Labels

Monday 6 February 2012

Menjadi Dermawan itu Harus, Tapi kaya itu PILIHAH

majalah.pengusahamuslim.com
            Begitu sedih diri ini ketika melihat puluhan anak-anak kecil yang belum tahu kehidupan harus meminta-minta di sepanjang jalan. Seolah dalam pikiran mereka tiap harinya hanya uang, uang dan uang.Tak ada hak bagi mereka untuk menatap masa depan. Tak ada kesempatan untuk mereka belajar dibangku sekolah. Yang ada  hanya ganasnya kehidupan jalanan yang harus mereka hadapi setiap saat. Inilah potret kehidupan bangsa kita saat ini. Bangsa dimana 80 % lebih penduduknya adalah kaum Muslimin.

            Begitu perih diri ini ketika tak mampu berbuat banyak untuk mereka. Seolah diri ini tak berguna apa-apa. Aku lelah-lelah berkuliah, berorganisai pontang-panting kesana-kemari namun ketika mereka menengadahkan tanganya di depan mata kita, hanya ada uang yang cukup untuk makan hari. Aku tak punya banyak uang, karena jatah dari ayah Ibu hanya cukup untuk keperluanku.
             
             Begitu sakit dan sesak dada ini ketika ada panggilan pengabdian kepada masyarakat diluar kota aku tak bisa memenuhi seruan itu, karena jika aku ikut, esok juga tak bisa makan. Seolah aku tak mampu berbuat banyak ketika masyarakat membutuhkan. Percuma aku di juluki sebagai aktifis mahasiswa ketika masyarakat membutuhkan uluran tanganku, sementara untuk makan hari ini saja aku kesusahan.

            Begitu malu diri ini, hingga detik ini aku masih mendapat kiriman uang dari bapak dan ibu di rumah. Uang yang tak tahu aku dapatkan dari mana, akan tetapi ketika aku meminta mereka senantiasa mencukupi. Mungkin dari jual pekarangan, jual sapi, jual sepeda motor atau bahkan berhutang. Semuanya mereka lakukan agar aku tetap bisa kuliah dan menjadi sarjana kebanggaan keluarga.
            Tak peduli jika mereka harus keluar begitu banyak tetesan keringan untuk mendapatkan uang. Tak peduli begitu banyak luka  yang meneteskan darah dari tubuhnya ketika mereka bekerja. Tak peduli ketika mereka harus dihina dan dilecehkan orang ketika mereka harus berhutang. Semuanya mereka lakukan hanya untuk mencukupi semua keperluanku.

            Ayah, Ibu, aku begitu malu pada kalian. Malu tak mampu berbuat apa-apa. Aku hanya tinggal memberi kabar uangku habis. Tanpa banyak berkata engkau langsung mengatakan “nanti ayah kirim”. Aku tinggal menunggu dan tak selang beberapa jam ATM sudah terisi lagi.
            Aku malu saat itu ketika setiap pekan aku harus meminta uang tiga ratus ribu. Mungkin bagi mereka tidak seberapa ketika usaha keluarga omsetnya tinggi. Namun ketika usaha mereka sedang sepi, aku juga tetap mendapatkan uang yang sama. Aku malu melihat diriku yang hanya bisa meminta dan meminta.
           
            Setidaknya itulah gambaran kondisi kebanyakan mahasiswa Indonesia yang tak mampu survive dalam hal ekonomi. Jiwa kemandirian kebanyakan mahasiswa masih sangat lemah karena pengaruh pendidikan di indonesia yang membentuk mereka memiliki mental pekerja bukan mental pemimpin. Kebanyakan maind set mahasiswa bekerja ditempat orang lain adalah tujuan akhir bukan sarana untuk belajar dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.

            Pola pikir ini telah membentuk mereka menjadi pribadi-pribadi yang lemah secara kematangan pribadi. Mereka senantiasa menggantungkan nasibnya kepada orang lain dari pada harus berjuang mengembangkan potensi yang dimiliki. Sehingga wajar kecenderungan yang muncul adalah, meskipun sudah menjadi mahasiswa yang notabenya manusia terpelajar sampai lulus pun masih minta kiriman bulanan kepada orang tuanya. Karena mereka hanya cerdas akan tetapi seperti yang dikatakan prof. Husain Haikal lemah secara mental.
            Lemah untuk berfikir berbeda dan menciptakan sesuatu yang baru. Lemah untuk berani berbeda dan memodifikasi sesuatu yang telah ada. Kebanyakan mahasiswa tidak menyadari bahwa pola pendidikan yang mereka dapatkan saat ini secara tidak langsung sedang mengcreat mereka menjadi pribadi yang lemah secara mental.

