Labels

Sunday 5 February 2012

Ketika Rasa Malu Tak Lagi Bersamayan di Hati Aktifis

Maka Tunggulah sampai Allah akan mendatangkan keputusannya
ainicahayamata.wordpress.com

            Rasanya baru kemarin aku bergabung dengan jamaah ini. Sebuah waktu yang singkat menurut ukuran sebuah peradaban. Namun waktu yang singkat itu telah membuatku begitu jatuh cinta dengan jamaah ini. Jatuh cinta dengan bagaimana jamaah membina diri ini. Jatuh cinta bagaimana jamaah ini mengajarkan sebuah ikatan yang tak bisa tergantikan dengan apapun, yaitu ukhuwah Islamiyah. Akun jatuh cinta pula karna kebaikan akhlak setiap aktifisnya.

            Aku jatuh cinta dengan wajahnya yang senantiasa bercahaya karena air wudhu, lisannya yang terjaga dengan tilawah dan keningnya yang berbekas karena lamanya ia sujud. Sungguh aku jatuh cinta dengan jamaah ini. Cinta yang sulit untuk aku ungkapkan namun senantiasa aku rasakan. Cinta yang sampai saat ini membuatku bisa bertahan didakwah ini.

            Kini setelah beberapa generasi dakwah ini berkembang, begitu banyak ujian yang harus kami hadapi. Tak terkecuali sebuah lahan dakwah yang membesarkanku sampai saat ini. Lahan dakwah yang menjadi pengkaderan utama jamaah ini. Lahan dakwah yang menjadi cerminan kebelanjutan dakwah ini. Dengan lantang aku mengatakann ITULAH KITA ! aktifis dakwah kampus.

            Sebuah miniatur negara, dimana kita ADK dibina untuk belajar mengelolanya untuk dijadikan miniatur sebuah peradaban. Sebuah miniatur peradaban yang nantinya akan menjadi prototipe peradaban Indonesaia bahkan dunia. Disana kita diajarkan bagaimana mengelola masjid kampus sebagai pusat peradaban. Kita diajarkan mengelola Lembaga dakwah kampus di tingkat fakultas dan universitas sebagai wasilah membumikan kalimat, “la illaha illah”, tiada tuhan selain Allah , “wasshadualla muhammadarrasulullah”, dan Muhammad adalah Rasul Allah. Disana kita juga diajarkan mengelola lembaga penelitian, ekonomi dan politik untuk mendukung dan membelajarkan kita sebagai bekal dakwah disemua apek kehidupan.

Tahun 1998 mungkin bisa dikatakan momentum titik balik dakwah kita setelah 32 tahun lebih kita dikekang oleh pemerintahan yang otoriter. Dari tahun ketahun dakwah kampus semakin berkembang dan mulai menunjukan pengaruhnya di masyarakat luas. Memberikan solusi di masyarakat dan mencoba melakukan sesuatu yang real untuk mereka.

            Namun seiring luasnya segmentasi dakwah yang kita garap. Mulai muncul permasalah baru di internal ADK. Intensitas aktifitas dilapangan yang semakin padat menuntut mereka harus banyak berjibaku di luar. Dari pagi sampai sore mereka di sibukkan dengan kegiatan berbagai macam oraganisasi kampus. Sementara di sisi lain mereka tidak sempat mencarge ruhinya mereka, sehingga dari situlah naluriah manusianya mulai muncul. Seorang ADK merasa ingin diperhatikan oleh sesama ADK, bahkan yang lebih ekstrim seorang ADK ingin di perhatikan oleh lawan jenisnya.

            Dari situlah kultur kita mulai tereduksi. Budaya tilawah, budaya shalat sunah, budaya membaca dan lain-lain perlahan mulai hilang dari peredaran. Topik-topik diskusi antar mereka pun sudah berubah menjadi topik ikhwan dan akhwat galau yang membutuhkan perhatian lawan jenis dan merindukan pernikahan akan tetapi mereka belum mampu melakukannya.

            Penulis memahami bahwa kondisi itulah yang akhirnya memicu masalah baru dikalangan ADK. Rasa perhatian antar ikhwan dan akhwat yang berlebihan dengan tidak diimbangi oleh amalan yaumiah yang kuat jelas akan menimbulkan kemaksiatan baru. Maka tak heran mulai muncul  cinta bersemi sesama aktifis, atapun para ADK yang menikah keluar dari koridor syar’i.
           
