yang belum
banyak mengenal asam garam kehidupan, tetapi sudah begitu dewasa menyikapi
ujian hidup. Hal itu tidak terlepas dari peran ayah dan bundanya yang dengan
sabar merawatnya. Demikian halnya dengan Nanda yang senantiasa menanamkan sikap
optimis terhadap semua kondisi. Nanda senantiasa membersamai Dinda disaat ia
rapuh dan terpuruk. Menjadi sahabat setia disaat Dinda membutuhkan bantuanya.
Menjadi pelipur lara disaat hati Dinda terluka dan menjadi inspirasi ketika Dinda
merasa jenuh.
Demikian sebaliknya apa
yang dilakukan Dinda kepada Nanda. Meski dalam keadaan fisiknya yang semakin
melemah, Dinda senantiasa ingin tahu keadaan Nanda baik-baik saja. Setiap orang
di rumahnya yang bertemu denganya dan saat itu tidak ada Nanda di sampingnya,
maka pertanyaan yang keluar dari mulut manisnya adalah “Bunda Nanda mana ya?,
Ayah Nanda mana? Bibi Nanda mana ya?”. Seolah tak mau berpisah dengan Nanda,
maka pada setiap situasi ia selalu mencarinya.
Di sekolah pun
demikian, kalau saat jam istirahat Nanda belum datang ke kelasnya, maka pasti
Dinda akan datang mencarinya. Pernah
suatu ketika dijam istirahat yang pertama Nanda tidak datang menemuinya. Dinda
pun bertanya-tanya dimanakah gerangan sahabatnya, karena tidak biasanya hal itu
terjadi. Upaya yang kemudian yang dilakukan Dinda adalah mencari nanda disetiap
sudut sekolah. Dalam keadaan fisiknya yang lemah, yang tergambar jelas dari
wajahnya yang pucat Dinda berusaha bertanya kepada setiap orang yang ia jumpai.
“Maaf teman-teman ada yang tahu dimana Nanda?, Maaf bapak tadi lihat Nanda
tidak?, maaf ibu tahu Nanda dimana?”. Semua orang yang Dinda tanya saat itu
tidak tahu keberadaan Nanda.
Hal itu tidak membuat
Dinda berputus asa mencari Nanda. Perasaan gelisah dan khawatir muncul dari
benaknya. Dinda merasa ada sesuatu yang terjadi dengan sahabat, maka dengan
segenap kemampuanya ia berusaha mencari sang sahabat. Sampailah Dinda di depan
ruang UKS, ternyata Dinda menjumpai rekan-rekan kelas Nanda di sana. Tanpa
berfikir panjang, dengan nada penuh kekhawatiran Dinda segera menanyakan
keberadaan Nanda kepada mereka.”Teman-teman, ada yang tahu Nanda dimana? Saya
sudah mencari keliling sekolah tapi belum ketemu juga”.
Saat itu nampak raut
muka yang lelah dan perasaan khawatir dalam diri Dinda. Pelipisnya berkeringat
dan bibirnya nampak kehausan. Rekan-rekan kelas Nanda terkagum akan pengorbanan
Dinda yang harus mencari Dinda sampai keliling sekolah. Saat itu Nanda yang
berada di dalam UKS pun mendengar petanyaan Dinda. Seolah tak mau membuat
sahabatnya menunggu lama, Nanda kemudian langsung menyahut pertanyaan Dinda.
“Aku di sini Dinda Sayang”. Mendengar jawaban Nanda, Dinda kemudian bergegas
masuk kedalam UKS. Namun sesuatu yang berbeda ia lihat dalam diri sahabatnya.
Nanda saat itu sedang terbaring dan diperiksa oleh dokter sekolah karena baru
pingsan saat pelajaran olahraga.
Dinda terkaget dan perasaan
kekhawatiran terjadi apa-apa dengan dengan Nanda semakin memuncak. Seketika itu
Dinda mencoba memastikan kondisi sahabatnya, “Nanda kamu kenapa? Kamu tidak
kenapa-kenapa kan? Sebetulnya apa yang terjadi?. Dengan berusaha meredakan rasa
kekhawatiran Dinda, Nanda berusaha menjawabnya dengan pelan, “Nanda tidak
apa-apa kok Din, tadi itu hanya kelelahan saat olahrraga, tapi sekarang aku sudah
sehat ko”. Seolah ingin memastikan keadaan sahabatnya Dinda kemudian bertanya
kepada sang dokter yang baru selesai memeriksa Nanda. “Dokter Nanda tidak
kenapa-kenapa kan dok?”. Dengan bijak sang dokter menjawab, “Nanda tidak
apa-apa dan Cuma perlu istirahat aja, Dinda jaga Nanda ya”. Jawaban dokter itu
akhirnya meredakan kekhawatiran Dinda terhadap kondisi sahabatnya tercinta.