            Pendidikan saat ini kebanyakan tidak mengakomodir seseorang dengan kemampuannya bisa eksis di masyarakat. Namun seolah semua diseragamkan, sehingga skill yang mereka miliki tidak dapat berkembang. Dalam kondisi inilah akan lahir pribadi-pribadi yang mungkin unggul secara intelektual akan tetapi lemah secara mental dan pas-pasan secara kemampuan.
            Sadar atau tidak sadar itulah yang penulis rasakan. Mungkin berbeda dengan anda. Akan tetapi pada tulisan ini saya ingin berangkat dari sebuah realita kemiskinan yang kita dapati saat ini. Di berbagai media disampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi kita naik, akan tetapi justru angka kemiskinan dikalangan rakyat jelata bertambah. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi itu terjadi pada sisi makro sehingga hanya kalangan elit pengusaha besar yang dapat menikmati perkembangan itu.

            Dari sinilah kita dapat melihat kondisi perekonomian kita bermasalah. Disisi lain tingkat kelulusan tenaga kerja tidak diimbangi denga lapangan kerja baru. Sehingga belakangn muncul trend pengangguran terdidik. Data survei Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) tahun 2009 saja, diungkapkan, dari 21,2 juta masyarakat Indonesia yang masuk dalam angkatan kerja, sebanyak 4,1 juta orang atau sekitar 22,2 persen adalah pengangguran.
Hal ini bisa terjadi karena berdasarkan hasil penelitian, keberhasilan sesorang ditentukan oleh pendidikan formal hanya sebesar 15% dan selebihnya 85% ditentukan sikap mental atau kepribadian. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Prof. Husain haikal dalam berbagai kesempatan diskusi dengan penulis. Jadi sangat wajar ketika saat ini banyak pengangguran dari kalangan SARJANA.

Kesadaran ini harus dipahami oleh seluruh elemen pendidikan terkait, termasuk mahasiswa. Tidak selamanya kita menggantungkan nasib kita nanti kepada sebuah perusahaan ataupun instansi pemerintahan. Karena tak sebanding tenaga kerja yang tersedia dibanding dengan jumlah lowongan kerja yang ada.
Penulis ingin mengajak pembaca berada dalam satu titik kesadaran yang sama bahwa solusi permasalahan ekonomi bangsa ini sangat tegantung pada ekonomi riil masyarakat yang secara langsung akan menghidupi masyarakat kelas bawah. Maka sudah saatnya untuk menuju kesana kita sebagai mahasiswa harus berlatih mandiri secara finansial terlebih dahulu.
Sebelum semua terlambat, sebelum kita mempunyai predikat pengangguran pasca lulus nanti maka mari kita bergerak. Status kita sebagai mahasiswa sangat mendukung kita untuk melakukan sebuah upaya riil untuk meunju kemandirian ekonomi. Fasilitas dan kemampuan kita dari segi intelektualitas yang dimiliki sebagai seorang mahasiswa menjadi modal dari kita mendirikan sebuah unit usaha riil. Begitu banyak pilihan sektor riil yang bisa kita garap, mulai dari jasa distributor, jasa pelayanan loundry, foto copy, kuliner dan lai-lain.

Peluang-peluang itu senantiasa ada. Dan hal ini benar-benar sudah ada yang membuktikannya. Sebut saja salah satunya mas Firmansyah SH lulusan Fakultas Hukum UGM, beliau berhasil mengolah singkong (telo) yang merupakan makanan orang ndeso menjadi prodak bernilai ekonomis, mulai dari tella kress, cokro telo dll. Sekarang omset usahanya sudah milliaran dan bisa menyediakan lapangan pekerjaan baru. Atau sebut saja mas Agung Nugroho pemilik simple free loundry yang sudah memiliki 168 cabang  yang tersebar di seluruh kota di Indonesia. Atau yang tidak jauh-jauh seorang mahasiswa UNY dari Fakultas Teknik mas muarif yang sukses dengan usahanya kedai jamur. Diusia usahanya yang masih baru, saat ini beliau sudah memiliki tiga cabang.

Masih banyak lagi wirausahawan-wirausahawan muda mahasiswa yang mampu mandiri dan eksis di panggung ekonomi riil. Sehingga pertanyaan saat ini jatuh pada diri kita. Mau sampai kapan kita berdiam diri meratapi rasa malu kita yang senantiasa meminta uang bulanan kepada orang tua. Atau sekarang saatnya beraksi riil?
Manfaatkan status kamu sebagai mahasiswa saat ini, jangan sampai baru sadar ketika kamu sudah menjadi bagian dari pengangguran terdidik di Indonesia. Menjadi bagian dari orang-orang yang dimarginalkan dan dilecehkan. Tidak ada pengangguran yang enak saudaraku. Dimana-mana pengangguran selalu dicemooh dan dihina oleh orang lain.

Masih mempunyai muka kah kita dihadapan orang tua kita nanti ketika pekerjaan tak kita dapatkan? Tak sempat terpikirkankah betapa mereka ingin berhenti sejenak menhidupi kita? Tak sempatkah kau renungkan bahwa mereka juga ingin merasakan hasil dari kita bekerja?
Saya yakin kondisi itu rekan-rekan bisa merasakan. Setiap mahasiswa pasti mempunyai keinginan untuk membahagiakan orang tua mereka. Sehingga pada point yang kedua penulis ingin mengajak pembaca berada dalam suatu titik kesadaran bahwa apapun profesi anda saat ini, satu-satunya profesi yang bisa membuat anda cepat kaya dan bermanfaat riil bagi orang lain yang anda pekerjaan adalah sebagai enterpreneur.

