Labels

Thursday 8 March 2012

Caraku Mengkhitbah Dia, Syar’i kah?

bintangkejora87.blogspot.co
            .....
            Aku malu jika harus mengingatnya. Aku begitu malu jika harus kukatakan yang sebenarnya. Tak khayal jantungku berdegup kencang ketika melihat perawakannya yang anggun. Mempesona bak bunga mekar ditaman-taman kehidupan. Menggoda setiap mata dan hati yang bersih karena pantulan suci cahaya Rabbya.
            Dia juga mungkin malu mengingatmu. Begitu malu ketika engkau tahu apa yang sebenarnya. Tak khayal pandanganya tertunduk tersipu malu sebagai tanda ia menjaga kesucianya. Menjaga setiap yang terlihat dan terucap dari lisannya. Menjaga agar semua murni tak ternoda. Menjaga agar Rabb pemilik cinta menempatkan cinta sesuai fitrahnya.
            .....
            Perjumpaan pertama ini menjadi saksi bahwa aku begitu kagum dengannya. Kagum akan semua yang ada dalam dirinya. Getaran yang sulit kuterjemahkan berdegup dengan kecang tak tahu apa sebabnya. Namun dibalik itu tersimpan ragu yang mendalam dalam diriku. Apakah dia merasakan hal yang sama. Ragu itu membuatku bimbang tak menentu.
            ......
            Lama ku merasakan getaran dan keraguan itu. Menahannya agar bayangan itu tak membuatku terlena. Terasa seolah menahan sebuah beban yang tak tahu bagaimana caraku membawanya. Namun aku memaknainya sebagai sebuah anugrah yang harus ku jaga kesuciannya. Aku hanya bisa mengadu, mencurahkan semuanya kepada Rabb yang selama ini paling peduli dan mencintaiku.  Allah SWT lah yang selama ini menjadi sandaran terakhir aku berkeluh.
            .......
            Saat itu pun tiba, saat dimana aku berani menyampaikan getaran hatiku kepada orang yang ku anggap sebagai orang tua atapun sosok yang senantiasa mengispirasi. Sosok yang selama ini membina dan mendampingiku dalam banyak hal. Aku pun tak ragu ketika harus mengatakan aku sudah siap menikah kepadanya. Kusampaikan tentang getaran itu dan kumencoba mendapatkan nasehatnya.
            Tak lama ku menyampaikan, namun nampak tak gembira raut mukannya. Aku pun tak tahu apa sebabnya, apa karena getaran yang tak seharusnya ada dalam diriku atau karena aku salah menempatkannya. Aku semakin bertanya-tanya apakah getaran itu tidak sepantasnya ada dalam diriku atau karena tidak tepat waktunya. Bahkan dengan tegas dan seolah beliau acuh tak mau tahu dengan getaran yang ada di hatiku.
Hati                 : apakah salah dengan getaran ini?
                          ......
Hati                 : apa yang harus aku lakukan?
                          .....
Hati                 : Haruskah kugenggap erat dan kuredam getaran ini?
                          ......
Hati                 : Atau ku tanam dan ku tabur dengan aroma keimanan?
                          .....
            Aku bingung tak tahu apa yang bisa ku lakukan. Sementara kemungkinan-kemungkinan itu bisa saja terjadi. Akupun tak pernah tahu apakah dia merasakan getaran yang sama atau tidak. Atau mungkin aku hanya ibarat punduk yang merindukan bulan, ataupun budak bermimpi menikahi tuannya. 

           Aku juga tak mampu jika harus seperti sahabat baginda Nabi SAW Barirah dan Mughits yang melakukan sebuah pernikahan tanpa cinta. Mughits sangat mencintai Barirah sementara Barirah sangat membenci Mughits. Cinta dan kebencian keduanya tidak dapat disatukan dan pada akhirnya berbuah perceraian. 

            Namun aku menyadari, aku tidak selembut baginda nabi, sehingga aku tak mungkin mendapatka sosok seperti Khadijah dan Aisyah. Aku juga tak secerdas Ali bin Abi Thalib sehingga tak mungkin aku mendapatkan wanita sekelas Fatimah. Aku menyadarai itu, sehingga aku berharap menemukan sesuai kata hati yang semoga menjadi tolak ukur yang terjaga

            Keimanan ini yang akhirnya menguatkanku. Dari pada aku menyesal pada akhirnya. Kusampaikan dan kuyakinkan diriku dihadapannya. Tak berharap lebih dia menerimanya atau juga tak merasa pesimis ia menolaknya. Aku gantungkan semua kepad Rabb yang memiliki cinta. Rabb yang mengikat dan menyatukan hati setiap manusia

......
Aku tetap ingin Menikah di jalan dakwah
Bukan hanya jalan pujangga cinta
Atau sebatas penikmat cinta
......
Cintaku hadir dalam hati
Murni tak ternoda
Tulus tak terpaksa
Karena itu aku memaknainya dengan keimanan
......
Aku ingin merajut cinta dalam spirit perjuangan dakwah
Membentuk keluarga Qur’ani
Dan spirit berbagi terhadap sesama
Serta menjadikan dakwah sebagai pekerjaan utama

Rief_fatih, Mutiara Kehidupan, 08 Maret 2012

No comments:

Post a Comment