Labels

Wednesday 18 January 2012

Dalam Dekapan Ilahi, Ku Labuhkan Cinta Padamu


sumber gambar: maritsaniswah.blogdetik.com
Pagi itu mentari seperti bisa tersenyum merekah, terang dan menunjukan keakrabanya kepada semua penghuni bumi. Sementara angin darat berhembus sejuk menghampiri setiap desah nafas manusia. Kicauan burung pun tak mau ketinggalan menambah hangatnya pagi kala itu. Jalanan kala itu perlahan mulai rame akan lalu lalang kendaran. Terlihat seorang mahasiswa keluar dari rumah kos kecil dengan penampilan sederhana. Warna pakaian putih hitam membalut tubuhnya yang mungil nampak serasi dengan sepatu hitam yang di dipakainya. Kilaun cahaya yang terpantul dari kaca mata dan sepatu hitam yang dipakainya muncul ketika bersentuhan mesra dengan cahaya mentari pagi itu.
Dialah Christian seorang mahasiswa kedokteran di kota Yogyakarta yang kala itu baru memasuki semester akhir, umurnya baru genap 17 tahun. Christ adalah sosok yang cerdas, energis dan supel. Christ memang sangat beruntung karena kecerdasanya, ia termasuk mahasiswa yang mendapatkan akselerasi. Sehingga wajar saja diusianya yang baru 17 tahun ia sudah memasuki semester akhir program kedokteran. Pribadi yang mudah bergaul dengan setiap orang dan senantiasa menjadi pioner bagi rekan-rakannya. Setiap orang yang berjumpa dengannya merasa nyaman karena pembawaanya yang santun dan periang.
Christ mulai merajut semua mimpi-mimpi besar di kampus itu. Salah satu kampus terkemuka di kota Yogyakarta. Kampus yang kemudian merubah seluruh kehidupanya. Begitu banyak ragam dan warna kehidupan mulai Christ jumpai. Ini Dunia baru baginya, dunia dimana dahulu tidak bisa dibayangkan olehnya. Keyakinan sebagai seorang kristian dari seluruh keluarga besarnya menjadi bekal awal Christ bertahan hidup.
Inilah mungkin yang Allah namakan takdir, di tengah kesibukan mengerjakan tugas-tugas kuliahnya diperpustakaan, ia melihat sesuatu yang berbeda dibangku pojok perpustakaan. Biasanya Christ hanya menjumpai sekelompok rekan-rekan kuliahnya yang sedang berdiskusi disederet bangku yang tersedia. Namun kali ini sangat-sangat berbeda suasanya. Suasana yang seolah sudah diatur sedemikian rupa oleh sang pemilik kehidupan. Terasa lebih tenang dan sunyi jauh dari hiruk pikuk orang berdiskusi. Nuansa romantis mulai Christ rasakana ketika melihat sekelompok mahasiswa yang berjilbab besar dengan beraneka warna.  Perpaduan warna baju dan jilbab yang mereka gunakan menunjukan optimisme kehidupan sekelompok wanita tersebut. Terdengar lirih suara-suara yang mereka lantunkan, terkadang sedikit canda dan tawa menambah hangatnya suasana.

