www.redamemosi.wordpress.com |
Sudah menjadi tabiat manusia, ketika dirinya melakukan kebaikan ingin
di puji dan dihargai oleh manusia lainnya. Demikian sebaliknya ketika
ia melakukan kesalahan, selalu berha...rapa
orang lain mau segera memaafkannya. Namun ia senantiasa lupa ketika
orang lain pernah melakukan kebaikan untuk kita, sementara ia selalu
ingat bahwa orang tersebut pernah menyakiti kita.
Inilah pandangan yang membuat kita menjadi orang yang kerdil. Kerdil di mata manusia dan nista di mata Allah SWT. Pandangan yang membuat kita menjadi orang yang egois dan tak mau melihat keluh kesah keluarga dan saudara kita. Merasa sudah berbuat banyak untuk orang lain, tapi kita lupa memastikan kondisi orang-orang yang terdekat dengan kita.
Terkadang kita mudah bangga jika ada teman jauh atau orang yang baru kita kenal berbuat baik untuk kita, tapi ketika keluarga dan teman terdekat kita melakukan kebaikan itu, seolah itu hal yang biasa. Padahal mau tidak mau orang-orang terdekat di sekitar kita itulah yang paling tahu kondisi kita. Mereka orang-orang yang paling pertama membantu disaat kita membutuhkan uluran tangan.
Merekalah orang tua kita, bapak dan ibu yang melahirkan dan membesarkan kita sampai saat ini. Mereka yang mengorbankan jiwa dan raganya untuk kita. Sudah berapa banyak waktu yang mereka korbankan untuk kita? Sudah berapa banyak cucuran air mata yang mereka teteskan untuk kita? Kemudian sudah berapa banyak hati lembut mereka kita sakiti?
Saya yakin kita tak akan pernah bisa menjawab berapa banyak, karena kita lupa untuk mengingatnya. Namun ketika kita ditanya sudah berapa kebaikan yang kita lakukan untuk mereka, dengan mudah kita akan menyebutkan satu persatu. Seolah bangga terhadap apa yang sudah kita lakukan untuk mereka. Padahal apa yang kita lakukan untuk mereka belum seberapa dibanding apa yang sudah mereka berikan untuk kita.
Walapun Allah memberikan umur seribu tahun untuk kita pun, niscaya kita tak akan pernah mampu membalas semua pengorbanan mereka saudaraku. Inilah kita yang kebanyakan sibuk diluar dengan tujuan mulia dan berbuat baik kepada orang lain, tapi kita melupakan mereka yang sering sekali membutuhkan kita.
Jarang sekali kita ada disaat mereka membutuhkan uluran tangan kita, jarang sekali kita ada disaat mereka rindu dengan kita. Sering kita menjadi orang yang lupa diri, lupa dari mana kita berasal dan lupa siapa orang terdekat yang selama ini paling peduli dengan kita. Siap yang pertama kali mendoakan kita setiap harinya? Siapa yang pertama kali bertanya kondisi kita hari ini? Dan siapa yang pertama kali gundah ketika mendengar kita sakit?
Merekalah orang tua kita, mereka yang selalu ada untuk kita. Namun terkadang kita malu mengakui mereka yang sudah nampak tua dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Kita terkadang merasa besar dan tak membutuhkan mereka lagi. Seolah semua yang telah mereka lakukan tak nampak sedikitpun di mata kita.
Itulah kita kebanyakan dalam situasi tertentu, anak-anak yang tidak mesyukuri nikmat yang sudah Allah berikan. Jangan sampai kita menyesal baru mengingat kebaikan-kebaikan mereka ketika mereka sudah meninggalkan kita. Tak ada gunanya saudaraku, tanpa kita sanjung pun, insya Allah mereka sudah bahagia disana.
Mari sejenak kita lupakan segala urusan kita saudaraku, ingat dirumah sana ada dua orang yang senantiasa menanti kepulangan kita. Dua orang yang senantiasa menunggu berita-berita baik dari anaknya. Maka jangan berani-berani pulang ketika kau tak membawa berita baik itu saudaraku. Sudah terlalu lelah mereka menampung semua keluh kesah kalian. Tak perlu kau menunggu menjadi seorang sarjana saudaraku, tak perlu kau menunggu menjadi juara saudaraku.
Lakukan apapun yang kita bisa untuk mereka selagi diri ini mampu. Karena kita tak pernah tahu sampai kapan mereka ada di dunia ini. Jangan sampai kita terlambat untuk menjadi kenangan-kenangan indah di sisa umur mereka. Amat bodoh dan hina ketika saat ini kita tak mampu membuat mereka tersenyum. Rangkailah senyum-senyum itu menjadi cerita-cerita indah yang akan mengiringi mereka ke alam yang kekal abadi.
