Maka
Tunggulah sampai Allah akan mendatangkan keputusannya
ainicahayamata.wordpress.com |
Rasanya baru kemarin aku bergabung
dengan jamaah ini. Sebuah waktu yang singkat menurut ukuran sebuah peradaban.
Namun waktu yang singkat itu telah membuatku begitu jatuh cinta dengan jamaah
ini. Jatuh cinta dengan bagaimana jamaah membina diri ini. Jatuh cinta
bagaimana jamaah ini mengajarkan sebuah ikatan yang tak bisa tergantikan dengan
apapun, yaitu ukhuwah Islamiyah. Akun jatuh cinta pula karna kebaikan akhlak
setiap aktifisnya.
Aku jatuh cinta dengan wajahnya yang
senantiasa bercahaya karena air wudhu, lisannya yang terjaga dengan tilawah dan
keningnya yang berbekas karena lamanya ia sujud. Sungguh aku jatuh cinta dengan
jamaah ini. Cinta yang sulit untuk aku ungkapkan namun senantiasa aku rasakan.
Cinta yang sampai saat ini membuatku bisa bertahan didakwah ini.
Kini setelah beberapa generasi
dakwah ini berkembang, begitu banyak ujian yang harus kami hadapi. Tak
terkecuali sebuah lahan dakwah yang membesarkanku sampai saat ini. Lahan dakwah
yang menjadi pengkaderan utama jamaah ini. Lahan dakwah yang menjadi cerminan
kebelanjutan dakwah ini. Dengan lantang aku mengatakann ITULAH KITA ! aktifis
dakwah kampus.
Sebuah miniatur negara, dimana kita
ADK dibina untuk belajar mengelolanya untuk dijadikan miniatur sebuah
peradaban. Sebuah miniatur peradaban yang nantinya akan menjadi prototipe
peradaban Indonesaia bahkan dunia. Disana kita diajarkan bagaimana mengelola
masjid kampus sebagai pusat peradaban. Kita diajarkan mengelola Lembaga dakwah
kampus di tingkat fakultas dan universitas sebagai wasilah membumikan kalimat, “la illaha illah”, tiada tuhan selain
Allah , “wasshadualla
muhammadarrasulullah”, dan Muhammad adalah Rasul Allah. Disana kita juga diajarkan
mengelola lembaga penelitian, ekonomi dan politik untuk mendukung dan
membelajarkan kita sebagai bekal dakwah disemua apek kehidupan.
Tahun 1998 mungkin bisa dikatakan
momentum titik balik dakwah kita setelah 32 tahun lebih kita dikekang oleh
pemerintahan yang otoriter. Dari tahun ketahun dakwah kampus semakin berkembang
dan mulai menunjukan pengaruhnya di masyarakat luas. Memberikan solusi di
masyarakat dan mencoba melakukan sesuatu yang real untuk mereka.
Namun seiring luasnya segmentasi dakwah
yang kita garap. Mulai muncul permasalah baru di internal ADK. Intensitas
aktifitas dilapangan yang semakin padat menuntut mereka harus banyak berjibaku
di luar. Dari pagi sampai sore mereka di sibukkan dengan kegiatan berbagai
macam oraganisasi kampus. Sementara di sisi lain mereka tidak sempat mencarge ruhinya
mereka, sehingga dari situlah naluriah manusianya mulai muncul. Seorang ADK
merasa ingin diperhatikan oleh sesama ADK, bahkan yang lebih ekstrim seorang
ADK ingin di perhatikan oleh lawan jenisnya.
Dari situlah kultur kita mulai
tereduksi. Budaya tilawah, budaya shalat sunah, budaya membaca dan lain-lain
perlahan mulai hilang dari peredaran. Topik-topik diskusi antar mereka pun
sudah berubah menjadi topik ikhwan dan akhwat galau yang membutuhkan perhatian
lawan jenis dan merindukan pernikahan akan tetapi mereka belum mampu
melakukannya.