Ya mereka adalah sekolompok aktifis mahasiswi Islam yang kala itu sedang berdiskusi. Bagi Christ pemandangan itu jarang ia jumpai selama satu semester kebelakang. Kebiasaanya yang lebih suka berdiam diri diperpustakaan membuatnya tidak begitu mengenal ragam kehidupan kampus. Namun hari itu menjadi titik balik kehidupanya, rasa penasaranya untuk ingin tahun terhadap apa yang dilakukan oleh selompok aktifis mahasiswi Islam telah membawanya untuk mengenal ruang kehidupan yang baru.
Berpura-pura mencari sebuh buku, Christ kemudian berusaha mendekat dan merekam setiap hal yang dilakukan oleh mereka. Rasa penasaran tiba-tiba berubah menjadi seuatu yang sulit untuk ia terjemahkan. Matanya tertuju pada seorang mahasiswi yang berbaju biru dengan kombinasi hitam dan putih. Christ merasakan ada sesuatu yang membuat hatinya bergetar, jatungnya berdetak lebih kencang dan pikiranya terbawa dalam angan. Ya Tuhan cantik benar wanita ini, anggun dan ucapan yang ia lantunkan berbau surga.
Christ seketika itu terbuai akan kecantikan dan keanggunan mahasiswi tersebut. Dialah Aisyah seorang  mahasiswi kedokteran semester akhir di kelas yang berbeda namun kampus yang sama. Aisyah memang pribadai yang cantik, cerdas dan shalihah. Sehingga setiap laki-laki yang melihat pasti terpesona. Sosok wanita yang ideal untuk dijadikan pendamping hidup dan menjadi ibu bagi setiap anak. Sementara itu tanpa berfikir Aisyah adalah seorang Muslimah, Christ kemudian memantapka diri untuk berkenalan. Tidak tanggung-tanggung Christ langsung menyampaikan perasaan kagum dan cintanya kepada Aisyah. Bahkan dengan terus terang dia mengajak Aisyah untuk berpacaran.
Itulah cinta, membutakan setiap orang yang merasankannya tanpa tahu bagaimana mengontrolnya. Rasa Cinta seolah menjadi pemicu utama seseorang melakukan hal diluar kewajaran. Aisyah tekaget, heran, mukanya memerah dan tak kuasa menahan malu mendengar setiap kata yang dikeluarkan dari lisan Christ. Sementara itu Christ masih aktif menunjukan kekagumanya kepada Aisyah. Tidak kehilangan akal bagi Christ untuk menunjukan cintanya kepada Aisyah, diajaklah Aisyah bersalaman agar ia dapat mencium tangannya.
Spontan dengan perasaan yang sulit Aisyah terjemahkan pula, perlahan mulai meninggalkan Christ tanpa ada sepatah kata pun terucap. Aisyah shock terhapap peristiwa yang baru saja dia alami. Christ terlalu agresif untuk terang-terang menyatakan ketertarikanya. Peristiwa ini membuat Aisyah mengurung dan menyendiri selama beberapa hari dirumahnya. Aisya mengadukan semuanya kepada Rabb pemilik cinta, air matanya mengalir membasahi pipi sebagai tanda kegundahan dalam hatinya.
Dengan diliputi perasaan cinta yang semakin menggebu-gebu, Christ kemudian menggunaka segala macam upaya untuk memikat hati Aisyah. Tak pernah putus asa dan tak pernah kecewa terhadap setiap perilaku acuh yang dilakukan Aisyah ketika Christ senantiasa mendekatinya. Memang tak pernah ada sepatah kata pun yang Aisyah ucapkan ketika setiap kali Christ menemuinya. Bagi Aisyah sendiri, dia adalah wanita yang sangat menjaga interaksinya dengan lawan jenis. Wanita yang berusaha menjaga dirinya dari hal-hal yang merusak cintanya kepada Allah SWT.
Aisyah memegang sebuah prinsip bahwa tidak ada pacaran dalam mencari pasangan hidup. Pasangan hidup bagi Aisyah adalah segalanya, karena ia adalah separuh bagian dari agamanya. Pasangan hidup bagi Aisyah adalah imam bagi dirinya dan keturunannya. Yang akan membimbingnya memahami agama, mencintainya apa adanya dan tempat berbagi dalam senang maupun duka.
Dititik inilah apa yang dilakukan Christ dan prinsip apa yang yang dipegang Aisyah tidak bertemu. Sehingga yang berbicara kemudian adalah bahasa kemanusiaan. Christ yang dari hari-kehari terus mengejar cinta perlahan sudah membuat Aisyah simpatik akan kegigihan pengorbanannya. Aisyah kemudian memberikan kesempatan kepada Christ untuk datang kerumah dan menemui ayahnya.
Bagi Christ ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh ia lewatkan. Sebuah langkah awal untuk menjadikan Aisyah sebagai pasangan hidupnya. Petemuan Christ dengan ayah Aisyah pada akhirnya membuatnya berfikir panjang untuk meminang Aisyah. Syarat yang diajukan ayah Aisyah terlampau berat, karena bagi setiap orang yang ingin menikahi putrinya adalah seorang Muslim menimbulkan konflik batin dalam dirinya. Disyarat yang pertama ini, Christ sudah gagal dan dapat dipastikan kondisinya saat itu masih mengalami kebimbangan.