Inilah pandangan yang membuat kita menjadi orang yang kerdil. Kerdil di mata manusia dan nista di mata Allah SWT. Pandangan yang membuat kita menjadi orang yang egois dan tak mau melihat keluh kesah keluarga dan saudara kita. Merasa sudah berbuat banyak untuk orang lain, tapi kita lupa memastikan kondisi orang-orang yang terdekat dengan kita.
Terkadang kita mudah bangga jika ada teman jauh atau orang yang baru kita kenal berbuat baik untuk kita, tapi ketika keluarga dan teman terdekat kita melakukan kebaikan itu, seolah itu hal yang biasa. Padahal mau tidak mau orang-orang terdekat di sekitar kita itulah yang paling tahu kondisi kita. Mereka orang-orang yang paling pertama membantu disaat kita membutuhkan uluran tangan.
Merekalah orang tua kita, bapak dan ibu yang melahirkan dan membesarkan kita sampai saat ini. Mereka yang mengorbankan jiwa dan raganya untuk kita. Sudah berapa banyak waktu yang mereka korbankan untuk kita? Sudah berapa banyak cucuran air mata yang mereka teteskan untuk kita? Kemudian sudah berapa banyak hati lembut mereka kita sakiti?
Saya yakin kita tak akan pernah bisa menjawab berapa banyak, karena kita lupa untuk mengingatnya. Namun ketika kita ditanya sudah berapa kebaikan yang kita lakukan untuk mereka, dengan mudah kita akan menyebutkan satu persatu. Seolah bangga terhadap apa yang sudah kita lakukan untuk mereka. Padahal apa yang kita lakukan untuk mereka belum seberapa dibanding apa yang sudah mereka berikan untuk kita.
Walapun Allah memberikan umur seribu tahun untuk kita pun, niscaya kita tak akan pernah mampu membalas semua pengorbanan mereka saudaraku. Inilah kita yang kebanyakan sibuk diluar dengan tujuan mulia dan berbuat baik kepada orang lain, tapi kita melupakan mereka yang sering sekali membutuhkan kita.
Jarang sekali kita ada disaat mereka membutuhkan uluran tangan kita, jarang sekali kita ada disaat mereka rindu dengan kita. Sering kita menjadi orang yang lupa diri, lupa dari mana kita berasal dan lupa siapa orang terdekat yang selama ini paling peduli dengan kita. Siap yang pertama kali mendoakan kita setiap harinya? Siapa yang pertama kali bertanya kondisi kita hari ini? Dan siapa yang pertama kali gundah ketika mendengar kita sakit?
Merekalah orang tua kita, mereka yang selalu ada untuk kita. Namun terkadang kita malu mengakui mereka yang sudah nampak tua dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Kita terkadang merasa besar dan tak membutuhkan mereka lagi. Seolah semua yang telah mereka lakukan tak nampak sedikitpun di mata kita.
Itulah kita kebanyakan dalam situasi tertentu, anak-anak yang tidak mesyukuri nikmat yang sudah Allah berikan. Jangan sampai kita menyesal baru mengingat kebaikan-kebaikan mereka ketika mereka sudah meninggalkan kita. Tak ada gunanya saudaraku, tanpa kita sanjung pun, insya Allah mereka sudah bahagia disana.
Mari sejenak kita lupakan segala urusan kita saudaraku, ingat dirumah sana ada dua orang yang senantiasa menanti kepulangan kita. Dua orang yang senantiasa menunggu berita-berita baik dari anaknya. Maka jangan berani-berani pulang ketika kau tak membawa berita baik itu saudaraku. Sudah terlalu lelah mereka menampung semua keluh kesah kalian. Tak perlu kau menunggu menjadi seorang sarjana saudaraku, tak perlu kau menunggu menjadi juara saudaraku.
Lakukan apapun yang kita bisa untuk mereka selagi diri ini mampu. Karena kita tak pernah tahu sampai kapan mereka ada di dunia ini. Jangan sampai kita terlambat untuk menjadi kenangan-kenangan indah di sisa umur mereka. Amat bodoh dan hina ketika saat ini kita tak mampu membuat mereka tersenyum. Rangkailah senyum-senyum itu menjadi cerita-cerita indah yang akan mengiringi mereka ke alam yang kekal abadi.
Penulis: Rief_fatih
No comments:
Post a Comment