Baginda nabi SAW pun Pernah bersabda “ Mata pencarian apakah yang paling baik, Ya Rasulullah? ”Jawab beliau : Ialah seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.” (HR. Al-Bazzar). Dalam riwayat lain Rasulullah pernah bersabda : “ Allah mengasihi orang yang bermurah hati waktu menjual, waktu membeli, dan waktu menagih piutang.”Bahkan sejarah pun telah mencatat bahwa10 dari Sahabat Rasulullah yang sudah di Jamin masuk Surga, 8 orang diantaranya adalah Seorang enterpreneur.
Saat ini jadilah guru dan dosen yang enterpreneur, jadilah karyawan yang enterpreneur, jadilah perawat dan dokter yang enterpreneur. Kita hitung-hitungan secara matematis saja. Ketika anda menjadi seorang guru atapun karyawan dengan gajih 2 juta setiap bulannya. Dengan gajih segitu dibandingkan kebutuhan kita setelah kita berkeluarga nanti, apakah masih ideal? Kapan anda mempunyai rumah sendiri? Kapan anda bisa membahagiakan keluarga dengan mempunyai mobil pribadi sendiri? Kapan anda bisa menghajikan orang tua? Atau berapa besar uang anda yang akan disisihkan untuk berinfak dan berzakat?

Ippho santoso dalam sebuah bukunya menyampaikan bahwa dunia enterpreneur adalah dunia ketidakpastian. Akan tetapi justru ketidakpastian itulah bentuk rahmatnya (kasih sayangnya) Allah. Kenapa ? Karena dunia bisnis itu tak ada angka minimal dan maksimal serta tak ada angka tetap. Bisa jadi hari ini pendapatan kita sedikit, akan tetapi esok hari pendapatan kita sepuluh kali lipat. Disinilah rahmatnya Allah berbicara, kita tidak akan pernah menyangka pendapatan kita setiap harinya. Berbeda dengan kita menjadi seorang guru ataupun karyawan yang penghasilanya tetap.
Secara tidak langsung kondisi yang penuh ketidakpastian ini, akan mengcreat kita menjadi pribadi yang semangat dalam bekerja dan berdoa kepada sang pemberi rizky. Kondisi ini akan membawa kita memiliki etos kerja yang positif. Kita akan menjadi pribadi yang disiplin, tanggung jawab, religius dan senang berbagi.

Karena etos kerja yang positif inilah yang akan menentukan keberlangsungan usaha yang kita bangun. Sehingga tak heran sekarang muncul kembali pengusaha-pengusaha Muslim yang kaya dan sangat dermawan. Sebutlah AA Gym, Ustad Yusuf mansur dan yang tak kalah tenar mas Jody pemilik waoeng steak. Mereka adalah contoh profil sukses enterpreneur Muslim yang senantiasa berbagi dengan orang lain dan berinfak untuk agamanya.

Saat ini terserah kamu, mau memilih jalan orang-orang yang biasa, atau orang orang luar biasa seperti mereka yang mampu membuat dirinya kaya dan berbagi dengan orang lain. Jangan berfikir kita ingin menjadi seorang guru ketika kita tidak punya ilmu. Jangan berfikir menjadi seorang pelatih renang ketika kita tak bisa berenang. Jangan juga berfikir menjadi seorang dermawan saat kita tak punya banyak uang.

Pada prinsipnya dermawan itu keharusan dan kaya itu pilihan. Akan tetapi tanpa kekayaan kita tak dapat menjadi orang yang dermawan. Sehingga mau tidak mau, suka atau tidak suka ketika kita ingin membahagiakan banyak orang maka menjadi kayalah terlebih dahulu. Jadi Apapun profesi kamu pastikan kamu adalah seorang enterpreneur !

By. rief_fatih, mutiara kehidupan, 07 februari 2012
================================================================
PERHATIAN !
Buat Sista dan Bunda yang punya masalah seputar  Kecantikan, kewanitaan dan kandungan:
- Jerawat tak kunjung sembuh
- Noda Jerawat yang tak kunjung hilang
- Luka bakar, oprasi yang buat anda ga pede
- Keputihan
- Gatal, gatal, bau tak sedap di mis v
- Kanker servick, miom
- Kegemukan
- Terlalu kurus
- Sudah lama menikah belum HAMIL
Temukan solusinya di tempat kami
Konsultasi GRATIS via sms/wa 085643035547

bb 75966580 

1 comment:

  1. setuju dengan statement "pendidikan formal hanya sebesar 15% dan selebihnya 85% ditentukan sikap mental atau kepribadian". Ithink it's really good...

    ReplyDelete