Inilah petaruhan antara keluarga dan masa depan sebagai manusia merdeka dan bebas memilih. Pertarungan antara keyakinan imannya dengan kebenaran islam. Konflik batin antara dirinya dan keluarganya menambah rumitnya pencarian titik temu. Bimbang...gelisah dan keraguan saat itu meliputi kejiwaan Christ selama beberapa hari. Ayah Aisyah yang memberikan waktu selama satu pekan untuk memutuskan satu keputusan besar dalam hidupnya. Keputusan yang akan menentukan kelak semua cita yang ia impikan dimasa datang.
Tekanan keluarga besarnya untuk mengurungkan niat menikahi Aisyah dan ancaman jika sampai berpindah agama membuat jiwa Christ rapuh tak berdaya. Keluarga yang selama ini menjadi tempat bersandar, tempat berbagi dan tempat berkeluh kesah sekarang memberikan pilihan yang sangat sulit dalam dirinya. Sementara itu Aisyah dan keluarganya juga telah menawarkan kehidupan yang baru. Saat itu bukan lagi bahasa kemanusiaan  ataupun rasa kekeluargaan yang bicara, akan tetapi Allah Azza wa jalla langsung yang menggunakan bahasa Hidayah.
Allah SWT menyematkan hidayah dalam hati Christ untuk mengenal kebenaran dan keagungan Islam melalui keluarga Aisyah. Inilah bahasa tertinggi dari Rabb pemilik Cinta, ikatan keluarga ataupun pertemanan tak mampu menandingi bahasa hidayah. Tak kuasa Christ menolak bahasa kebenaran Islam. Pada akhirnya dengan pertaruhan yang begitu besar, Christ melepaskan semua keyakinanya menuju islam Rahmatan lil alamin (Islam sebagai pembawa ajaran kasih sayang).
Walaupun harus jauh dan dikucilkan dari keluarga besarnya, namun itulah pilihan sikap yang Christ ambil. Pilihan yang tidak pernah akan merugikan dirinya dimasa datang. Melalui jalan Islam, Christ kemudian menempatkan dirinya sebagai pembelajar yang taat. Belajar memahami diri dan semua ajaran Islam sebagai bekal menjadi imam di rumah tangganya, masyarakat dan agamanya. Christ kembali menata hidupnya dengan dibimbing keluarga Aisyah dan para ulama. Menata niat dan motifasi berislam untuk menjaga kemurniaan keimanan. Belajar ikhlas dan memahami hakikat kehidupan bahwa semuanya bersumber dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Belajar menempatkan segala sesuatu karena Allah bukan karena manusia.
Proses belajar Islam telah membawanya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar dari keinginan semula. Christ tidak hanya mendapatkan cinta Aisyah dan menikahinya, akan tetapi Ia juga sudah mendapatkan cinta dari sang pemilik cinta yang kekal abadi. Tak ada kenikmatan seindah kenikmatan di cintai Allah SWT. Karena Allah lah tujuan kehidupan kita yang terakhir. Dimana setiap diri akan dinilai setiap apa yang ia lakukan dimuka bumi ini. Setiap diri akan mendapatkan balasan yang setimpal terhadap semua hal yang telah diperbuat.
Christ dan Aisyah pun disatukan melakui ikatan suci pernikahan. Ikatan yang telah membawa mereka menjadi hamba-hamba yang semakin dekat dengan Rabbnya dan semakin bijak dalam menaungi bahtera kehidupan. Rumah tangga yang mereka bangun menjadi isyarat akan kemurnian cinta kita kepada Allah akan berhubungan erat dengan sebaik apa pasangan hidup yang akan mendampingi kita. Rumah tangga mereka membuat iri bagi setiap anak cucu adam yang melihat.
Semua pengorbanan Christ yang harus diasingkan dari keluarganya dan harus berjuang mencari penghidupan sendiri seolah menjadi mahar hidayah Islam yang ia dapatkan. Cobaan keimanan itu tidak lantas berhenti begitu saja, berbagai ujian finansial dan permasalahan internal keluarga seolah menjadi kerikil-kerikil penghalang setiap langkahnya. Permasalahan rumah tangga Christ dan Aisyah bisa saja membawa mereka untuk jauh dari Rabb nya. Akan tetapi sekali lagi tidak, semua permasalahn itu menjadi bumbu manis keluarga mereka.
Inilah bahasa Allah SWT untuk meningkatkan ketakwaan hambanya, ketika seorang hamba sudah berhasil diuji dengan sesuatu yang kecil dan hamba tersebut berhasil. Maka ujian yang lebih besar Allah tujukan kepada Christ. Aisyah seorang istri yang selama ini menemani hidupnya, menjadi kekasih dikala susah maupun duka, menjadi pelita baginya disaat ia tersesat. Aisyah yang selama ini membimbingnya untuk mengenal dan memahami islam, yang tak pernah lelah mengajarkan dan melayaninya harus shahid dalam perjuangan melahirkan putra kecilnya.