......
Itulah persahabatan
mereka, di tengah keterbatasan Dinda, ia berupaya memberikan yang terbaik untuk
sahabatnya. Persahabatan mereka itulah yang seolah menjadi kekuatan yang terus
menjaga dan memotivasi Dinda untuk terus berjuang mempertahankan hidup. Untaian
beribu doa setiap malam selalu Nanda panjatkan untuk kesembuhan sahabatnya. Demikan
halnya Dinda, disaat semua orang yang menderita kanker otak terpuruk, ia masih
tegar dan optimis, mengadukan semuanya kepada Zat pemilik kehidupan. Dinda menyakini
bahwa suatu saat Allah akan memberikan kesembuhan padanya, Allah akan
mengembalikan kehidupanya. Allah akan mengabulkan sumua mimpi-mimpinya bersama
sahabat tercinta.
Petikan Doa-Doa Cinta Dinda
......
Ya Allah, Rabb yang
menciptakan kehidupan dan menjaga
Keseimbanganya
Izinkan hamba memujimu,
mengagumi setiap keagunganmu
Dinda bersyukur atas
semua karunia dan kenikmatan yang Engkau berikan
Dinda bersyukur Engkau
telah mengkaruniakan orang tua terbaik dan
sahabat terbaik untukku
Dinda juga bersyukur
disisa waktu kehidupan ini, Dinda masih bisa
mengingat-Mu
Menjalankan
perintah-Mu, sejauh yang Dinda mampu
......
Ya Allah, Rabb yang
selalu ada di hatiku
Saat ini desah nafas ku
tidak lagi seperti dulu
Detak jantungku sering
berjalan begitu cepat
Jemari-jemariku tidak
selentik dahulu
Tangan dan kakiku
terkadang mulai kaku untuk aku gerakkan
Demikian dengan mahkota
dikepalaku, perlahan mulai rontok satu-persatu
Pikiranku terkadang
melayang tidak sadar karena menahan rasa sakit
.....
Ya Allah, Rabb yang
senantisa menjaga dan melindungi diri ini
Dinda Ikhlas, jika
memang sakit ini sebagai penebus dosa-dosa yang
Dinda lakukan
Dinda ikhlas menahan
rasa sakit ini, sakit yang tidak kunjung berakhir ini
Dinda pun rela jika
sisa hidup Dinda harus berakhir dengan ujian ini
....
Ya Allah, Rabb yang
tidak pernah lalai dan tidak pernah tidur
Dinda yakin, ujian ini
akan berlalu
Entah karena saat itu
Dinda masih bisa bertahan
Atau karena saat itu
Dinda tidak bisa bernafas kembali
Namun Dinda selalu
percaya, engkaulah pembuat skenario kehidupan
terbaik
.....
Ya Allah, Rabb yang
selalu ku rindukan
Aku siap jika saatnya
nanti engkau memanggilku untuk semakin dekat
pada-MU
Namun satu hal yang
ingin aku pinta darimu sebelum Engkau
memanggilku
Izinkan Aku meninggalkan
rangkaian cerita indah untuk Ayah, Bunda,
Nanda dan semua orang
yang menyayangiku
Izikan aku menjadi
hamba yang dikenal sebagai makhulk-Mu yang
berakhlak mulia seperti
Nabi-Mu
Hamba yang tidak pernah
menyakiti sesama
Hamba yang selalu
berbagi dalam keadaan sempit maupun lapang
Amin ya Rabbal
‘alamin...
Usaha dan doa yang
dilakukan oleh Dinda dan semua orang yang menyayanginya lambat laun mulai
dijawab Allah SWT. Allah pemilik skenario kehidupan terbaik mulai menunjukan
kuasanya. Ini bukan bahasa manusia dan ilmu kesehatan lagi, tapi ini bahasa
mu’zizat Allah Azza wa jalla. Dokter dan semua orang takjub dan terpana ketika
kanker otak yang diderita Dinda semakin hari semakin melemah. Dinda terlihat
kembali energis dan semakin optimis untuk melanjutkan hidup.