            Penulis ingin menempatkan bahwa permasalahan ini adalah permasalahan komplek dan mengatasinya pun harus dari semua sisi. Secara fundamental, akar dari permasalahan ini bersumber dari pemahaman ADK yang belum mantap pada sisi keimanan. Penulis berani mengatakan para ADK yang bermasalah berarti Iman mereka bermasalah dan ilmu aqidahnya belum lulus. Karena Allah menggambarkan Iman itu dengan Al-haya (rasa malu). Keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ketika salah satunya hilang, maka yang lain pun ikut hilang. Sebagaimana sabda Rasululloh SAW, “Malu dan iman saling berpasangan. Bila salah satunya hilang, maka yang lain turut hilang.” (HR Hakim dalam kitab Al-Mustadrak).

            Para ADK yang melakukan penyimpangan cinta dari kaidah syar’i berarti rasa malunya mulai hilang dan imanya pun bermasalah. Mereka lebih memilih terbuai syahwat lawan jenis dari pada malu kepada Rabbnya. Dalam tataran pemberian pemahaman al haya ini dibutuhkan peran Murrabi dan tasqif untuk memperbaiki aqidah mereka. Diperlukan sebuah gerakan masal untuk mengimbangi tema-tema kajian yang bersifat praktis dengan kajian Aqidah yang berifat Ideologis. Dari situlah jamaah ini akan terjaga, tanpa ada pemahaman aqidah yang kokoh dikalangan ADK, maka jamaah ini tinggal menunggu waktu kehancurannya.

Dari sisi psikologi, penulis memang mengamati benar masalah ini. Pada usia-usia ADK saat ini kebanyakan masa Puber itu terjadi. Masa dimana keinginan untuk diperhatikan lawan jenis mulai tumbuh. Masa dimana ketertarikan antar lawan jenis mulai muncul. Kondisi ini juga secara langsung telah berpengaruh terhadap permasalahan cinta para ADK. Di sinilah peran murabbi dan orang-orang disekitar kita yang berkewajiban untuk saling mengingatkan.

Kalau memang saat itu seorang kader belum mampu untuk menikah, usahakan jauhkan seorang kader dari topik-topik tentang munakahat. Karena ketika ada asupan tentang indahnya sebuah pernikahan, sementara seorang ADK saat itu juga ingin segera menikah akan tetapi kondisinya yang belum mendukung, hal itu akan membuat mereka mencari jalan pintas untuk mendapatkan perhatian layaknya seorang pacar atau suami istri dari alawan jenis. Sehingga begitu penting orang-orang disekitar mereka yang bermasalah untuk mengkondisikan.

Dalam tahapan ini kita sudah masuk pada tataran metodologi. Bagaimana kemudian kita menyampaikan sebuah konsep cinta dalam islam kepada para ADK yang sedang melakukan peyimpangan cinta itu sendiri. Dalam tataran metodolis ini kita sering terjebak pada standarisasi yang kita gunakan. Kita sering kali menggunakan standarisasi rasa dari pada standarisai keimanan, sehingga terkadang kita merasa kasihan untuk mengingatkan atapun takut ia tersinggung dan marah.

Ketika kita menghadapi masalah ini dengan standarisai rasa, pasti ujung-ujungnya permasalahan ini tidak akan selesai. Justru akan muncul fitnah semakin luas. Sehingga standarisasi yang harusnya kita gunakan adalah standarisasi keimanan. Sahabat-sahabat semua mungkin pernah mendengar kisah salah seorang sahabat nabi yang dihukum tidak diajak berkomunikasi selama 40 hari karena tidak ikut berperang tanpa alasan syar’i. Kasus ini mengajarkan kepada kita bahwa ketika Rasulullah menggunakan standarisasi rasa mungkin beliau tidak akan tega memberikan hukuman itu  dan hasilnya pun tidak seefektif ketika beliau menggunakan standarisasi keimanan.

Demikian pula dengan kasus ADK yang bermasalah ini, struktur ataupun rekan-rekan terdekatnya bisa menggunakan cara yng dilakukan Rasulullah SAW. Sehingga nanti akan terlihat, mana orang-orang yang benar-benar berdakwah karena Allah atau mana yang hanya ingin mencari keuntungan dunia semata termasuk salah satunya pendamping hidup. Lagi-lagi jangan pernah khawatir mereka akan marah dan keluar dari jamaah ini. Kalau memang mereka orang baik, pasti bisa ingatkan dan sama-sama memperbaiki diri. Akan tetapi kalau itu tidak bisa ya biarlah dia pergi dari jamaah ini.

Kita tidak butuh mental-mental kader seperti itu. Kita tidak butuh orang-orang seperti muhajir ummu khais yang berhijrah karena ingin menikahi Ummu Khais pada masa Rasulullah SAW. Keberadaan mereka yang ada hanya akan merusak yang mengurangi keberkahan dakwah yang kita lakukan. Kalau dalam sisi ini kita tidak tegas justru jamaah ini yang akan hancur. Biarlah Allah yang menilai dan memberikan keputusan terbaik bagi mereka yang tidak bisa kita ingatkan.