Dunia saat itu seolah hampa, tak ada arti dan tak bermaknya, orang yang selama ini ia cintai dan paling mengerti dirinya, saat itu harus pergi meninggalkannya. Sesosok bidadari nan cantik yang senantiasa menemani dikala menjalani liku-liku kehidupan kita pergi meninggalkannya. Seolah Christ tak rela melepas kepergian Aisyah, namun dalam kegelisahanya, ia mulia teringat akan malaikat kecil yang sudah dilahirkan didunia untuk menemaninya.
Malaikat kecil itulah buah hati kisah cinta Christ dan Aisyah. Malaikat yang akan menjadi pelipur lara disaat Christ rindu dengan Aisyah. Malaikat kecil yang akan menemani kehidupan Christ yang baru tanpa seorang istri. Kondisi ini menuntut Christ untuk berjuang lebih gigih merawat dan mendidik malaikat kecil itu. Christ Aisyahfikri sebut saja malaikat kecil itu. Sebuah nama perpaduan Abi dan Uminya sebagai tanda cinta keduanya.
Hari-hari penuh cerita bahagia antara Christ dan malaikat kecilnya itu seolah menjadi pelipur lara kepergian Aisyah. Genap diusianya 5 tahun fikri pun sudah tumbuh menjadi anak kecil yang cerdas dan aktif. Cerita-cerita bahagia itu memang terangkai bukan karena merek berdua saja. Akan tetapi ada peran dari seorang wanita mulia  yang kebetulan satu profesi sebagi seorang dokter ditempat kerjanya. Wanita itu bernama Rima Anggarini, seorang dokter spesialis anak, masih singgel dan cantik, serta memiliki naluri keibuan tinggi.
Rima inilah yang sedikit banyak menggatikan peran Ibu di diri fikri. Karena hampir setiap hari mereka berinteraksi, sehingga wajar muncul kedekatan diantara mereka. Hari-hari fikri tanpa adanya sosok seorang ibu mulai digantikan dengan kehadiran Rima. Kebahagian fikri sebagai seorang anak yang mendambakan kondisi ideal seolah terobati oleh kasih sayang yang diberikan Rima.
Di saat yang sama Rima yang saat itu belum kunjung menikah merasakan kehampaan dalam dirinya untuk segera mendapatkan pasangan hidup dan merajut rumah tangga. Rima memang sudah ideal untuk menikah, doa yang senantiasa ia lantunkan pun akhirnya di jawab Allah SWT. Rima di lamar oleh seorang pria mapan dan sama profesinya sebagai seorang Dokter.
Tapi inilah lagi-lagi skenario Allah pemilik Cinta, Rima tidak kemudian menerima pria itu dengan segera. Ia perlu melakukan shalat Istikharah dan mengadukan semuanya kepada Zat yang selama ini menggengan nyawa dan mengembuskan setiap Cinta dalam dirinya.  Dalam pengaduanya ia mendapatkan keyakinan jawaban yang berbeda dalam dirinya.
Sementara itu diam-diam ternyata Christ sering memperhatikan Rima ketika beinteraksi dengan Fikri. Sempat terbesit rasa heran kenapa Fikri malaikat kecilnya bisa sangat dekat dengan Rima. Perasaan heran itu pelahan menjelma menjadi rasa kagum Christ terhadap Rima. Rasa yang sama ketika bersama Aisyah kerap muncul pada saat Christ, Fikri dan Rima bercanda bersama merangkai cerita. Dari interaksi merangkai cerita-cerita indah itulah, Christ sering merasa seolah Rima diutus untuk menggantikan Aisyah di hatinya.
Tibalah pada sebuah pertemuan dimana Christ, Rima dan Fikri makan bersama dalam suasana yang sebetulnya tidak telalu istimewa. Canda Christ dan Fikri menghangatkan suasanya saat itu. Sesekali Christ menggoda Rima, dan sesekali terkadang Rima hanya tersenyum. Rima hanya terdiam dan memperhatikan setiap apa yang dilakukan Christ dan Fikri.
Entah sengaja atau becanda tiba-tiba terdengar jelas ditelinga Rima pertanyaan Christ kepada malaikat kecilnya. “Fikri-Fikri, Fikri mau Umi nda?” Pertanyaan yang membuat Rima merinding ketika mendengarnya, tidak tahu kenapa detak jantung Rima saat itu berdetak lebih kencang dan perasaanya diliputi kegelisahan. Tiba-tiba terdengar dari mulut Fikri, “mau-mau abi?”,  Christ kemudian melanjutkan “maunya umi yanga kayak apa?”, Tanpa ragu-ragu, mulut masninya kemudian berucap “Maunya umi Rima”.
Spontan Rima kaget dalam hatinya mendengar jawaban malaikat kecil itu, Mukanya memerah dan terlihat sangat malu kepada Christ. Beruntung  Christ saat itu lebih bisa mengkondisikan suasana. Mencoba menenangkan reaksi dari Rima. Mencoba membawa kondisi itu dalam kondisi ideal supaya bisa berfikir jernih. Dengan Nada yang pelan dan mantap, Christ kemudian bertanya kepada Rima, “Mba Rima, mau nda jadi Uminya Fikri?”