Maha suci Allah yang
menggenggam kehidupan manusia di tangganya. Tiada yang bisa merubah suratan takdir
itu kecuali Allah yang berkehendak. Tidak ada titik menyerah dalam hidup ini, tidak
ada titik mengeluh, akan tetapi yang ada adalah keinginan dan harapan-harapan
untuk terus melangkah menjadi manusia yang lebih baik dan menggapai cita.
Itulah pesan hidup luar biasa dari seorang Dinda. Pesan yang hanya bisa ditangkap
oleh sebagian manusia saja. Hanya manusia-manusia yang mau memahami arti hidup
dan mendekat keapda Rabbnya yang bisa menangkap pesan besar itu.
Langit kala itu nampak
cerah, bumi seolah mengeluarkan bau harum kasturi. Bunga-bunga bermekaran dan
semua makhluk beraktifias menunjukan keteraturannya. Seolah mereka menyambut
sang putri yang baru bangun dari tidur panjang. Putri nan cantik jelita yang
senantiasa mengumbar senyum yang membahagiakan setiap jiwa. Seorang putri yang
bisa merubah kondisi hampa menjadi bermakna, merubah suasana sedih menjadi
penuh kasih dan suasana bahagia menjadi tanda syukur kepada sang maha kuasa.
Dinda bersama Nanda
kembali merajut setiap mimpi mereka yang sempat tertunda. Meniti cinta dan merajut
semua asa serta menjadikannya sebagai cerita hidup penuh makna. Rangkaian
cerita yang mereka ikat dengan kekuatan cinta Ilahi. Tidak ada yang bisa
memisahkan persahabatan mereka. Semua insan yang bernafas melihat rangkaian
cerita mereka menjadi bukti keagungan Ilahi. Seperti apa yang disenandungkan
baginda Rasulullah SAW “Layukminu
ahadukum hatta yuhibba li akhih maa yuhibbu linafsih” , tidak beriman
seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri (HR. Bukhari dan Muslim)
Masih dengan sepeda
lapuk Nanda, mereka merangkai cerita dan menggapai mimpi itu. Kini Dinda sudah
kembali menjadi manusia seutuhnya, menjadi remaja SMA yang sama dengan yang
lainya. Menikmati masa mudanya dengan sahabat terbaik. Sakit kanker otak yang
dideritanya seolah raib karena keagungan Ilahi. Dinda dan Nanda berhasil
membuktikan kepada dunia bahwa mereka telah mendapatkan semua cinta dan
mimpi-mimpi yang mereka rangkai di SMA.
Rangkaian cinta dan
mimpi mereka terus berlanjut sampai mereka kuliah. Mereka mengenal dunia baru
dan tantangan baru. Cerita persahabatan mereka juga terus berlanjut di dunia
yang baru itu. Sesuai apa yang mereka impikan, Dinda masuk fakultas hukum dan
Nanda masuk ke fakultas kedokteran. Mimpi yang dahulu dianggap tabu oleh banyak
orang dan sekarang mereka bisa membuktikan. Itulah mereka, dua anak gadis yang
mempunyai mimpi besar disaat semua orang takut untuk bermimpi. Dua insan
manusia yang menjadikan rintangan sebagai tantangan, menjadikan kesedihan
sebagai sarana intropeksi dan menjadikan kebahagian sebagai tempat untuk
berbagi.
by. Rief_fatih, Mutiara Kehidupan, 15 Maret 2011
================================================================
PERHATIAN !
Buat Sista dan Bunda yang punya masalah seputar Kecantikan, kewanitaan dan kandungan:
- Jerawat tak kunjung sembuh
- Noda Jerawat yang tak kunjung hilang
- Luka bakar, oprasi yang buat anda ga pede
- Keputihan
- Gatal, gatal, bau tak sedap di mis v
- Kanker servick, miom
- Kegemukan
- Terlalu kurus
- Sudah lama menikah belum HAMIL
Temukan solusinya di tempat kami
Konsultasi GRATIS via sms/wa 085643035547
bb 75966580
No comments:
Post a Comment