Penulis memahami bahwa kondisi
itulah yang akhirnya memicu masalah baru dikalangan ADK. Rasa perhatian antar
ikhwan dan akhwat yang berlebihan dengan tidak diimbangi oleh amalan yaumiah
yang kuat jelas akan menimbulkan kemaksiatan baru. Maka tak heran mulai muncul cinta bersemi sesama aktifis, atapun para ADK
yang menikah keluar dari koridor syar’i.
Penulis ingin menempatkan bahwa
permasalahan ini adalah permasalahan komplek dan mengatasinya pun harus dari
semua sisi. Secara fundamental, akar dari permasalahan ini bersumber dari
pemahaman ADK yang belum mantap pada sisi keimanan. Penulis berani mengatakan
para ADK yang bermasalah berarti Iman mereka bermasalah dan ilmu aqidahnya
belum lulus. Karena Allah menggambarkan Iman itu dengan Al-haya (rasa malu). Keduanya
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ketika salah satunya hilang,
maka yang lain pun ikut hilang. Sebagaimana sabda Rasululloh SAW, “Malu dan iman
saling berpasangan. Bila salah satunya hilang, maka yang lain turut hilang.”
(HR Hakim dalam kitab Al-Mustadrak).
Para
ADK yang melakukan penyimpangan cinta dari kaidah syar’i berarti rasa malunya
mulai hilang dan imanya pun bermasalah. Mereka lebih memilih terbuai syahwat
lawan jenis dari pada malu kepada Rabbnya. Dalam tataran pemberian pemahaman al
haya ini dibutuhkan peran Murrabi dan tasqif untuk memperbaiki aqidah mereka.
Diperlukan sebuah gerakan masal untuk mengimbangi tema-tema kajian yang
bersifat praktis dengan kajian Aqidah yang berifat Ideologis. Dari situlah
jamaah ini akan terjaga, tanpa ada pemahaman aqidah yang kokoh dikalangan ADK,
maka jamaah ini tinggal menunggu waktu kehancurannya.
Dari sisi psikologi, penulis memang
mengamati benar masalah ini. Pada usia-usia ADK saat ini kebanyakan masa Puber
itu terjadi. Masa dimana keinginan untuk diperhatikan lawan jenis mulai tumbuh.
Masa dimana ketertarikan antar lawan jenis mulai muncul. Kondisi ini juga
secara langsung telah berpengaruh terhadap permasalahan cinta para ADK. Di
sinilah peran murabbi dan orang-orang disekitar kita yang berkewajiban untuk
saling mengingatkan.
Kalau memang saat itu seorang kader
belum mampu untuk menikah, usahakan jauhkan seorang kader dari topik-topik
tentang munakahat. Karena ketika ada asupan tentang indahnya sebuah pernikahan,
sementara seorang ADK saat itu juga ingin segera menikah akan tetapi kondisinya
yang belum mendukung, hal itu akan membuat mereka mencari jalan pintas untuk
mendapatkan perhatian layaknya seorang pacar atau suami istri dari alawan jenis.
Sehingga begitu penting orang-orang disekitar mereka yang bermasalah untuk
mengkondisikan.
Dalam tahapan ini kita sudah masuk pada
tataran metodologi. Bagaimana kemudian kita menyampaikan sebuah konsep cinta
dalam islam kepada para ADK yang sedang melakukan peyimpangan cinta itu
sendiri. Dalam tataran metodolis ini kita sering terjebak pada standarisasi
yang kita gunakan. Kita sering kali menggunakan standarisasi rasa dari pada
standarisai keimanan, sehingga terkadang kita merasa kasihan untuk mengingatkan
atapun takut ia tersinggung dan marah.