Lagi-lagi detak jantung Rima semakin kecang dan mulutnya tak bisa mengeluarkan kata. Kegundahan hatinya terlihat jelas dari mukanya yang semakin memerah dan tangannya terlihat gemetar. Disaat itu pula  keluar celetupan-celetupan kecil dari lisan Fikri berlagak merayu dengan nada polosnya, “Mau ya Mba Rima ya mau ya,  jadi Uminya Fikri?” Rima hanya tersenyum dan melihat celetupan polos dari Fikri. Christ kemudian kembali mengkondisikan suasana. Coba difikirkan matang-matang dulu Mba Rima, agar semua berjalan baik.
Dalam diamnya itu kemudian Rima berfikir dan merenung, kenapa saat ia dilamar oleh laki-laki yang sudah mapan kemarin berbeda jauh rasanya ketika di tanya sama mas Christ. Apakah karena kedekatan Rima dengan Fikri selama ini, sehingga tanpa sadar benih-benih cinta pun muncul dalam hatinya. Berbagai analisis dan pertimbangan dari lubuh hati Rima yang paling dalam Rima kemudian menjawab pertanyan Christ dengan pertanyaan balik. “Kapan Mau datang ke rumah mas?”
Seolah mendapatkan cintanya kembali setelah lima tahun ditinggal Aisyah, Christ dengan tegas dan lantang menjawab “Insya Allah pekan ini”. Jawaban Christ membuat hati Rima merekah, seolah laki-laki berkuda putih yang dinantinya selama bertahun-tahun akan segera menjemputnya dan membawanya ke pelaminan. Laki-laki yang tak lain adalah rekan sekerjanya dan merupakan ayah dari malaikat kecil yang tiap hari dasuhnya.
Inilah kuasa Ilahi, Allah kemudian benar-benar mepertemukan mereka dalam pelaminan nan suci. Setelah bertahun tahun keduanya merindukan pasangan hidup, kini Allah menjawabnya dengan skenario yang begitu indah dan bermakna. Interkasi yang Christ dan Rima lakukan bersama malaikat kecilnya telah mengahantarkan mereka menuju hakikat cinta yang sesungguhnya. Episode-episode cinta mereka lalui menjadi ispirasi setiap ayah yang mencintai keluarganya, setiap ibu yang mendambakan keharmonisan rumah tangga dan setia anak yang merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Kebahagiaan itu semakin lengkap terasa ketika Umi Rima dengan selamat melahirkan putra kembarnya. Dengan perjuangan dan pengorbanan seorang ibu, kedua malaikat itu berhasil melihat dunianya yang baru. Dunia dimana ia akan menapakan setiap kisah bersama keluarga barunya. Dunia dimana ia bisa mengukir cita dan manggapainya.
Semua orang menyambut kedua malaikat itu dengan penuh haru. Sebuah anugrah yang luar biasa yang dirindukan oleh setiap keluarga. Sebuah amanah sebagai bentuk kepercayaan dari Allah kepada Christ dan Rima untuk mendidik mereka menjadi anak yang shalih dan shalihah. Menjadi anak kebanggan bagi agama,  bangsa dan keluarganya.
..........
Kini malaikat –malaikat kecil itu mulai menunjukan pesonanya
Memberi kecerian pada setiap insan yang melihatnya
Senyumnya menebar kebahagian
Tangisanya sebagai isyarat kerinduan
Dan diamnya mengundang penasaran
            Letik jarinya menari-nari seolah memperlihatkan sebuah pesan
            Nampak penuh kesabaran seorang Umi merawatnya
            Seolah-olah kudua malaikat itu berebut kasih sayang mendapatkan perhatian
Uminya
            Sementara sang Abi dan kakandanya sesekali ikut-ikutan mencari perhatian Uminya
            Menuntut juga untuk diperhatikan dan mendapatkan belai sayangnya
            Di rumah itu seolah sang Umi harus menyelesaikan semuanya
            Itulah mulianya seorang Umi, mereka tidak banyak menuntut tapi banyak dituntut
            Mereka tidak banyak mengeluh tapi menjadi tempat berkeluh
            Mereka tidak banyak meminta, tapi semua yang dipinta diberikan
                        Umi Aisyah...Umi Rima, dalam dekapan ilahi, kulabuhkan cinta padamu
                        Dalam sepi dan heningnya malam kuserahkan jiwa ini untukmu
                        Dalam penantian nan panjang, kuselalu merindukanmu
                        Dalam dzikir nan merdu, ku berharap bertemu dikau di Surga.        
Penulis : Rief_Fatih
Diambil dari kisah nyata penuh hikmah           
================================================================
PERHATIAN !
Buat Sista yang punya masalah seputar  Kecantikan, kewanitaan dan kandungan :
- Jerawat tak kunjung sembuh
- Noda Jerawat yang tak kunjung hilang
- Luka bakar, oprasi yang buat anda ga pede
- Keputihan
- Gatal, gatal, bau tak sedap di mis v
- Kanker servick, miom
- Kegemukan
- Terlalu kurus
- Sudah lama menikah belum HAMIL
Temukan solusinya di tempat kami
Konsultasi GRATIS via sms/wa 085643035547
bb 75966580 