Dari kacamata interaksi sosial antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, penulis melihat sesungguhnya ukhuwah islamiyah antar ADK adalah sebuah ikatan yang bisa mencegah dan menyelesaikan masalah ini. Sesungguhnya kalau kita sesama ADK bisa benar-benar memahami apa itu ukhuwah mulai dari ta’aruf, tafahum, ta’awun dan takaful serta konsekwensi yang ada di dalamnya, maka kita bisa menjaga saudara-saudara kita dari penyimpangan. Karena secara tidak langsung para ADK mendapatkan rasa kasih sayang yang dirindukan itu dari rekan-rekannya secara proporsional.

Dari kacamata payung hukum yang sifatnya praktis, penulis menilai bahwa aturan jam malam akhwat, adanya hijab ketika ada agenda, tidak boleh berdiskusi dengan topik lawan jenis, ghadul bashar dll, sebetulnya bisa juga menjadi upaya pencegahan dan penyelesaian masalah ini. Sehingga dibutuhkan intrumen dan sarana untuk membumikan aturan-aturan itu. Penulis melihat peran strategis ini bisa diambil alih oleh takmir sebagai pusat kegiatan ADK dan SKI, sehingga dibutuhkan orang-orang kuat secara fikrah dan amalan yaumiahnya di sana. Kalau orang-orang yang berada di dua wasilah ini masih celelean, ya sudah dampaknya aturan-aturan itu tidak akan ditaati.

Terakhir, sekaligus merangkum apa yang penulis sampaikan diatas untuk menyelesaikan permasalahan ini kita harus membangun kembali kultur yang lebih ketat tapi moderat. Kita kembali pada orientasi awal jamaah ini dibentuk dan mengunakan semua manhaj-manhaj gerakan kita secara menyeluruh. Kultur inilah yang akan mencegah dan menyelesaikan permasalahan itu dan akan menjadi intrumen efektif menjaga keberlangsungan dakwah kita.

Kembali gemakan kultur tilawah diantara kader, membina, dhuha, tahajud dan lai-lain. Agar setiap lokus diskusi itu tidak lagi membicarakan cinta bersemi antara ikhwan dan akhwat akan tetapi kebaikan dan kebaikan yang terus kita dengungkan. Berapa tilawah antum hari ini? Sudah shalat dhuha akhi? Tadi malam Qiyamul’lail berapa rakaat? Hafalan antum sekarang sampai jus berapa? Sudah baca buku ini? Sudah berapa binaan antum?
Tema-tema diskusi semacam ini, secara tidak langsung akan mengurangi intensitas kita berkomunikasi dengan lawan jenis dan lebih fokus melakukan perbaikan diri. Kader akan berfikir besar bagaimana memikirkan tantangan dakwah kedepan dan upaya memenangkanya sembari mengupgrade terus kapasitas keilmuan dan amalan yaumiahnya. Mereka tidak lagi memikirkan perkara remeh temeh yang akan menegelamkan diri mereka sendiri dari peredaran dakwah.

Sahabat-sahabat semuanya, saya begitu takut ketika membaca ayat ini: “Dan jika Kami hendak membina-sakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya” (QS.Al Israa’: 16). 

Ayat diatas menjelaskan konteks pergantian sebuah kelompok masyarakat yang zalim dengan masyarakat baru yang lebih baik. Allah SWT akan menghancurkan suatu bangsa jika elit-elit atau pembesar masyarakat pada suatu bangsa itu melupakan Allah SWT. Mereka meninggalkan aturan agama, dan membuat kerusakan di bumi. 
Puncak dari semua masalah yang dapat menghancurkan peradaban suatu bangsa adalah kehancuran iman dan akhlaq. Apabila iman kepada Allah SWT sudah rusak, secara otomatis pula akan terjadi pembangkangan terhadap aturan-aturan Allah SWT. Nabi SAW bersabda : “Apabila perzinaan dan riba sudah melanda suatu negeri, penduduk negeri itu telah menghalalkannya, dan turun-lah azab Allah atas mereka” (HR.Thabrani).