Ketika kita menghadapi masalah ini
dengan standarisai rasa, pasti ujung-ujungnya permasalahan ini tidak akan
selesai. Justru akan muncul fitnah semakin luas. Sehingga standarisasi yang
harusnya kita gunakan adalah standarisasi keimanan. Sahabat-sahabat semua
mungkin pernah mendengar kisah salah seorang sahabat nabi yang dihukum tidak
diajak berkomunikasi selama 40 hari karena tidak ikut berperang tanpa alasan
syar’i. Kasus ini mengajarkan kepada kita bahwa ketika Rasulullah menggunakan
standarisasi rasa mungkin beliau tidak akan tega memberikan hukuman itu dan hasilnya pun tidak seefektif ketika
beliau menggunakan standarisasi keimanan.
Demikian pula dengan kasus ADK yang
bermasalah ini, struktur ataupun rekan-rekan terdekatnya bisa menggunakan cara
yng dilakukan Rasulullah SAW. Sehingga nanti akan terlihat, mana orang-orang
yang benar-benar berdakwah karena Allah atau mana yang hanya ingin mencari
keuntungan dunia semata termasuk salah satunya pendamping hidup. Lagi-lagi
jangan pernah khawatir mereka akan marah dan keluar dari jamaah ini. Kalau
memang mereka orang baik, pasti bisa ingatkan dan sama-sama memperbaiki diri.
Akan tetapi kalau itu tidak bisa ya biarlah dia pergi dari jamaah ini.
Kita tidak butuh mental-mental kader
seperti itu. Kita tidak butuh orang-orang seperti muhajir ummu khais yang
berhijrah karena ingin menikahi Ummu Khais pada masa Rasulullah SAW. Keberadaan
mereka yang ada hanya akan merusak yang mengurangi keberkahan dakwah yang kita
lakukan. Kalau dalam sisi ini kita tidak tegas justru jamaah ini yang akan
hancur. Biarlah Allah yang menilai dan memberikan keputusan terbaik bagi mereka
yang tidak bisa kita ingatkan.
Dari kacamata interaksi sosial antara
manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, penulis melihat sesungguhnya
ukhuwah islamiyah antar ADK adalah sebuah ikatan yang bisa mencegah dan
menyelesaikan masalah ini. Sesungguhnya kalau kita sesama ADK bisa benar-benar
memahami apa itu ukhuwah mulai dari ta’aruf, tafahum, ta’awun dan takaful serta
konsekwensi yang ada di dalamnya, maka kita bisa menjaga saudara-saudara kita
dari penyimpangan. Karena secara tidak langsung para ADK mendapatkan rasa kasih
sayang yang dirindukan itu dari rekan-rekannya secara proporsional.
Dari kacamata payung hukum yang sifatnya
praktis, penulis menilai bahwa aturan jam malam akhwat, adanya hijab ketika ada
agenda, tidak boleh berdiskusi dengan topik lawan jenis, ghadul bashar dll,
sebetulnya bisa juga menjadi upaya pencegahan dan penyelesaian masalah ini.
Sehingga dibutuhkan intrumen dan sarana untuk membumikan aturan-aturan itu.
Penulis melihat peran strategis ini bisa diambil alih oleh takmir sebagai pusat
kegiatan ADK dan SKI, sehingga dibutuhkan orang-orang kuat secara fikrah dan
amalan yaumiahnya di sana. Kalau orang-orang yang berada di dua wasilah ini
masih celelean, ya sudah dampaknya aturan-aturan itu tidak akan ditaati.
Terakhir, sekaligus merangkum apa yang
penulis sampaikan diatas untuk menyelesaikan permasalahan ini kita harus
membangun kembali kultur yang lebih ketat tapi moderat. Kita kembali pada
orientasi awal jamaah ini dibentuk dan mengunakan semua manhaj-manhaj gerakan
kita secara menyeluruh. Kultur inilah yang akan mencegah dan menyelesaikan
permasalahan itu dan akan menjadi intrumen efektif menjaga keberlangsungan
dakwah kita.
Kembali gemakan kultur tilawah diantara
kader, membina, dhuha, tahajud dan lai-lain. Agar setiap lokus diskusi itu
tidak lagi membicarakan cinta bersemi antara ikhwan dan akhwat akan tetapi
kebaikan dan kebaikan yang terus kita dengungkan. Berapa tilawah antum hari
ini? Sudah shalat dhuha akhi? Tadi malam Qiyamul’lail berapa rakaat? Hafalan
antum sekarang sampai jus berapa? Sudah baca buku ini? Sudah berapa binaan
antum?
Tema-tema diskusi semacam ini, secara
tidak langsung akan mengurangi intensitas kita berkomunikasi dengan lawan jenis
dan lebih fokus melakukan perbaikan diri. Kader akan berfikir besar bagaimana
memikirkan tantangan dakwah kedepan dan upaya memenangkanya sembari mengupgrade
terus kapasitas keilmuan dan amalan yaumiahnya. Mereka tidak lagi memikirkan
perkara remeh temeh yang akan menegelamkan diri mereka sendiri dari peredaran
dakwah.
Sahabat-sahabat semuanya, saya begitu
takut ketika membaca ayat ini: “Dan jika Kami hendak membina-sakan suatu
negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu
(supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu,
maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian
Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya” (QS.Al Israa’: 16).
Ayat diatas menjelaskan konteks pergantian sebuah kelompok
masyarakat yang zalim dengan masyarakat baru yang lebih baik. Allah SWT akan
menghancurkan suatu bangsa jika elit-elit atau pembesar masyarakat pada suatu
bangsa itu melupakan Allah SWT. Mereka meninggalkan aturan agama, dan membuat
kerusakan di bumi.
Puncak dari semua masalah yang dapat menghancurkan peradaban
suatu bangsa adalah kehancuran iman dan akhlaq. Apabila iman kepada Allah SWT
sudah rusak, secara otomatis pula akan terjadi pembangkangan terhadap
aturan-aturan Allah SWT. Nabi SAW bersabda : “Apabila perzinaan dan riba
sudah melanda suatu negeri, penduduk negeri itu telah menghalalkannya, dan
turun-lah azab Allah atas mereka” (HR.Thabrani).
Dalam sejarah manusia, berbagai kehancuran peradaban di muka
bumi sudah begitu banyak terjadi, dan Allah SWT menganjurkan kaum Muslimin agar
mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. Sebagai contoh, Kaum Ad telah dihancurkan
oleh Allah SWT karena mereka berlaku sombong, takabur, merasa paling berkuasa
dan kuat. (baca QS.Fushshilat : 15). Begitu juga kehancuran yang menimpa
Fir’aun, Namrudz, dan beberapa bangsa lainnya yang dikisahkan dalam Al Qur’an.
Semuanya tidak lepas darj perilaku kaum itu yang menganggap remeh atas aturan
Allah SWT dan hidup sewenang-wenang dengan kesombongan.
Dalam kontek kejamaahan, kita juga bisa mengambil ibrah dari
konsep pergantian kaum diatas. Ketika kita saat ini tidak mampu mengedalikan bahtera
kita di medan juang maka kita akan terlempar dari lahan dakwah. Ketika kita
tidak mampu menjaga manhaj dan melakukan proses taurits yang maksimal maka
kehancuran kita tinggal menunggu waktu saja. Ketika kita tidak tegas terhadap
segala penyimpangan yang dilakukan oleh kader-kader kita, maka tunggu saja
justru kita yang akan hancur dengan sendirinya.
Ketika kebanyakan kader sudah terbuai dengan kenikmatan
dunia, salah satunya adalah sahwat lawan jenis maka TUNGGULAH Allah akan
memberikan keputusanya. Entah dengan mengurangi keberkahan setiap pernikahan
yang dilakukan melanggar syariat. Mungkin mereka akan melahirkan anak-anak yang
nakal sulit diatur, anak yang bodoh-bodoh, pertengkaran dalam rumah tangga,
rizky yang tidak barokah, sampai mereka tidak diterima di masyrakat dan hina di
mata Allah.
Entah dengan mengazab langsung setiap ikhwan maupun akhwat
yang melakukan pelanggaran syariat dengan berpacaran kita juga tak pernah tahu.
Mungkin dengan penyakit kelamin, mungkin dengan tidak dianugrahi keturunan,
mungkin akan disempitkan rizkynya kita juga tak pernah tahu. Maka tunggulah
keputusan Allah pasti nyata. Kalau sudah seperti itu, janganlah kau salahkan
murabbi dan saudara-saudara antum yang sudah mengingatkan. Tapi salahkan diri
antum yang terlampau SOMBONG menerima kebenaran.
.....
Saudaraku,
diri ini sadar bukan orang yang shalih dan luas ilmu
Diri
ini mungkin lebih hina dibanding antum di mata Allah SWT
Mungkin
Allah SWT lebih mencintai antum dari pada diri ini
Mungkin
pula derajat antum lebih mulia di sisi-Nya
......
Aku
tak tahu seberapa panjang rakaatmu disetiap sepertiga malam
Aku
juga tak pernah tahu berapa banyak kau baca ayat-ayat cinta Rabbmu
Aku
pun tak tahu sudah berapa banyak orang yang antum bina
Aku
pun tak pernah tahu seberapa sering kau kerumah-Nya
......
Aku
hanya bisa berharap,
Kebaikan
yang engkau lakukan aku pun turut melakukan
Keburukan
yang tidak antum lakukan aku pun terhindarkan
Setiap
seruan yang kau ikuti, akupun turut membersamai
......
Saudaraku,
jadilah jika ada kahwat yang menggodamu
Jadilah
seperti Yusuf yang takut akan azab tuhannya
Saudariku,
jika ada ikhwan yang menggodamu
Jadilah
seperti Aisyah yang senantiasa menjaga kehormatannya
.......
Jika
sudah seperti itu,
Maka
tunggulah bagi para ikhwan bidadari yang akan disandingkan denganmu
Jika
sudah seperti itu
Maka
tunggulah bagi para akhwat pangeran berkuda putih yang akan menjemputmu
......
Saudaraku
yang aku cintai karena ikatan keimanan ini
Tak
ada manusia yang luput dari salah
Begitu
pula aku mungkin lebih banyak salah dari pada benarnya
Lebih
banyak mengeluh dari pada amalanya
Lebih
banyak mencaci dari pada menasehati
.......
Maka mari kita berbenah
Mari
kita bermuhasabah
Menyadari
setiap salah
Agar
dosa tak semakin bertambah
By.
Rief_fatih, mutiara kehidupan, 06 februari 2012
================================================================
PERHATIAN !
Buat Sista dan Bunda yang punya masalah seputar Kecantikan, kewanitaan dan kandungan:
- Jerawat tak kunjung sembuh
- Noda Jerawat yang tak kunjung hilang
- Luka bakar, oprasi yang buat anda ga pede
- Keputihan
- Gatal, gatal, bau tak sedap di mis v
- Kanker servick, miom
- Kegemukan
- Terlalu kurus
- Sudah lama menikah belum HAMIL
Temukan solusinya di tempat kami
Konsultasi GRATIS via sms/wa 085643035547
bb 75966580
assalamu'alaykum warohmatulloh..
ReplyDeleteafwan akh, saya izin share nggih. syukron katsiir.
wa'alaikumsalam wr,wb. tafadhal ukh
DeleteIjin copas akh. syukran.
ReplyDeletetafadhal ukh
ReplyDeleteijin copas ya
ReplyDeletetafadhal ukh
Deleteizin copas akh,,,
ReplyDelete.
^_^)
monggo akhi
Delete