12 comments:

  1. dahsyat bung....

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. iya ukh, baru latihan, mohon kritikannya, syukran

      Delete
  3. saya suka tulisan anda.. keep writing..

    ReplyDelete
    Replies
    1. syukran akhi, mohon doanya tetap istiqomah

      Delete
  4. Kok sy baru tahu tulisannya Kang Arif sedahsyat ini.
    Lanjutkan..^^ Hehe..
    Oya koreksinya, dalam penulisan kata "di-" untuk tempat selanjutnya menggunakan spasi. Tapi kalau "di-" sebagai imbuhan kata kerja memang di gabung.
    Kl sempat main-mainlah ke tempat saya.
    Alamatnya ini >>> http://ayip7miftah.wordpress.com/

    ReplyDelete
    Replies
    1. syukran2 akhi atas masukannya

      Delete
    2. bagus ms soalnya saya juga belum bisa nulis seebagus ini.. hehehe

      koreksinya ceritanya sudah bisa ditebak dari awal =D

      -iskandar-

      Delete
  5. Dari penulisan, termasuk diksi dan relevansinya sudah bagus, akh.
    Cuma kalo boleh saya kasih sedikit komentar, ceritanya agak sedikit 'lurus', jadinya gampang ditebak endingnya gimana.
    Dan satu yang membuat saya kurang setuju dengan cerita di atas, yaitu cristian yang terlampau gampang menerima Islam, ya meskipun kita tahu sudah disebutkan bahwa cristian begitu terpesona dengan kecantikan Aisyah, tapi tetap saja janggal, alangkah lebih baik kalo anta kasih sedikit alasan yang mudah diterima logika dengan beberapa rangkaian kejadian yang memang pada akhirnya menyentuh permukaan hati cristian untuk masuk Islam.

    overall, untuk perdana, ini udah lebih dari sekedar bagus, kok :)

    keep writing.

    ReplyDelete
    Replies
    1. syukran ukh, mencerdaskan, sebetulnya ane juga belum begitu detail diceritain sama pelaku, jadi banyak yang kepotong-potong gt

      Delete