Dalam sejarah manusia, berbagai kehancuran peradaban di muka bumi sudah begitu banyak terjadi, dan Allah SWT menganjurkan kaum Muslimin agar mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. Sebagai contoh, Kaum Ad telah dihancurkan oleh Allah SWT karena mereka berlaku sombong, takabur, merasa paling berkuasa dan kuat. (baca QS.Fushshilat : 15). Begitu juga kehancuran yang menimpa Fir’aun, Namrudz, dan beberapa bangsa lainnya yang dikisahkan dalam Al Qur’an. Semuanya tidak lepas darj perilaku kaum itu yang menganggap remeh atas aturan Allah SWT dan hidup sewenang-wenang dengan kesombongan.
Dalam kontek kejamaahan, kita juga bisa mengambil ibrah dari konsep pergantian kaum diatas. Ketika kita saat ini tidak mampu mengedalikan bahtera kita di medan juang maka kita akan terlempar dari lahan dakwah. Ketika kita tidak mampu menjaga manhaj dan melakukan proses taurits yang maksimal maka kehancuran kita tinggal menunggu waktu saja. Ketika kita tidak tegas terhadap segala penyimpangan yang dilakukan oleh kader-kader kita, maka tunggu saja justru kita yang akan hancur dengan sendirinya.

Ketika kebanyakan kader sudah terbuai dengan kenikmatan dunia, salah satunya adalah sahwat lawan jenis maka TUNGGULAH Allah akan memberikan keputusanya. Entah dengan mengurangi keberkahan setiap pernikahan yang dilakukan melanggar syariat. Mungkin mereka akan melahirkan anak-anak yang nakal sulit diatur, anak yang bodoh-bodoh, pertengkaran dalam rumah tangga, rizky yang tidak barokah, sampai mereka tidak diterima di masyrakat dan hina di mata Allah.
Entah dengan mengazab langsung setiap ikhwan maupun akhwat yang melakukan pelanggaran syariat dengan berpacaran kita juga tak pernah tahu. Mungkin dengan penyakit kelamin, mungkin dengan tidak dianugrahi keturunan, mungkin akan disempitkan rizkynya kita juga tak pernah tahu. Maka tunggulah keputusan Allah pasti nyata. Kalau sudah seperti itu, janganlah kau salahkan murabbi dan saudara-saudara antum yang sudah mengingatkan. Tapi salahkan diri antum yang terlampau SOMBONG menerima kebenaran.
.....
Saudaraku, diri ini sadar bukan orang yang shalih dan luas ilmu
Diri ini mungkin lebih hina dibanding antum di mata Allah SWT
Mungkin Allah SWT lebih mencintai antum dari pada diri ini
Mungkin pula derajat antum lebih mulia di sisi-Nya
......
Aku tak tahu seberapa panjang rakaatmu disetiap sepertiga malam
Aku juga tak pernah tahu berapa banyak kau baca ayat-ayat cinta Rabbmu
Aku pun tak tahu sudah berapa banyak orang yang antum bina
Aku pun tak pernah tahu seberapa sering kau kerumah-Nya
......
Aku hanya bisa berharap,
Kebaikan yang engkau lakukan aku pun turut melakukan
Keburukan yang tidak antum lakukan aku pun terhindarkan
Setiap seruan yang kau ikuti, akupun turut membersamai
......
Saudaraku, jadilah jika ada kahwat yang menggodamu
Jadilah seperti Yusuf yang takut akan azab tuhannya
Saudariku, jika ada ikhwan yang menggodamu
Jadilah seperti Aisyah yang senantiasa menjaga kehormatannya
.......
Jika sudah seperti itu,
Maka tunggulah bagi para ikhwan bidadari yang akan disandingkan denganmu
Jika sudah seperti itu
Maka tunggulah bagi para akhwat pangeran berkuda putih yang akan menjemputmu
......
Saudaraku yang aku cintai karena ikatan keimanan ini
Tak ada manusia yang luput dari salah
Begitu pula aku mungkin lebih banyak salah dari pada benarnya
Lebih banyak mengeluh dari pada amalanya
Lebih banyak mencaci dari pada menasehati
.......
Maka mari kita berbenah
Mari kita bermuhasabah
Menyadari setiap salah
Agar dosa tak semakin bertambah

By. Rief_fatih, mutiara kehidupan, 06 februari 2012
================================================================
PERHATIAN !
Buat Sista dan Bunda yang punya masalah seputar  Kecantikan, kewanitaan dan kandungan:
- Jerawat tak kunjung sembuh
- Noda Jerawat yang tak kunjung hilang
- Luka bakar, oprasi yang buat anda ga pede
- Keputihan
- Gatal, gatal, bau tak sedap di mis v
- Kanker servick, miom
- Kegemukan
- Terlalu kurus
- Sudah lama menikah belum HAMIL
Temukan solusinya di tempat kami
Konsultasi GRATIS via sms/wa 085643035547
bb 75966580 

8 comments: